title
stringlengths 3
13k
| url
stringlengths 26
465
| content
stringlengths 61
81.8k
| summary_content
stringlengths 49
7.5k
|
---|---|---|---|
Tujuh Perbedaan Syirik Besar Dan Syirik Kecil | https://muslim.or.id/24316-tujuh-perbedaan-syirik-besar-dan-syirik-kecil.html | Daftar Isi Syair mengatakan : Dengan mengetahui kebalikannya, akan nampak jelas hakekat suatu perkara. Jika Anda ingin tahu panasnya api, maka rasakan dinginnya air, jika Anda ingin tahu enaknya penerangan sinar lampu, maka kenalilah gelapnya malam. Ya! Dengan mengetahui kebalikannya, akan nampak jelas hakikat suatu perkara. Maka Anda tidaklah dikatakan paham tauhid dengan baik, kecuali jika Anda bisa menjelaskan apa itu syirik, karena syirik itu lawan dari tauhid. Begitu pula, tidaklah Anda bisa merasakan nikmatnya bertauhid dengan sempurna, kecuali jika Anda telah mengetahui bahayanya syirik. ( ) : ( : : Dalam Mujam Maqayisul Lughah Ibnu Faris disebutkan bahwa, Kata syirik () yang tersusun dari huruf syin (), ra` () dan kaf () memiliki dua makna pokok, salah satunya adalah menunjukkan keikutsertaan dan lawan dari sendirian Menyamakan selain Allah dengan Allah dalam perkara yang menjadi kekhususan-Nya (dalam rububiyyah, uluhiyyah, dan al-asma` was shifat) Seseorang mengambil sekutu bagi Allah dalam rububiyyah, uluhiyyah, atau nama dan sifat-Nya Definisi di atas berdasarkan hadits Ibnu Masud radhiallahu anhu ketika bertanya kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tentang dosa apakah yang paling besar, kemudian beliau shallallahu alaihi wa sallam menjawab, Engkau mengambil sekutu bagi Allah padahal Dia menciptakanmu (HR. Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim). Syirik besar ini mengeluarkan pelakunya dari Islam. Dinamakan besar karena adanya syirik yang di bawahnya, yang tingkat keburukannya tidak sampai sepertinya, yaitu syirik kecil. Segala hal yang dilarang dalam syariat sedangkan dalam nash disebut dengan nama syirik, dan menjadi sarana menghantarkan kepada kesyirikan besar. Syirik ini dinamakan kecil karena adanya syirik yang di atasnya, yang tingkat keburukannya lebih besar darinya. Syirik kecil ini tidak mengeluarkan pelakunya dari Islam karena tidak sampai ada unsur menyamakan selain Allah dengan Allah dalam perkara yang menjadi kekhususan-Nya (dalam rububiyyah, uluhiyyah dan al-asma` was shifat). Contoh: Bersumpah dengan nama selain Allah dikatakan syirik kecil karena ada dalam dalil penyebutan nama syirik untuknya, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Barangsiapa yang bersumpah dengan nama selain Allah, berarti telah menyekutukan Allah (HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi, dan Al-Hakim dan beliau menshahihkannya serta disepakati oleh Adz-Dzahabi. Juga dishahihkan Al-Albani dalam Irwa`ul Ghalil). Di samping itu sebagai sarana untuk mengagungkan selain Allah sebagaimana Allah. Riya` yang sedikit dalam beribadah dikatakan syirik kecil karena ada dalam dalil penyebutan nama syirik untuknya, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, . : : Sesungguhnya sesuatu yang paling aku takutkan atas kalian adalah syirik kecil. Mereka (para Sahabat) bertanya : Apakah syirik kecil itu,ya Rasulullah?. Beliau menjawab : Riya` (HR. Imam Ahmad,dishahihkan Al-Albani). Sebagai sarana untuk sampai kepada syirik besar, yaitu sama sekali tidak mau beramal shalih kecuali jika nantinya dipuji. Perbedaan syirik besar dan kecil dapat terlihat dari beberapa tinjauan, yaitu: Pelaku syirik besar tidak diampuni oleh Allah, kecuali jika bertaubat. Adapun syirik kecil diperselisihkan ulama jika pelakunya mati tidak bertaubat. Jumhur ulama berpendapat bahwa pelakunya tergantung kehendak Allah, sedangkan sebagian ulama yang lain berpendapat pelakunya tidak diampuni, maka pasti diadzab, namun tidak kekal di neraka. Syirik besar mengugurkan seluruh amal sholeh pelakunya, sedangkan syirik kecil hanya menggugurkan amal yang menyertainya. Syirik besar mengeluarkan pelakunya dari Islam, sedangkan syirik kecil tidak. Pelaku syirik besar jika mati tidak taubat kekal selamanya di Neraka, sedangkan syirik kecil tidak. Syirik besar termasuk pembatal keislaman (kekafiran), sedangkan syirik kecil -secara jenis dan secara umum- termasuk dosa besar yang terbesar sesudah syirik besar. Syirik besar menyebabkan halalnya darah dan harta pelakunya, sedangkan syirik kecil pelakunya dihukumi muslim namun imannya tidak sempurna dan disebut fasik (pelaku dosa besar). Pelaku syirik besar karena keluar dari Islam, maka jika masih hidup, disikapi dengan tidak boleh dimakan sembelihannya, dihukum dengan bunuh, dan eksekusinya ditangani pemerintah muslim, hanya saja diminta bertaubat terlebih dahulu, jika bertaubat, diterima taubatnya dan tidak dibunuh, serta disikapi sebagai seorang muslim. Namun jika pelaku syirik besar tersebut mati dan tidak bertaubat, maka tidak dishalati, tidak boleh dikuburkan di pemakaman kaum muslimin dan hartanya tidak diwariskan, tapi untuk Baitul Mal. Sedangkan pelaku syirik kecil, baik ketika masih hidup maupun sudah mati disikapi sebagai seorang muslim, seperti ahli warisnya berhak mewarisi hartanya, sembelihannya halal, dishalati jika meninggal dan dimakamkan di pemakaman kaum muslimin, tidak kekal selamanya di neraka Sama-sama dosa terbesar di antara dosa-dosa besar dan sama-sama disebut dalam kelompok dosa syirik. Karena sama-sama berdosa pelaku keduanya. Wallahu alam. Referensi : Penulis: Ust. Said Abu Ukasyah Artikel Muslim.Or.Id | Daftar Isi Syair mengatakan Dengan mengetahui kebalikannya, akan nampak jelas hakekat suatu perkara. Jika Anda ingin tahu panasnya api, maka rasakan dinginnya air, jika Anda ingin tahu enaknya penerangan sinar lampu, maka kenalilah gelapnya malam. Ya Dengan mengetahui kebalikannya, akan nampak jelas hakikat suatu perkara. Maka Anda tidaklah dikatakan paham tauhid dengan baik, kecuali jika Anda bisa menjelaskan apa itu syirik, karena syirik itu lawan dari tauhid. Begitu pula, tidaklah Anda bisa merasakan nikmatnya bertauhid dengan sempurna, kecuali jika Anda telah mengetahui bahayanya syirik. Syirik besar ini mengeluarkan pelakunya dari Islam. Dinamakan besar karena adanya syirik yang di bawahnya, yang tingkat keburukannya tidak sampai sepertinya, yaitu syirik kecil. Segala hal yang dilarang dalam syariat sedangkan dalam nash disebut dengan nama syirik, dan menjadi sarana menghantarkan kepada kesyirikan besar. Syirik kecil ini tidak mengeluarkan pelakunya dari Islam karena tidak sampai ada unsur menyamakan selain Allah dengan Allah dalam perkara yang menjadi kekhususanNya dalam rububiyyah, uluhiyyah dan alasma was shifat. Contoh Bersumpah dengan nama selain Allah dikatakan syirik kecil karena ada dalam dalil penyebutan nama syirik untuknya, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Barangsiapa yang bersumpah dengan nama selain Allah, berarti telah menyekutukan Allah HR. Abu Dawud, AtTirmidzi, dan AlHakim dan beliau menshahihkannya serta disepakati oleh AdzDzahabi. Juga dishahihkan AlAlbani dalam Irwaul Ghalil. Di samping itu sebagai sarana untuk mengagungkan selain Allah sebagaimana Allah. Riya yang sedikit dalam beribadah dikatakan syirik kecil karena ada dalam dalil penyebutan nama syirik untuknya, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, . Sesungguhnya sesuatu yang paling aku takutkan atas kalian