Bidang Ilmu
stringclasses 1
value | Kalimat
stringlengths 5
1k
|
---|---|
Sastra | Percikan darah di pedang tebersit ke muka Jim dan pria tua itu sebelum pedangnya sendiri tiba. |
Sastra | "Sang Penandai Pria tua itu berkata pendek. |
Sastra | Itu dengan mudah bisa dilihat dari pakaian-pakaian keluarga mempelai pria. |
Sastra | kau bertanya bagaimana aku tahu?" Pria tua itu tertawa pendek. |
Sastra | Lha, itung aja sekarang kira-kira berapa." Farida menaksir, mungkin usia Mbak Supriatun sudah empat puluhan. |
Sastra | Pria malang. |
Sastra | Matanya yang berbinar dan senyumnya yang murah acapkali memancing murid-murid pria, yang suka iseng, diam-diam menyambut kedatangannya dengan suitan. |
Sastra | Dan kau beruntung mengetahuinya," Pria dengan rambut macam duri landak memasukkan bola hijau ke saku mantelnya. |
Sastra | Apakah hidupku akan Kaurampungkan saat gerimis menjelang Subuh tiba?" * * * SAAT itu, beberapa bulan sebelum 1983 yang penuh bangkai, setelah 532 pria dan perempuan yang dianggap busuk tewas, Munawar berbisik kepada Ahmad, "Aku tahu tak lama lagi kau akan mati." Munawar bukanlah malaikat serbatahu, tetapi di hadapan Ahmad, dia selalu bertingkah sebagai pengendus kematian. |
Sastra | dupan pada perusahaan orang, bercampur dengan pria! |
Sastra | Dahulu, zaman kakek dan nenekku, cukup banyak wanita menjadi istri muda pria perantauan dari Tiongkok. |
Sastra | Tambahan ia biasa keluar masuk pada paduka anakanda." Maka titah Seri Batara, "Baiklah, Rangga dan Barit Ketika itu juga kita suruh." Maka Patih Gajah Mada pun mengarang surat dan bingkisan dan segala permainan dua belas ragamnya akan permainan cucunda itu dan perempuan yang baik rupanya, yang tahu memalu bunyi-bunyian empat puluh orang dan anak priayi empat puluh dan keris berhulu bersarungkan permata empat puluh bilah dan budak-budak yang laki-laki empat puluh dan tumbak pengawinan yang bertatakan ratna mutu manikam dan bersampak emas empat puluh bilah. |
Sastra | Hanya karena dia selama ini selalu ramah dengan orang tak dikenallah yang membuatnya menyilakan pria tua itu duduk di sebelahnya. |
Sastra | Aku berhasil memperoleh benangdjahit dan pada djam enam, sebelum dikurung untuk malam hari, aku merentangkan benang halus itu ditanah sepandjang empat sel, sehingga ia merentang dari pintuku kepintu Supriadinata. |
Sastra | Lima puluh tahun silam, pria inilah yang datang menemuinya ketika dia baru pulang menyaksikan opera kelas rendahan di kotanya. |
Sastra | Semua menunjukkan betapa hebatnya keluarga besan mempelai pria. |
Sastra | Petunjuk lain dari ibunya adalah di mana Supriatun duduk di gerbong kereta juga menjadi andalan. |
Sastra | Dia mendapatkan hampir satu pelukan pria dewasa gulungan-gulungan kertas dari kota pangkal benua selatan itu. |
Sastra | Dan apabila ia mampu mengidentifikasikan dirinya dengan pixel-pixel itu, bukan tubuh seorang pria bernama Ruben, maka berarti dirinya... |
Sastra | Makanan katering tak disukai oleh Supriatun. |
Sastra | Kuhantarkan tubuh pria yang telah menemaniku lebih dari seratus malam itu ke peraduannya yang terakhir. |
Sastra | "Karcisnya, Mas." Arial menyerahkan enam tiket kereta Sementara, rombongan empat pria setengah baya yang berdiri berdesakan di dekat situ, pura-pura kebingungan waktu diminta karcis oleh petugas. |
Sastra | Supriatun memaksakan tersenyum. |
Sastra | Hasil publisitas mulut ke mulut akan sangat dahsyat bila beredar di segmen yang tepat, dan kepenasaranan akan profil pria ini bukan cuma lingkup antar kantor lagi, tapi sudah menjadi kepenasaranan massa. |
Sastra | Lama-lama nanti, jangan-jangan aku akan sepenuhnya terlibat dalam kisah-kisah ini, menghabiskan waktu untuk membujuk Pria tua itu mendesah. |
Sastra | Kawanku jang paling rapat ialah seorang Indo, bapaknja Belanda totok dan ibunja seorang Indonesia dari Priangan. |
Sastra | Pria itu entah bagaimana datangnya sudah berada di hadapan Jim. |
Sastra | dan anak priayi di atas kuda itu pun terkejut melihat orang mengamuk itu terlalu banyak, tiada terkembari lagi. |
Sastra | Mirip Mbak juga di waktu kecil," kata Supriatun demi melihat Alya. |