adalah syirik kecil. Mereka para Sahabat bertanya Apakah syirik kecil itu,ya Rasulullah. Sebagai sarana untuk sampai kepada syirik besar, yaitu sama sekali tidak mau beramal shalih kecuali jika nantinya dipuji. Adapun syirik kecil diperselisihkan ulama jika pelakunya mati tidak bertaubat. Jumhur ulama berpendapat bahwa pelakunya tergantung kehendak Allah, sedangkan sebagian ulama yang lain berpendapat pelakunya tidak diampuni, maka pasti diadzab, namun tidak kekal di neraka. Syirik besar menyebabkan halalnya darah dan harta pelakunya, sedangkan syirik kecil pelakunya dihukumi muslim namun imannya tidak sempurna dan disebut fasik pelaku dosa besar. Namun jika pelaku syirik besar tersebut mati dan tidak bertaubat, maka tidak dishalati, tidak boleh dikuburkan di pemakaman kaum muslimin dan hartanya tidak diwariskan, tapi untuk Baitul Mal. Sedangkan pelaku syirik kecil, baik ketika masih hidup maupun sudah mati disikapi sebagai seorang muslim, seperti ahli warisnya berhak mewarisi hartanya, sembelihannya halal, dishalati jika meninggal dan dimakamkan di pemakaman kaum muslimin, tidak kekal selamanya di neraka Samasama dosa terbesar di antara dosadosa besar dan samasama disebut dalam kelompok dosa syirik. |
Niat Puasa Sunah Rajab dan Keutamaan Puasa Rajab | https://www.doaharianislami.com/2018/04/niat-puasa-sunah-rajab-dan-keutamaan.html | Niat Puasa Sunah Rajab dan Keutamaan Puasa Rajab - Bulan Rajab adalah bulan ketujuh dalam hitungan kalender Hijriyah dan termasuk salah satu bulan suci (haram), bulan yang dimuliakan beserta ketiga bulan lainnya yaitu Dzulqa'idah, Dzulhijah, dan Muharram. Pada bulan ini nabi Muhammad Saw, melakukan perjalanan dari Masjidil Haram (Makkah) ke Masjidil Aqsha (Palestina) dan dari Masjidil Aqsho ke Sidratul Muntaha menghadap Allah Swt dengan mengendarai Buraq pada tanggal 27 di bulan Rajab. Peristiwa ini diberi nama dengan Isra Mi'raj yang merupakan perintah mengerjakan sholat wajib lima waktu yang diterima Rasulullah Saw ketika beliau Isra' dan Mi'raj. Oleh karena itu bulan rajab dikenal oleh umat Islam sebagai bulan yang dimuliakan selain bulan Ramadhan. dengan begitu kita sebagai umat Islam alangkah baiknya memperbanyak amalan pada bulan Rajab, salah satunya adalah dengan menjalankan puasa sunah di bulan Rajab, mengingat begitu banyak keutamaan dan hikmah dibulan ini. Puasa di bulan Rajab juga dianjurkan Pasalnya, kita sebagai umat muslim dianjurkan untuk berpuasa sunah pada bulan-bulan agung menurut agama. Berikut ini adalah lafadz niat puasa sunah Rajab beserta Artinya.Baca juga: Kumpulan Doa Sehari-hari Lengkap dengan Artinya Niat Puasa Sunnah Rajab Nawaitu Sauma ghodin fii syahri rajabi sunnatan lillahi ta'aalaa Artinya : "Saya niat puasa esok hari di bulan rajab sunah karena Allah Ta'ala" Jika kita ingin menjalankan puasa Rajab di siang hari tetapi lupa atau tidak sempat membaca niat pada malam harinya, boleh menyusul mengucapkan niat puasa Rajab pada saat itu juga selama pada siang harinya kita belum makan, minum dan hal-hal lain yang membatalkan puasa sejak subuh. untuk lafadz niat puasa sunah Rajab di siang hari adalah sebagai berikut. Nawaitu shauma hadzaal yaumi 'an ada'i sunnati Rajaba lillahi ta'aalaa Artinya: "Aku berniat puasa sunah Rajab hari ini karena Allah Ta'ala." Dan tentunya puasa di bulan Rajab mempunyai banyak keutamaan yang bisa menjadi kekuatan kita untuk menjalankannya. Berikut beberapa hadis yang menerangkan keutamaan puasa bulan Rajab. Baca Juga : Bacaan Niat Qadha Puasa Ramadhan Keutamaan Puasa Di Bulan Rajab "Barang siapa berpuasa pada bulan Rajab sehari, maka laksana ia puasa selama sebulan, bila puasa 7 hari maka ditutuplah untuknya 7 pintu neraka Jahim, bila puasa 8 hari maka dibukakan untuknya 8 pintu surga, dan bila puasa 10 hari maka di gantilah dosa-dosanya dengan kebaikan." Diriwayatkan bahwa apabila Rasulullah Saw memasuki bulan Rajab beliau berdo'a:"Ya, Allah berkahilah kami di bulan Rajab (ini) dan (juga) Sya'ban, dan sampaikanlah kami kepada bulan Ramadhan." (HR. Imam Ahmad, dari Anas bin Malik). Riwayat Al-Thabarani dari Sa'id bin Rasyid: "Barangsiapa berpuasa sehari di bulan Rajab, maka ia laksana berpuasa setahun, bila puasa 7 hari maka ditutuplah untuknya pintu-pintu neraka jahanam, bila puasa 8 hari dibukakan untuknya 8 pintu surga, bila puasa 10 hari, Allah akan mengabulkan semua permintaannya." Riwayat (secara mursal) Abul Fath dari al-Hasan, Nabi Muhammad Saw bersabda: "Rajab itu bulannya Allah, Sya'ban bulanku, dan Ramadan bulannya umatku." "Sesungguhnya di surga terdapat sungai yang dinamakan Rajab, Airnya lebih putih dari pada susu dan rasanya lebih manis dari madu. Barangsiapa puasa sehari pada bulan Rajab, maka ia akan dikaruniai minum dari sungai tersebut". Sabda Rasulullah Saw : "Pada malam mi'raj, saya melihat sebuah sungai yang airnya lebih manis dari madu, lebih sejuk dari air batu dan lebih harum dari minyak wangi, lalu saya bertanya pada Jibril as : "Wahai Jibril untuk siapakan sungai ini? "Maka berkata Jibril as: "Ya Muhammad sungai ini adalah untuk orang yang membaca solawat untuk engkau di bulan Rajab ini". Baca juga : Niat Puasa Ramadhan Dan Doa Saat Berbuka Puasa Lengkap Demikianlah mengenai niat puasa sunah Rajab dan beberapa keutamaan berpuasa dibulan Rajab. dengan mengetahui keutamaan berpuasa di bulan rajab tentunya akan memantapkan hati kita dan menambah semangat untuk mengerjakan puasa sunah di bulan rajab dan memperbanyak ibadah dibulan tersebut. | Niat Puasa Sunah Rajab dan Keutamaan Puasa Rajab Bulan Rajab adalah bulan ketujuh dalam hitungan kalender Hijriyah dan termasuk salah satu bulan suci haram, bulan yang dimuliakan beserta ketiga bulan lainnya yaitu Dzulqaidah, Dzulhijah, dan Muharram. Pada bulan ini nabi Muhammad Saw, melakukan perjalanan dari Masjidil Haram Makkah ke Masjidil Aqsha Palestina dan dari Masjidil Aqsho ke Sidratul Muntaha menghadap Allah Swt dengan mengendarai Buraq pada tanggal 27 di bulan Rajab. Peristiwa ini diberi nama dengan Isra Miraj yang merupakan perintah mengerjakan sholat wajib lima waktu yang diterima Rasulullah Saw ketika beliau Isra dan Miraj. Oleh karena itu bulan rajab dikenal oleh umat Islam sebagai bulan yang dimuliakan selain bulan Ramadhan. untuk lafadz niat puasa sunah Rajab di siang hari adalah sebagai berikut. Nawaitu shauma hadzaal yaumi an adai sunnati Rajaba lillahi taaalaa Artinya Aku berniat puasa sunah Rajab hari ini karena Allah Taala. Riwayat AlThabarani dari Said bin Rasyid Barangsiapa berpuasa sehari di bulan Rajab, maka ia laksana berpuasa setahun, bila puasa 7 hari maka ditutuplah untuknya pintupintu neraka jahanam, bila puasa 8 hari dibukakan untuknya 8 pintu surga, bila puasa 10 hari, Allah akan mengabulkan semua permintaannya. Riwayat secara mursal Abul Fath dari alHasan, Nabi Muhammad Saw bersabda Rajab itu bulannya Allah, Syaban bulanku, dan Ramadan bulannya umatku. Sesungguhnya di surga terdapat sungai yang dinamakan Rajab, Airnya lebih putih dari pada susu dan rasanya lebih manis dari madu. Barangsiapa puasa sehari pada bulan Rajab, maka ia akan dikaruniai minum dari sungai tersebut. Sabda Rasulullah Saw Pada malam miraj, saya melihat sebuah sungai yang airnya lebih manis dari madu, lebih sejuk dari air batu dan lebih harum dari minyak wangi, lalu saya bertanya pada Jibril as Wahai Jibril untuk siapakan sungai ini Maka berkata Jibril as Ya Muhammad sungai ini adalah untuk orang yang membaca solawat untuk engkau di bulan Rajab ini. Baca juga Niat Puasa Ramadhan Dan Doa Saat Berbuka Puasa Lengkap Demikianlah mengenai niat puasa sunah Rajab dan beberapa keutamaan berpuasa dibulan Rajab. dengan mengetahui keutamaan berpuasa di bulan rajab tentunya akan memantapkan hati kita dan menambah semangat untuk mengerjakan puasa sunah di bulan rajab dan memperbanyak ibadah dibulan tersebut. |
Apa hikmahnya berwudhu bagi orang yang keluar angin? | https://islamqa.info/id/answers/145419/hikmah-diwajibkan-berwudhu-karena-keluar-angin | Alhamdulillah. Pertama: Berwudhu bagi orang yang keluar angin diwajibkan jika seseorang hendak shalat. Hal tersebut telah ditetapkan berdasarkan sunah dan ijma’ seluruh para ulama’. Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dia berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, "Shalat tidak diterima bagi orang yang berhadats sehingga dia berwudhu." Lalu seseorang dari Hadramaut berkata, "Apakah hadats itu wahai Abu Hurairah?" Beliau berkata, "Buang angin." (HR. Bukhari, no. 135 dan Muslim, 225) Dari Abdullah bin Zaid, dia mengadukan kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tentang seseorang yang merasakan seakan-akan ada sesuatu yang keluar saat dia shalat. Maka beliau bersabda, ( 137 361) . "Jangan hentikan shalatnya sebelum dia mendengar suara atau mendapatkan bau." (HR. Bukhari, no. 137 dan Muslim, 361) Ibnu Munzir rahimahullah berkata, Mereka sepakat bahwa keluar kotoran dari dubur, kencing dari qubul, begitu juga bagi wanita, juga keluar mani dan keluar angin dari dubur, hilang akal dengan cara apapun, semua itu merupakan hadats yang membatalkan thaharah. Maka wajib baginya berwudhu (jika hendak shalat). (Al-Ijma, hal. 29) Lihat jawaban soal no. 114793 Kedua: Seorang muslim meyakini bahwa apa yang disyariatkan Allah Ta'ala mengandung hikmah yang dalam. Di antara konsekwensi keimanan kepada Allah Ta'ala adalah mengagungkan perintah-perintahnya dan larangan-larangan-Nya, meyakini bahwa tidaklah Dia menetapkan suatu syariat kecuali di dalamnya terkandung hikmah yang sangat dalam. Ketundukan seorang muslim kepada Allah Ta'ala dan kepada Rasul-Nya tidak tergantung dengan apakah dia mengetahui hikmah sebuah syariat atau tidak. Tapi cukup baginya mengetahi bahwa itu syariat Allah, maka dia segera melaksanakannya. Ibnu Qayim rahimahullah mengatakan, "Di antara tanda pengagungan terhadap perintah dan larangan (Allah) adalah tidak mencari-cari alasan atas sebua perintah sehingga melemahkan ketundukannya terhadap perintah Allah Azza wa Jalla. Akan tetapi hendaknya dia tunduk kepada perintah dan hukum Allah, dengan melaksanakan perintahnya, apakah hikmah sebuah perintah dan larangan dalam sebuah syariat tampak baginya atau tidak. Jika tampak baginya hikmah dari sebuah syariat, maka hal itu akan semakin memotivasi untuk tunduk dan pasrah kepada perintah Allah. (Al-Wabil Ash-Shayib, hal. 35) Ketiga: Di antara hikmah syariat ini: Bahwa angin yang keluar dari dubur bersumber dari tempat keluarnya kotoran yang membatalkan wudhu. Maka hukumnya disamakan, berbeda dengan angin yang keluar dari mulut (sendawa) yang tidak membatalkan wudhu. Ibnu Qayim rahimahullah berkata, "Adapun ucapannya 'Dia membedakan antara angin yang keluar melalui dubur dengan angin yang keluar melalui sendawa, maka yang pertama diwajibkan berwudhu, sedangkan yang kedua tidak diwajibkan." Ini juga termasuk bagian dari keindahan dan kesempurnaan ajaran Islam. Sebagaimana dibedakan antara riak yang keluar dari mulut dan kotoran yang keluar dari dubur. Orang yang menyamakan antara buang angin dari dubur dengan sendawa, maka dia seperti orang yang menyamakan keluarnya riak dengan kotoran. Sendawa termasuk jenis bersin yang tak lain merupakan angin yang tertahan di otak dan menuntut jalan keluar. Maka dia keluar melalui pangkal hidung sehingga keluarlah bersin. Begitupula dengan sendawa, adalah angin yang tertahan di atas lambung, sehingga dia naik, berbeda dengan angin yang tertahan di bawah lambung. Orang yang menyamakan antara sendawa dengan buang angin dalam sifat dan hukumnya, maka orang itu rusak logika dan inderanya. (I'lamul Muwaqqi'in, 2/107-108) Boleh jadi dari angin tersebut keluar sesuatu yang lembab yang tidak disadari, maka syariat menyamaratakan masalah buang angin dalam perkara wudhu (sebagai sesuatu yang membatalkan). Al-Qaffal Al-Syasyi rahimahullah berkata, "Asalnya, hadats adalah sesuatu yang keluar dari salah satu dua jalan, baik kotoran ataupun kencing atau semacamnya. Karena apa yang keluar dari salah satu keduanya dikatagorikan sebagai sesuatu yang dianggap kotor dan dijauhi. Kemudian hilangnya akal membuat seseorang tidak memiliki beban kewajiban. Minimal sekali adalah keluarnya angin dari dubur. Karena keseringannya adalah dia keluar bersama sesuatu yang lembab dan sulit dihindari. Maka akhirnya masalah ini dipukulrata dan dikelompokkan sebagai sesuatu yang keluar dari kotoran atau kencing. Karena angin dianggap sebagai pembuka bagi keduanya. (Mahasin Asy-Syariah, 1/169) Ada juga yang mengatakan bahwa konsekwensi pengagungan terhadap syariat menuntut seorang muslim untuk menjaga shalatnya agar terlaksana dalam kondisi yang paling baik. Baik dari segi pakaian, aroma, kesucian tempat. Hal ini bertentangan jika dibolehkan keluar angin dan menjadikannya sebagai perkara yang tidak membatalkan wudhu. Apapun kesimpulanya, berwudhu adalah ibadah dan bahwa syariat sebab-sebab batalnya wudhu memiliki hikmah yang agung. Seorang muslim sejati, meyakini bahwa Allah Maha Bijaksana, dan bahwa semua syariatnya mengandung hikmah yang dalam. Bukankah kita di masa sekarang ini ada orang yang mengkonsumsi obat pada waktu tertentu, cara tertentu, jumlah tertentu dan orang itu konsisten dengan aturan tersebut tanpa bertana "bagaimana?" atau "mengapa?". Hal itu semata karena dia percaya dengan pengetahuan sang dokter yang memberinya obat dan cara penggunaannya. Ketika sudah kuat keyakinannya, maka dia tidak merasa perlu untuk bertanya tentang hikmahnya. Allah lebih dari sekedar contoh tersebut, karena dia Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana. Orang yang telah beriman kepada Tuhannya dan meyakini ilmuNya, maka dia tidak ragu untuk memenuhi perintahnya walau belum tahu hikmahnya. Apalagi kalau dia sudah mengetahui hikmahnya setelah dia memenuhinya!! Lihat jawaban soal no. 26792 di dalamnya terdapat rincian penting seputar hukum-hukum ibadah dan hukum-hukum perkara yang dapat dipahami maknanya. Wallahua'lam. | Pertama Berwudhu bagi orang yang keluar angin diwajibkan jika seseorang hendak shalat. Hal tersebut telah ditetapkan berdasarkan sunah dan ijma seluruh para ulama. Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dia berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Shalat tidak diterima bagi orang yang berhadats sehingga dia berwudhu. 135 dan Muslim, 225 Dari Abdullah bin Zaid, dia mengadukan kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tentang seseorang yang merasakan seakanakan ada sesuatu yang keluar saat dia shalat. 