Sastra | Bentuk badannya idaman setiap pria. |
Sastra | Sang pria pujaan datang seminggu sekali dan melewatkan waktu tak lebih dari setengah hari. |
Sastra | Supriatun merasa tercebur ke dunia yang lain dari dunianya di desa. |
Sastra | Dalam hati, Ayu berdoa agar pria di depannya tidak menyatakan cinta malam ini. |
Sastra | Dan rela berguguran di samping pria. |
Sastra | Berapa pria yang telah dinikmatinya? |
Sastra | Namun, aku menghendaki pengantin itu kekasihku yang memujaku seumur hidupnya, bukan pria itu. |
Sastra | Dua bocah laki-laki yang terlepas dari kerangkeng tubuh pria dewasa. |
Sastra | "Mbak Supriatun?" Tanyanya kemudian ketika ingatan itu telah tergambar. |
Sastra | Dia menemukan dirinya setuju dengan pria ini. |
Sastra | Seorang pria tua. |
Sastra | Gunther hanya seorang pria di usia senja yang sudah terlalu letih bekerja. |
Sastra | Suaranya lemah dan puja-pujinya melambung bahwa seumur hidupnya ia tak pernah melihat seorang pria yang begitu halus perangainya dan begitu rajin bekerja sepertiku. |
Sastra | Maka titah Seri Batara, "Mana yang berkenan pada Patih, kerjakanlah!" Maka Patih pun menyembah, lalu keluar mengerahkan segala pegawai dan priayi akan pergi menyambut surat itu. |
Sastra | Pria tua itu mengangguk sopan, kemudian masuk ke rumah. |
Sastra | Kamu melengkapiku, Dik, ujar seorang pria di sisi mereka. |
Sastra | Jim mungkin tidak akan pernah mengeni apa maksud kalimat pria tua itu. |
Sastra | Namun, sekuat-kuat hati Supriatun, jebol pula pertahanan perasaannya. |
Sastra | Lihat saja buktinya nanti, taruhan pria tua itu orgasme di luar. |
Sastra | Peter bercakap-cakap dengan seorang pria kulit putih. |
Sastra | Farida sejenak terkejut dan kemudian mendekap tubuh Supriatun. |
Sastra | Kali ini dengan beberapa orang pengiring - semua pria. |
Sastra | Dua orang pemburu dengan ganas menusukkan pedangnya ke arah pria tua itu. |
Sastra | Maka pada bicara patik, jangankan Laksamana dan Hang Jebat, jikalau patik sekali pun, jika salah perbuatan patik, apatah gunanya ke bawah duli paduka Batara, haruslah dibuangkan orang jahat itu." Setelah Seri Batara mendengar sembah Raja Melaka demikian itu, maka Seri Batara pun memberi tahu pada hulubalang pengawinan yang seribu itu, "Hai pengawinan, segeralah kerahkan segala priayi yang seribu memegang tombak." Maka pengawinan yang seribu itu pun datanglah masing-masing bersikap, lalu memegang tombak seorang sebilah. |
Sastra | Bagian III Di lereng gunung Telaga Bodas di tengah-tengah pergunungan Priangan yang indah, terletak sebuah kampung, bersembunyi di balik hijau pohon-pohon jeruk Garut, yang segar dan subur tumbuhnya berkat tanah dan hawa yang nyaman dan sejuk. |
Sastra | Pria tua itu ditembak di kepalanya dan kedua matanya telah dicungkil. |
Sastra | "Tolong, tunjukkan saja kamar saudaraku itu, kumohoon…" Sepasang mata pria Jepang paro baya itu membelalak lebar seolah akan menelannya hidup-hidup. |
Sastra | Apa yang pria tua ini ketahui dan kehendaki? |
Sastra | Sinetron tentang pria kedua. |
Sastra | KEPING 23 Kiamat Personal Kedua pria itu mematung di depan komputer. |
Sastra | Jim gemetar di balik badan pria tua itu. |
Sastra | "Halo juga," jawab Diva tenang, "apa kabar pendidik bangsa kita satu ini?" Pria itu tertawa, "Aku suka sindiranmu itu.Pendidikmu tersayang ini sedang kangen berat. |
Sastra | Sementara Cristal ke rumah kediaman pria macho itu. |
Sastra | Pasti milik pria itu. |
Sastra | "Tapi Rana memang pernah bilang kok, kalau dia sedang membuat profil tentang pria itu," ucapnya dengan nada sewajar mungkin. |
Sastra | Mereka jang terkena satu tabun pendjara, termasuk Gatot, Maskun dan Supriadinata. |
Sastra | Aku terus tergugu hingga ijab kabul selesai terlontar dari pengantin pria dan ayahku. |
Sastra | "Halo, cantik." Pria beruban itu cengengesan sambil melepas kacamata tebalnya. |
Sastra | Bodohlah pria bila tak perhatikan dia. |
Sastra | Seorang pria Tionghoa terbirit-birit menyelamatkan diri dari serudukan 10 ekor babi yang gendut, saat ia mau memberi makan babi yang rakus itu. |