114793 Kedua Seorang muslim meyakini bahwa apa yang disyariatkan Allah Taala mengandung hikmah yang dalam. Tapi cukup baginya mengetahi bahwa itu syariat Allah, maka dia segera melaksanakannya. Ibnu Qayim rahimahullah mengatakan, Di antara tanda pengagungan terhadap perintah dan larangan Allah adalah tidak mencaricari alasan atas sebua perintah sehingga melemahkan ketundukannya terhadap perintah Allah Azza wa Jalla. Jika tampak baginya hikmah dari sebuah syariat, maka hal itu akan semakin memotivasi untuk tunduk dan pasrah kepada perintah Allah. Ini juga termasuk bagian dari keindahan dan kesempurnaan ajaran Islam. Orang yang menyamakan antara buang angin dari dubur dengan sendawa, maka dia seperti orang yang menyamakan keluarnya riak dengan kotoran. Sendawa termasuk jenis bersin yang tak lain merupakan angin yang tertahan di otak dan menuntut jalan keluar. Maka dia keluar melalui pangkal hidung sehingga keluarlah bersin. Ilamul Muwaqqiin, 2107108 Boleh jadi dari angin tersebut keluar sesuatu yang lembab yang tidak disadari, maka syariat menyamaratakan masalah buang angin dalam perkara wudhu sebagai sesuatu yang membatalkan. AlQaffal AlSyasyi rahimahullah berkata, Asalnya, hadats adalah sesuatu yang keluar dari salah satu dua jalan, baik kotoran ataupun kencing atau semacamnya. Karena apa yang keluar dari salah satu keduanya dikatagorikan sebagai sesuatu yang dianggap kotor dan dijauhi. Kemudian hilangnya akal membuat seseorang tidak memiliki beban kewajiban. Karena keseringannya adalah dia keluar bersama sesuatu yang lembab dan sulit dihindari. Maka akhirnya masalah ini dipukulrata dan dikelompokkan sebagai sesuatu yang keluar dari kotoran atau kencing. Karena angin dianggap sebagai pembuka bagi keduanya. Mahasin AsySyariah, 1169 Ada juga yang mengatakan bahwa konsekwensi pengagungan terhadap syariat menuntut seorang muslim untuk menjaga shalatnya agar terlaksana dalam kondisi yang paling baik. Baik dari segi pakaian, aroma, kesucian tempat. Seorang muslim sejati, meyakini bahwa Allah Maha Bijaksana, dan bahwa semua syariatnya mengandung hikmah yang dalam. Hal itu semata karena dia percaya dengan pengetahuan sang dokter yang memberinya obat dan cara penggunaannya. Ketika sudah kuat keyakinannya, maka dia tidak merasa perlu untuk bertanya tentang hikmahnya. Allah lebih dari sekedar contoh tersebut, karena dia Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana. 26792 di dalamnya terdapat rincian penting seputar hukumhukum ibadah dan hukumhukum perkara yang dapat dipahami maknanya. |
Saya pernah ditanya oleh seorang teman yang non muslim tentang bukti keberadaan Allah dan mengapa kita diciptakan serta hikmah di balik penciptaan ini. Jawaban yang saya berikan belum cukup meyakinkannya. Oleh karena itu saya mohon anda memberikan jawaban terhadap persoalan ini!. | https://islamqa.info/id/answers/26745/bukti-eksistensi-allah-dan-hikmah-penciptaan-manusia | Alhamdulillah.Saudaraku muslim, Sesungguhnya dakwah yang anda lakukan dan upaya anda untuk menjelaskan hakikat eksistensi Allah Ta'ala, merupakan perkara yang membahagiakan kami semua. Sesungguhnya mengenal Allah sangat erat hubungannya dengan fitrah insani yang suci dan selaras dengan akal yang lurus. Berapa banyak dari mereka yang non muslim, lalu mereka memeluk Islam setelah melihat hakikat ini. Sekiranya jika setiap orang dari kita melaksanakan kewajiban agamanya, tentu akan semakin banyak orang yang memeluk agama ini. Selamat kami ucapkan kepada anda yang telah mengambil andil dari peran para nabi dan rasul ini. Kabar gembira kami sampaikan kepada anda yang telah berdakwah di jalan-Nya. Bahwa bagi anda pahala yang agung, seperti yang disampaikan melalui lisan nabi kita Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Di mana beliau pernah bersabda, "Satu orang mendapatkan hidayah Allah lantaran ajakanmu, maka hal itu lebih baik bagimu daripada unta merah." (HR. Bukhari, 3/ 134 dan Muslim, 4/ 1872). Unta merah merupakan jenis unta yang paling baik. Kedua, Adapun bukti eksistensi Allah, sangat jelas dan terang bagi orang yang mempergunakan akalnya. Tidak membutuhkan penelitian panjang atau pertimbangan yang berlarut-larut. Bukti eksistensi Allah, dapat dibuktikan dengan tiga dalil: dalil fitrah, indera dan syar'i. dan masing-masing bukti tersebut akan kami jelaskan berikutnya dengan izin Allah Ta'ala. Dalil fitrah Syekh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata, Dalil fitrah yang mendasari eksistensi Allah merupakan dalil terkuat dari dalil-dalil lainnya, sepanjang fitrah tersebut tidak diselewengkan oleh setan. Allah Ta'ala berfirman, (30) "Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui." (QS. Ar Rum: 30). Fitrah insani yang lurus mengakui eksistensi Allah. Tiada yang menyimpang dari fitrah yang suci ini melainkan orang yang telah mengikuti bujuk rayu setan. Pengaruh setan menyebabkan seseorang terhalang untuk mengikuti fitrahnya yang suci." Syarh safariniyah. Setiap orang merasakan dalam fitrahnya, bahwa ia memiliki Tuhan pencipta dan ia merasa sangat memerlukan pertolongan-Nya dalam kondisi terjepit. Kedua tangan tertengadah, hati tertuju dan mata mendongak ke langit memohon bantuan dari-Nya. Dalil inderawi Berbagai peristiwa yang terjadi di alam semesta. Yakni alam di sekitar kita, bukanlah terjadi secara tiba-tiba. Pasti ia ada yang menciptakan. Demikian pula segala hal yang terdapat di atasnya. Semua pepohonan, bebatuan, manusia, bumi dan langit, lautan sungai dan lain-lain. Jika ada yang bertanya, "Siapakah yang menciptakan dan mengadakan alam semesta ini dan yang mengaturnya? Maka jawabannya adalah: Ada kemungkinan ia ada begitu saja tanpa ada sebab. Pada saat itu tak seorang pun yang mengetahui kapan ia ada. Atau kemungkinan lain alam semesta ini mengadakan dirinya sendiri dan mengatur dirinya sendiri. Kemungkinan ketiga, bahwa alam semesta ada yang menciptakan dan mengadakannya. Dari ketiga kemungkinan ini, maka kita simpulkan bahwa pertama dan kedua adalah kemungkinan yang mustahil terjadi. Hanya kemungkinan ketiga yang benar dan shahih. Bahwa di sana ada yang mengadakan dan mencipta alam semesta, yaitu Allah Ta'ala, sebagaimana tersebut dalam al Qur'anul karim, (35) (36) "Atau apakah mereka tercipta tanpa asal-usul? Ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)?. Ataukah mereka telah menciptakan langit dan bumi?. Sebenarnya mereka tidak meyakini (apa yang mereka katakan)." Ath Thur: 35-36. Kemudian muncul pertanyaan, sejak kapan alam semesta ini diciptakan? Dari kurun waktu yang lama ini, siapa yang mengatur apa saja yang tinggal di atas bumi dan sebab yang dapat membuatnya hidup lama di sana. Jawabnya, Dialah Allah yang telah memberikan semua hal apa yang bermanfaat baginya dan menjamin kelestarian hidup. Bukankah anda melihat tumbuh-tumbuhan yang hijau dan indah, jika Allah tahan air hujan membasahi bumi, maka apakah tumbuhan tersebut dapat bertahan hidup tanpa mengalami kepunahan?. Tentu ia akan kering dan punah. Maka jika kita perhatikan dengan teliti, kita temukan bahwa segala sesuatu terkait dengan Allah Ta'ala. Artinya tanpa kehendak Allah, maka tiada akan ada sesuatupun di permukaan bumi ini. Lalu Allah membaguskan ciptaan-Nya. Dan segala sesuatu sesuai dengan yang cocok untuknya. Unta misalnya, cocok untuk dikendarai. (71) (72) "Dan apakah mereka tidak melihat bahwa sesungguhnya Kami telah menciptakan binatang ternak untuk mereka yaitu sebagian dari apa yang telah Kami ciptakan dengan kekuasaan Kami sendiri, lalu mereka menguasainya? Dan Kami tundukan binatang-binatang itu untuk mereka, maka sebagiannya menjadi tunggangan mereka dan sebagiannya mereka makan." (QS. Yasin; 71-72). Lihatlah bagaimana Allah menciptakan seekor unta sedemikian kuat dan serasi tubuhnya, agar siap dikendarai dan memikul beban yang berat dan sulit, yang tak mampu diusung oleh binatang ternak lainnya. Demikianlah jika anda memperhatikan dengan teliti, ada kesesuaian antara ciptaan-Nya dan peran yang akan dipikulnya. Subhanallah, Maha Suci Allah. Di antara sebagian dalil inderawi adalah: Turunnya curahan hujan karena sebab (do'a), merupakan bukti eksistensi sang Pencipta. Karena Dia mengabulkan permohonan. Syekh Ibnu Utsaimin berkata, "Setelah Nabi shallallahu alaihi wa sallam meminta hujan seraya berdo'a, "Ya Allah turunkan hujan kepada kami, ya Allah turunkan hujan kepada kami," lalu arakan awan muncul dan hujan pun turun dengan deras sebelum beliau turun dari mimbar. Ini menunjukan adanya Pencipta." Syarh safariniyah. Sedangkan dalil syar'i yang menunjukan eksistensi Pencipta (menurut syekh Ibnu Utsaimin), bahwa seluruh aturan hidup yang Dia tetapkan menunjukan adanya Allah, dengan kesempurnaan ilmu, hikmah dan rahmat-Nya. Karena aturan hidup yang sangat teratur ini mengharuskan adanya Sang Pengatur, yakni Allah Ta'ala. Syarh safariniyah. Sedangkan pertanyaan anda, mengapa Allah menciptakan kita? Jawabnya, kita diciptakan untuk beribadah kepada-Nya, mensyukuri nikmat dan berzikir kepada-Nya. Juga untuk melaksanakan apa yang diperintahkan-Nya. Dan anda tahu bahwa hamba-Nya ada yang kafir dan ada yang muslim. Dan Allah ingin menguji dan memberikan cobaan untuk hamba-Nya, apakah mereka beribadah kepada selain Allah seperti yang dilakukan oleh orang lain setelah Allah bentangkan jalan bagi setiap orang. Allah berfirman, "Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun." (QS. Al Mulk: 2). (56) "Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku." (QS. Adz-Dzariyat; 56). Kami memohon kepada Allah, agar Dia memberikan taufiq-Nya kepada kami dan anda semua untuk melakukan sesuatu amalan yang mendatangkan cinta dan ridha-Nya, semangat dalam mendakwahkan agama-Nya dan berkiprah untuk menyebarkan ajaran agama-Nya. Shalawat semoga tetap tercurah atas Nabi shallallahu alaihi wa sallam. | Saudaraku muslim, Sesungguhnya dakwah yang anda lakukan dan upaya anda untuk menjelaskan hakikat eksistensi Allah Taala, merupakan perkara yang membahagiakan kami semua. Sesungguhnya mengenal Allah sangat erat hubungannya dengan fitrah insani yang suci dan selaras dengan akal yang lurus. Berapa banyak dari mereka yang non muslim, lalu mereka memeluk Islam setelah melihat hakikat ini. Bahwa bagi anda pahala yang agung, seperti yang disampaikan melalui lisan nabi kita Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Di mana beliau pernah bersabda, Satu orang mendapatkan hidayah Allah lantaran ajakanmu, maka hal itu lebih baik bagimu daripada unta merah. Unta merah merupakan jenis unta yang paling baik. Tidak membutuhkan penelitian panjang atau pertimbangan yang berlarutlarut. dan masingmasing bukti tersebut akan kami jelaskan berikutnya dengan izin Allah Taala. Tiada yang menyimpang dari fitrah yang suci ini melainkan orang yang telah mengikuti bujuk rayu setan. Setiap orang merasakan dalam fitrahnya, bahwa ia memiliki Tuhan pencipta dan ia merasa sangat memerlukan pertolonganNya dalam kondisi terjepit. Kedua tangan tertengadah, hati tertuju dan mata mendongak ke langit memohon bantuan dariNya. Demikian pula segala hal yang terdapat di atasnya. Semua pepohonan, bebatuan, manusia, bumi dan langit, lautan sungai dan lainlain. Pada saat itu tak seorang pun yang mengetahui kapan ia ada. Atau kemungkinan lain alam semesta ini mengadakan dirinya sendiri dan mengatur dirinya sendiri. Dari ketiga kemungkinan ini, maka kita simpulkan bahwa pertama dan kedua adalah kemungkinan yang mustahil terjadi. Bahwa di sana ada yang mengadakan dan mencipta alam semesta, yaitu Allah Taala, sebagaimana tersebut dalam al Quranul karim, 35 36 Atau apakah mereka tercipta tanpa asalusul Ataukah mereka yang menciptakan diri mereka sendiri. Sebenarnya mereka tidak meyakini apa yang mereka katakan. Jawabnya, Dialah Allah yang telah memberikan semua hal apa yang bermanfaat baginya dan menjamin kelestarian hidup. 71 72 Dan apakah mereka tidak melihat bahwa sesungguhnya Kami telah menciptakan binatang ternak untuk mereka yaitu sebagian dari apa yang telah Kami ciptakan dengan kekuasaan Kami sendiri, lalu mereka menguasainya Dan Kami tundukan binatangbinatang itu untuk mereka, maka sebagiannya menjadi tunggangan mereka dan sebagiannya mereka makan. Di antara sebagian dalil inderawi adalah Turunnya curahan hujan karena sebab doa, merupakan bukti eksistensi sang Pencipta. Dan anda tahu bahwa hambaNya ada yang kafir dan ada yang muslim. Allah berfirman, Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. 56 Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepadaKu. Kami memohon kepada Allah, agar Dia memberikan taufiqNya kepada kami dan anda semua untuk melakukan sesuatu amalan yang mendatangkan cinta dan ridhaNya, semangat dalam mendakwahkan agamaNya dan berkiprah untuk menyebarkan ajaran agamaNya. |
Di antara para makmum ada yang wafat pada saat shalat Ashar, maka apakah boleh menghentikan shalat fardhu untuk kejadian tersebut atau tidak ? | https://islamqa.info/id/answers/309122/seseorang-meninggal-dunia-pada-saat-shalat-fardhu-maka-apakah-orang-orang-disekitarnya-menghentikan-shalatnya-untuk-jenazah-tersebut | Alhamdulillah.Hukum asal dari shalat wajib adalah tidak boleh dihentikan; karena Allah telah melarang untuk membatalkan amal. Allah Ta’ala berfirman: /33 “Hai orang-orang yang beriman, ta`atlah kepada Allah dan ta`atlah kepada rasul dan janganlah kalian merusakkan (pahala) amal-amalmu”. (QS. Muhammad: 33) Syeikh Abdurrahman as Sa’di –rahimahullah- berkata: “Firman Allah: mencakup larangan untuk membatalkannya setelah mengamalkannya dengan sesuatu yang akan merusaknya, karena disebut-sebut dan ta’jub dengannya, bangga dan sum’ah, dan barang siapa yang mengerjakan maksiat yang karenanya amalan akan berguguran dan pahalanya akan hancur, dan mencakup larangan untuk merusaknya pada saat dikerjakan dengan menghentikannya, atau melakukan hal yang akan merusaknya. Makah hal-hal yang membatalkan shalat, puasa, haji dan lain sebagainya, semuanya masuk dalam kategori ini, dan dilarang, para ahli fikih berdalil dengan ayat ini bahwa haram hukumnya menghentikan ibadah fardhu”. (Tafsir as Sa’di: 789) Dikecualikan dari hal tersebut jika terjadi kebutuhan mendesak yang tidak mungkin dihindari. Disebutkan di dalam Al Mausu’ah Al Fiqhiyyah Al Kuwaitiyyah (34/51): “Menghentikan ibadah wajib setelah memulainya tanpa ada alasan secara syar’i, tidak boleh sesuai dengan kesepakatan para ulama; karena menghentikannya tanpa alasan yang dibenarkan syari’at adalah bentuk kesia-siaan yang akan menafikan kehormatan ibadah, dan ada ayat yang melarang untuk merusak ibadah, firman Allah Ta’ala: “dan janganlah kalian merusakkan (pahala) amal-amalmu”. (QS. Muhammad: 33) Adapun menghentikan ibadah karena ada alasan yang dibenarkan syari’at maka hal itu disyari’atkan, menghentikan shalat untuk membunuh ular atau yang serupa dengannya, karena ada perintah untuk membunuhnya, atau karena khawatir akan kehilangan harta yang bernilai yang