Sastra | Rissa juga mencibir semua wanita yang bermimpi mendapatkan Satya, sambil sadar penuh bahwa mata dia sendiri terbawa mimpi setiap kali melihat pria itu. |
Sastra | Selama ini keadaanku dalam rumah tangga kita dipuji orang, namamu jadi buah tutur orang sebagai istri priayi yang tahu memelihara derajat suami." "Tapi di balik pembelakangan awak dicibirkan orang," kata Zubaidah dengan pedih hatinya, lalu bergerak hendak berdiri. |
Sastra | "Kotamu sungguh indah, manisku, kotamu sungguh seperti sungai yang seluruh tetes kristalnya berasal dari embun atau sisa tangis Isa sesaat sebelum menjemput ajal." Daerah asal bernama Alas Para pendahulu, babad menyebutnya sebagai pria bersorban yang tersesat dan perempuan yang tidak pernah tepat menunjuk arah kiblat, memberi nama Alas pada kota itu. |
Sastra | Dia mencoba mengingat sosok Mbak Supriatun. |
Sastra | Dia betul-betul tak tahu, bagaimana sosok Supriatun sekarang. |
Sastra | Mati bersama dalam pelukan-" "Rhenald, pencinta sejati tidak akan pernah menyerah sebelum kematian itu sendiri datang menjemput dirinya." Pria itu mengulang lagi kalimatnya. |
Sastra | Tampaknya fase denial, anger, bargaining, dan depression sudah is lewati, lalu fase acceptance mulai dialami oleh pria itu. |
Sastra | Sementara penghuni wanita yakin, Yulius hanyalah seorang pria dari pulau seberang, yang pemalu dan kebetulan senang membaca sastra. |
Sastra | sebenarnya selama ini kita tidak pernah keluar dari rumah sedetik pun." "Kita hanya dua orang pria tak punya nama belakang di dalam kamar kerja bertugas jadi dalang untuk cerita seseorang dan selamanya tinggal di sebuah molekul pikiran." "Bagaimana kalau dia amnesia?" "Kita tamat." Keduanya terdiam dengan perasaan campur aduk. |
Sastra | Diam-diam, hampir setiap hari, Supriatun hanya makan berlauk sambal demi menghindari lauk, sayur, atau makanan lain yang bagi lidahnya terasa terlalu gurih. |
Sastra | Farida memeluk tubuh mungil Supriatun. |
Sastra | Pria tua aneh itu berdiri di atas sebuah mercu-suar. |
Sastra | Tolonglah aku Tuan!" Pria tua itu menyeringai bijak. |
Sastra | Desi juga bilang dia melihat Rana di Bandung, makan malam di Chedi bersama pria yang ciri-cirinya persis sama dengan Ferre." "Tapi Rana pasti hanya berteman baik dengan orang itu. |
Sastra | Pria tua itu tersenyum pendek. |
Sastra | Lebih tinggi dari enam pria sebelumnya. |
Sastra | Beberapa pria baru saja menyatakan cinta padanya. |
Sastra | Ada pria yang setia menunggu dekat toilet, dan begitu pacarnya keluar, matanya berbinar seperti melihat bidadari merekah dari teratai kayangan. |
Sastra | Ibunya memberikan rekomendasi sangat tinggi untuk pria tersebut. |
Sastra | Yang jelas, wajah pria itu nampak letih. |
Sastra | Meski baru dua bulan, dari pertengkaran-pertengkaran itu Supriatun dapat membaca masalah-masalah yang sering kali dipersoalkan. |
Sastra | Sambil memandang kesal pada pria-pria di warung sebelah sana yang makin keras saja tawanya. |
Sastra | Dan beberapa cerita tentang siapa Supriatun yang dia sendiri tak yakin benar mengingatnya. |
Sastra | Pria tersebut berdiri dan menyusul wanita yang meninggalkannya. |
Sastra | Yang ia tahu, teman- teman prianya sering menambahkan kata 'kecil' di belakang namanya. |
Sastra | Tuan telah mempelajari adab Eropa selama ini, tentu Tuan tahu perbedaan antara sikap pria Eropa dan pria Pribumi terhadap 159 wanita. |
Sastra | Namun bila suara pertengkaran itu merembes keluar, membuat beberapa orang yang lewat di depan rumah mereka menengok lalu melempar wajah tanya kepada Supriatun, perempuan itu tak dapat menahan senyum kecutnya. |
Sastra | Setahunya dalam beberapa bulan itu, Mayumi telah tersihir oleh perangkap salah seorang pria ganteng di sana. |
Sastra | Aziz dan beberapa pria yang tak kami kenal terlambat masuk. |
Sastra | Pria paro baya yang selalu berpenampilan keren itu suka menjemput Cristal tiap akhir pekan. |
Sastra | Maka Raden Wira Nantaja pun tahulah, maka Baginda pun berbangkit, duduk di atas peterana yang keemasan bertatahkan ratna mutu manikam, dihadap oleh segala anak priayi dan anak penggawa sekalian, memakai dan menyandang tatapan kekuningan. |