ia miliki atau milik orang lain, atau untuk menolong orang terlantar, mengingatkan orang yang lalai atau orang tidur yang menjadi incaran ular yang tidak mungkin mengingatkannya dengan membaca tasbih, dan menghentikan puasa untuk menolong orang yang tenggelam, atau karena takut (mengancam) jiwa atau balita”. Tidak diragukan lagi bahwa jatuhnya seseorang pada saat shalat seperti orang meninggal dunia, masih ada kemungkinan meninggal dunia dan ada kemungkinan nyawanya masih bisa tertolong, maka diwajibkan bagi yang berada di kanan-kirinya untuk menghentikan shalat guna memberikan pertolongan pertama; karena mengakhirkan (pertolongan) sampai selesai shalat bisa jadi terlambat untuk kesempatan menolongnya. Dan jika ternyata yang berada disekitarnya mengetahui bahwa ia sudah meninggal dunia, dan tidak ada keseriusan untuk membantunya, maka tidak diragukan lagi hal itu merupakan hadats besar jika jenazah dibiarkan berada di tengah shaff, hal itu juga akan memutus shaff bagi orang yang tidak shalat, ada sisi meremehkan kehormatan jenazah jika dibiarkan begitu saja. Maka hukum yang nampak adalah disyari’atkan bagi orang-orang yang berada disekitar jenazah agar menghentikan shalat mereka dan meletakkan jenazah berada di samping berusaha untuk menutupnya dengan sesuatu yang memungkinkan, sampai orang-orang selesai melaknakan shalat fardhu mereka, kemudian baru mengurus jenazah tersebut. Yang disyari’atkan dalam menghentikan shalat pada kondisi tersebut, cukup sesuai dengan kebutuhan, sebagaimana kaidah fikih secara tekstual, jika sebagian orang yang shalat menghentikan shalat mereka maka kepada mereka kemaslahatan syar’i akan mereka dapatkan, tidak ada celah semua orang-orang menghentikan shalat mereka dan menyibukkan diri dengan satu jenazah dari pada shalat fardhu. Wallahu A’lam | Hukum asal dari shalat wajib adalah tidak boleh dihentikan karena Allah telah melarang untuk membatalkan amal. Allah Taala berfirman 33 Hai orangorang yang beriman, taatlah kepada Allah dan taatlah kepada rasul dan janganlah kalian merusakkan pahala amalamalmu. Makah halhal yang membatalkan shalat, puasa, haji dan lain sebagainya, semuanya masuk dalam kategori ini, dan dilarang, para ahli fikih berdalil dengan ayat ini bahwa haram hukumnya menghentikan ibadah fardhu. Tafsir as Sadi 789 Dikecualikan dari hal tersebut jika terjadi kebutuhan mendesak yang tidak mungkin dihindari. Disebutkan di dalam Al Mausuah Al Fiqhiyyah Al Kuwaitiyyah 3451 Menghentikan ibadah wajib setelah memulainya tanpa ada alasan secara syari, tidak boleh sesuai dengan kesepakatan para ulama karena menghentikannya tanpa alasan yang dibenarkan syariat adalah bentuk kesiasiaan yang akan menafikan kehormatan ibadah, dan ada ayat yang melarang untuk merusak ibadah, firman Allah Taala dan janganlah kalian merusakkan pahala amalamalmu. Tidak diragukan lagi bahwa jatuhnya seseorang pada saat shalat seperti orang meninggal dunia, masih ada kemungkinan meninggal dunia dan ada kemungkinan nyawanya masih bisa tertolong, maka diwajibkan bagi yang berada di kanankirinya untuk menghentikan shalat guna memberikan pertolongan pertama karena mengakhirkan pertolongan sampai selesai shalat bisa jadi terlambat untuk kesempatan menolongnya. Dan jika ternyata yang berada disekitarnya mengetahui bahwa ia sudah meninggal dunia, dan tidak ada keseriusan untuk membantunya, maka tidak diragukan lagi hal itu merupakan hadats besar jika jenazah dibiarkan berada di tengah shaff, hal itu juga akan memutus shaff bagi orang yang tidak shalat, ada sisi meremehkan kehormatan jenazah jika dibiarkan begitu saja. Maka hukum yang nampak adalah disyariatkan bagi orangorang yang berada disekitar jenazah agar menghentikan shalat mereka dan meletakkan jenazah berada di samping berusaha untuk menutupnya dengan sesuatu yang memungkinkan, sampai orangorang selesai melaknakan shalat fardhu mereka, kemudian baru mengurus jenazah tersebut. |
Jika Sholat Idul Fitri Sendirian di Rumah, Apakah Perlu Khutbah? | https://bincangsyariah.com/hukum-islam/ubudiyah/shalat-id-sendirian-apakah-perlu-khutbah/ | Sholat Idul Fitri merupakan sholat sunnah yang hukumnya sunnah muakkadah dalam syariat Islam. Artinya, bagi kaum muslimin, yang berakal, baligh, muqim, dan sehat jasmani rohani, tidak kedapatan udzur syari yang kemungkinan membuatnya mamnu (terhalang dari menghadiri sholat), di mana pun ia berada, sangat dianjurkan untuk melaksanakannya dan menunaikannya secara berjamaah yang diakhiri dengan dua khutbah. Karena sangat dianjurkannya penunaiannya ini, maka sampai-sampai ada sebuah hadits yang diriwayatkan dengan sanad dari Ummu Athiyah radliyallahu anha, sebagai berikut: : : Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memerintahkan kami untuk mengajak keluar kaum perempuan pada hari raya Idul Fitri dan Idul Adha, baik perempuan awatiq (wanita yang baru baligh), wanita haid, maupun gadis yang dipingit. Ada pun wanita haid, mereka memisahkan diri dari tempat pelaksanaan shalat dan mereka menyaksikan kebaikan serta dakwah kaum muslimin. Aku berkata: Wahai Rasulullah, salah seorang dari kami tidak memiliki jilbab. Beliau menanggapi: Hendaklah saudarinya (maksudnya sesama muslimah) meminjamkan jilbab kepadanya. HR. Imam Bukhari (Nomor Hadits 324) dan Muslim (Nomor Hadits 890). Perempuan awatiq adalah: Awatiq adalah orang yang baru menginjak usia baligh, atau hampir baligh, atau perempuan yang siap untuk dinikahkan. Adapun perempuan dzawati al-khudur adalah : Dzawati al-khudur adalah perempuan-perempuan yang menginjak usia perawan (pingitan). Melihat adanya anjuran agar para perempuan yang sebelumnya tercegah dari menghadiri jamaah di masjid, akan tetapi pada waktu sholat id ini justru malah diperintahkan agar diajak menghadiri tempat dilaksanakannya sholat id, maka ulama kalangan Hanafiyah dan Hanabilah hingga menghukumi bahwa sholat id adalah wajib khususnya bagi orang yang memiliki kewajiban melaksanakan sholat Jumat. Namun, pendapat yang rajih dari kalangan Malikiyah dan Syafiiyah menyatakan bahwa hukum sholat id adalah sunnah muakkad. Dasar yang dipergunakan oleh dua madzhab terakhir ini, adalah hadits sebagaimana yang tertuang dalam riwayat Imam Bukhari dan Muslim dengan sanad dari Thalhah ibn Ubaidillah yang berkata: : : : : Seseorang telah menghadap Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, kemudian bertanya tentang Islam. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: sholat lima waktu dalam sehari semalam. Lalu ia bertanya lagi: Adakah selainnya bagiku Ya Rasulallah? Rasul menjawab: Tidak ada, kecuali engkau menjadikan suatu ketaatan (kesunahan). Para sahabat berkomentar: Seandainya sholat id adalah wajib, maka pastilah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pasti akan menjelaskannya. HR. Bukhari-Muslim Mengingat adanya dua hadits di atas, para ulama ahli hadits berusaha mengompromikan keduanya melalui cara mengambil jalan tengah, yaitu dengan ditetapkan status sunnah muakkadah, yang dalam konteks lain sering diartikan sebagai sunnah yang mendekati hukum wajib. Lantas, bagaimana di tengah kondisi Pandemi Covid-19 ini kita hendaknya bersikap? Menimbang hukum kesunahan pada shalat id ini, maka dalam situasi pandemi covid-19, maka agar kita tetap mendapatkan fadlilah melaksanakan sholat id, kita menunaikannya dengan jalan mengambil hukum-hukum pokoknya. Pada dasarnya hukum khutbah sholat id adalah tidak bersifat sebagai syarat pendirian sholat id. Untuk itulah, maka khutbah sholat dilaksanakan di akhir setelah sholat id dilaksanakan. Dalam hal khutbah, tentu khutbah id bersifat lain dengan dua khutbah Jumat yang merupakan bagian dari syarat pendirian sholat Jumat dan bahkan disebutkan sebagai pengganti dua rakaatnya Zuhur. Itu pula yang menjadi sebab, mengapa dua khutbah Jumaat diletakkan sebelum sholat Jumat berjamaah karena mendudukinya ia dalam maqam syarat. Setiap syarat harus diletakkan di muka. Hal yang sama juga berlaku untuk sifat berjamaahnya sholat id. Sholat id tidak harus dilaksanakan secara berjamaah. Adapun berjamaah, adalah merupakan bagian dari upaya memunculkan syiar semata, sebagaimana anjuran mengajak perempuan-perempuan haidl agar datang ke lokasi diselenggarakannya sholat id. Alhasil, karena dua khutbah id bukan merupakan syarat dan rukun dari sholat id, maka sholat id pada dasarnya juga sudah dipandang sebagai cukup meskipun tanpa keberadaan dua khutbah. Dengan demikian, bilamana ada seseorang yang melakukan sholat id sendirian di rumah, maka ia tidak perlu berkhutbah. Dengan keberadaan khutbahnya ia di tengah situasi sholat id sendirian, sudah pasti akan menempatkan dirinya sebagai orang yang aneh. Mahu mengkhutbahi siapa? Mahu memberi peringatan ke siapa? Wallahu alam bi al-shawab | Sholat Idul Fitri merupakan sholat sunnah yang hukumnya sunnah muakkadah dalam syariat Islam. Artinya, bagi kaum muslimin, yang berakal, baligh, muqim, dan sehat jasmani rohani, tidak kedapatan udzur syari yang kemungkinan membuatnya mamnu terhalang dari menghadiri sholat, di mana pun ia berada, sangat dianjurkan untuk melaksanakannya dan menunaikannya secara berjamaah yang diakhiri dengan dua khutbah. Karena sangat dianjurkannya penunaiannya ini, maka sampaisampai ada sebuah hadits yang diriwayatkan dengan sanad dari Ummu Athiyah radliyallahu anha, sebagai berikut Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memerintahkan kami untuk mengajak keluar kaum perempuan pada hari raya Idul Fitri dan Idul Adha, baik perempuan awatiq wanita yang baru baligh, wanita haid, maupun gadis yang dipingit. Ada pun wanita haid, mereka memisahkan diri dari tempat pelaksanaan shalat dan mereka menyaksikan kebaikan serta dakwah kaum muslimin. Aku berkata Wahai Rasulullah, salah seorang dari kami tidak memiliki jilbab. Beliau menanggapi Hendaklah saudarinya maksudnya sesama muslimah meminjamkan jilbab kepadanya. Imam Bukhari Nomor Hadits 324 dan Muslim Nomor Hadits 890. Perempuan awatiq adalah Awatiq adalah orang yang baru menginjak usia baligh, atau hampir baligh, atau perempuan yang siap untuk dinikahkan. Namun, pendapat yang rajih dari kalangan Malikiyah dan Syafiiyah menyatakan bahwa hukum sholat id adalah sunnah muakkad. Dasar yang dipergunakan oleh dua madzhab terakhir ini, adalah hadits sebagaimana yang tertuang dalam riwayat Imam Bukhari dan Muslim dengan sanad dari Thalhah ibn Ubaidillah yang berkata Seseorang telah menghadap Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, kemudian bertanya tentang Islam. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda sholat lima waktu dalam sehari semalam. Lalu ia bertanya lagi Adakah selainnya bagiku Ya Rasulallah Rasul menjawab Tidak ada, kecuali engkau menjadikan suatu ketaatan kesunahan. BukhariMuslim Mengingat adanya dua hadits di atas, para ulama ahli hadits berusaha mengompromikan keduanya melalui cara mengambil jalan tengah, yaitu dengan ditetapkan status sunnah muakkadah, yang dalam konteks lain sering diartikan sebagai sunnah yang mendekati hukum wajib. Pada dasarnya hukum khutbah sholat id adalah tidak bersifat sebagai syarat pendirian sholat id. Untuk itulah, maka khutbah sholat dilaksanakan di akhir setelah sholat id dilaksanakan. Itu pula yang menjadi sebab, mengapa dua khutbah Jumaat diletakkan sebelum sholat Jumat berjamaah karena mendudukinya ia dalam maqam syarat. Adapun berjamaah, adalah merupakan bagian dari upaya memunculkan syiar semata, sebagaimana anjuran mengajak perempuanperempuan haidl agar datang ke lokasi diselenggarakannya sholat id. Alhasil, karena dua khutbah id bukan merupakan syarat dan rukun dari sholat id, maka sholat id pada dasarnya juga sudah dipandang sebagai cukup meskipun tanpa keberadaan dua khutbah. Dengan demikian, bilamana ada seseorang yang melakukan sholat id sendirian di rumah, maka ia tidak perlu berkhutbah. Mahu mengkhutbahi siapa Mahu memberi peringatan ke siapa Wallahu alam bi alshawab |
Seorang muslim telah berpuasa dan menyelesaikan puasanya dan telah melaksanakan Shalat Ied di negara di mana dia tinggal kemudian dia melaksanakan safar ke negaranya di belahan dunia bagian timur dan dia mendapati kaum Muslimin di negaranya masih berpuasa Ramadhan, maka apakah dia harus berpuasa bersama mereka ataukah tidak harus berpuasa karena pada dasarnya dia telah menyelesaikan puasa ramadhan sebelum dia melaksanakan perjalanan pulang ?? | https://islamqa.info/id/answers/38101/perbedaan-tempat-terbitnya-bulan-antara-satu-negara-dengan-yang-lainnya-akan-berpengaruh-bagi-orang-orang-yang-berpindah-pindah-antar-satu-negara-ke-negara-lain | Alhamdulillah.Syaikh Ibnu Utsaimin Rahimahullah pernah ditanya tentang seseorang yang telah berpuasa selama dua puluh sembilan hari dan dia juga telah melaksanakan hari raya pada tanggal ke tiga puluh di negara di mana dia melaksanakan puasa bersama penduduk di sana, kemudian dia melaksanakan perjalanan di pagi hari setelah berlebaran ke negara lain dalam kondisi dia tidak berpuasa lagi, lalu tatkala memasuki negara yang dituju dia mendapati para penduduknya masih berpuasa, pertanyaannya apakah dia tetap dalam kondisi berbukanya atau merayakan lebarannya ?? Beliau menjawab : “Tidak wajib bagi anda untuk berpuasa bersama penduduk negara tersebut, karena pada dasarnya anda telah berbuka dengan cara yang syar’i maka jadilah hari yang anda lalui pada hari itu adalah hari yang diperbolehkan berbuka dan tidak ada kewajiban bagi anda untuk berpuasa, karena jikalau matahari telah terbenam di negara di mana anda berada lalu anda melakukan perjalanan ke negara lain di mana pada saat itu anda mendapati matahari di negara tesebut belum terbenam maka sesungguhnya tidak wajib bagi anda untuk berpuasa ”. Beliau Rahimahullah juga pernah ditanya tentang ; Apabila kita memulai berpuasa di negara kerajaan arab saudi kemudian kita melakukan perjalan pulang ke negara kami di Asia Timur pada akhir hari-hari Ramadhan sekiranya bulan hijriyyah di sana agak telat satu hari, maka apakah kami berkewajiban untuk berpuasa selama tigapuluh satu hari bersama mereka penduduk negara kami Asia Timur ? Dan jika mereka berpuasa hanya duapuluh sembilan hari maka apakah mereka berbuka dan kami berkewajiban untuk berbuka bersama mereka ? Beliau Rahimahullah menjawab : “Apabila seseorang melakukan perjalanan dari negara yang dia telah berpuasa di sana semenjak awal bulan menuju ke negara yang di sana penduduknya masih berpuasa karena hitungan kalender hijriyyah negara tersebut telat satu hari, maka dia harus tetap berpuasa dan menahan dari makan dan minum sehingga penduduk negara tersebut berbuka, dan yang semisal dengan ini yaitu ; jikalau dia melaksanakan perjalanan ke sebuah negara di hari di mana negara tesebut terbenamnya matahari agak sedikit lama, maka dia harus tetap berpuasa hingga matahari terbenam meskipun masa penantian itu sampai duapuluh jam, kecuali jika saat itu dia dalam kondisi berbuka karena safar atau menempuh perjalanan maka dia berada pada kondisinya yaitu tetap berbuka karena safar, demikian pula sebaliknya apabila dia menempuh perjalanan ke negara di mana penduduknya telah berbuka sebelum genap tigapuluh hari, maka dia berkewajiban untuk berbuka bersama mereka, dan apabila tanggal bulan genap tigapuluh hari maka dia berkewajiban mengqadha’ satu hari, namun jika tanggal bulan hanya duapuluh sembilan hari maka tidak ada masalah baginya dengan kata lain dia tidak wajib mengqadha’, dan dia berkewajiban mengqadha’ apabila hitungan bulan genap tigapuluh hari, dan jika hitungan hari dalam satu bulan melebihi satu hari maka dia bisa memilih antara berbuka dan tetap berpuasa ”. Dari “ Majmu’ Al Fatawa ” ( 19 ). | Alhamdulillah.Syaikh Ibnu Utsaimin Rahimahullah pernah ditanya tentang seseorang yang telah berpuasa selama dua puluh sembilan hari dan dia juga telah melaksanakan hari raya pada tanggal ke tiga puluh di negara di mana dia melaksanakan puasa bersama penduduk di sana, kemudian dia melaksanakan perjalanan di pagi hari setelah berlebaran ke negara lain dalam kondisi dia tidak berpuasa lagi, lalu tatkala memasuki negara yang dituju dia mendapati para penduduknya masih berpuasa, pertanyaannya apakah dia tetap dalam kondisi berbukanya atau merayakan lebarannya Beliau menjawab Tidak wajib bagi anda untuk berpuasa bersama penduduk negara tersebut, karena pada dasarnya anda telah berbuka dengan cara yang syari maka jadilah hari yang anda lalui pada hari itu adalah hari yang diperbolehkan berbuka dan tidak ada kewajiban bagi anda untuk berpuasa, karena jikalau matahari telah terbenam di negara di mana anda berada lalu anda melakukan perjalanan ke negara lain di mana pada saat itu anda mendapati matahari di negara tesebut belum terbenam maka sesungguhnya tidak wajib bagi anda untuk berpuasa . Beliau Rahimahullah juga pernah ditanya tentang Apabila kita memulai berpuasa di negara kerajaan arab saudi kemudian kita melakukan perjalan pulang ke negara kami di Asia Timur pada akhir harihari Ramadhan sekiranya bulan hijriyyah di sana agak telat satu hari, maka apakah kami berkewajiban untuk berpuasa selama tigapuluh satu hari bersama mereka penduduk negara kami Asia Timur Dan jika mereka berpuasa hanya duapuluh sembilan hari maka apakah mereka berbuka dan kami berkewajiban untuk berbuka bersama mereka Beliau Rahimahullah menjawab Apabila seseorang melakukan perjalanan dari negara yang dia telah berpuasa di sana semenjak awal bulan menuju ke negara yang di sana penduduknya masih berpuasa karena hitungan kalender hijriyyah negara tersebut telat satu hari, maka dia harus tetap berpuasa dan menahan dari makan dan minum sehingga penduduk negara tersebut berbuka, dan yang semisal dengan ini yaitu jikalau dia melaksanakan perjalanan ke sebuah negara di hari di mana negara tesebut terbenamnya matahari agak sedikit lama, maka dia harus tetap berpuasa hingga matahari terbenam meskipun masa penantian itu sampai duapuluh jam, kecuali jika saat itu dia dalam kondisi berbuka karena safar atau menempuh perjalanan maka dia berada pada kondisinya yaitu tetap berbuka karena safar, demikian pula sebaliknya apabila dia menempuh perjalanan ke negara di mana penduduknya telah berbuka sebelum genap tigapuluh hari, maka dia berkewajiban untuk berbuka bersama mereka, dan apabila tanggal bulan genap tigapuluh hari maka dia berkewajiban mengqadha satu hari, namun jika tanggal bulan hanya duapuluh sembilan hari maka tidak ada masalah baginya dengan kata lain dia tidak wajib mengqadha, dan dia berkewajiban mengqadha apabila hitungan bulan genap tigapuluh hari, dan jika hitungan hari dalam satu bulan melebihi satu hari maka dia bisa memilih antara berbuka dan tetap berpuasa . Dari Majmu Al Fatawa 19 . |
Khutbah Jumat Bahasa Jawa: Jaganen Shalatmu | https://www.dakwah.id/khutbah-jumat-bahasa-jawa-jaganen-shalatmu/ | Khutbah Jumat Bahasa Jawa Jaganen Shalatmu Bakal Lancar RezekimuPemateri: Abdul Halim Tri Hantoro S.Pd.I *) Tautan unduh PDF wonten ing akhir seratan . . . . : . Jamaah shalat Jumat arsyadakumullahPuji lan syukur katuraken dhumateng ngarsanipun Allah Taala, Dzat Ingkang Maha Kuwaos dan Ingkang Maha Welas ugi Asih. Namun dhumateng piyambakipun kita manembah lan nyuwun pitulungan.Shalawat ugi salam mugi tansah kalimpahaken dhumateng Rasulullah Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Sumrambah dhumateng keluarga lan para sahabatipun. Mugi kita sedaya pinaringan syafaatipun benjang ing dinten kiyamat, amin.Sumangga kita sedaya tansah hambudidaya lan ningkataken takwa dhumateng Allah Taala kanthi saestu-estunipun takwa. Kita tindakaken sedaya punapa ingkang dados titahipun lan kita tilar sedaya punapa ingkang dados pepacuhipun Allah subhanahu wataala. Awit saking menika karakter mukmin ingkang sejatosipun.Allah Taala paring pangandikan, He para wong Mukmin kabeh, sira padha wedia ing Allah kalawan sajatining wedi, Ian sira aja padha mati, kajaba mati Islam. (QS. Ali Imran: 102)Jamaah shalat Jumat arsyadakumullahKathahipun menungsa nginten bilih ganjaran saking njagi ibadah shalat menika namung wonten ing alam akhirat kemawon, mboten wonten ing pagesangan donya.Padahal tiyang ingkang njagi shalat badhe keparing kebahagiaan lan katentreman batin ingkang menika luwih sae tinimbang donya lan perhiasanipun.Mboten wonten perkawis ingkang saged nandingi nikmat kebahagiaan lan katentreman batin. Lan mboten wonten satunggaling amalan ingkang ndadosaken hamba saged bahagia kajawi munajat dhumateng Allah kanthi sarana ibadah shalat.Shalat saged ndatengaken rezeki saking ngarsanipun Allah subhanahu wataala. Kados firmanipun wonten ing al-Quran nalikaning Allah mrintahaken dhateng nabinipun: Lan mrentahna tumindak Shalat marang ahlinira, Ian sing tlaten sabar (dibetah) ngajak nindakake Shalat mau, Ingsun ora mundhut rezeki (ingon) marang sira, ananging malah Ingsun kang ngrezekeni (ngingoni) sira. (QS. Thāhā: 132)Imam Ibnu Katsir paring penjelasan babagan ayat sakmenika, Menawi shalat ditegakaken (kanthi sae) mila rezeki bakal tumeko marang sira tanpa dinyana-nyana.Kanthi menika ugi satunggaling ulama naminipun Imam Bakr bin Abdullah Al-Muzanni ngendika nalikaning keluarganipun nandhang sawijining hajat, Ayo padha tegakna shalat. Amarga Allah lan Rasulipun kang ndawuhake mekaten. Lajeng piyambakipun maosaken ayat sak menika.Mila kemawon mangga menawi kita manggihi entenipun kesempitan rezeki wonten ing gesang, sami instropeksi dateng ibadah shalatipun dospundi dipun jagi. Punapa sampun maksimal utawi dereng maksimal.Jamaah shalat Jumat arsyadakumullahShalat menika cirinipun tiyang ingkang sae lan para ulama, malahan menika cirinipun para nabi lan rasul. Menika nabi Ibrahim khalilurrahman ingkang kersa nilar garwanipun ibunda Hajar lan putranipun Ismail wonten ing tengah gurun kang gersang, lajeng nyuwun dhumateng Allah subhanahu wataala, Dhuh Pangeran kawula! Saestunipun kawula sampun ngenggenaken sabageyan anak turun kawula wonten ing jurang ingkang datan wonten tetanemanipun, iggih punika Dalem Paduka Baitullah, ingkang minulya. Dhuh Pangeran kawula! Kawula ngenggenaken tedhak turun kawula wau, supados sami nindakaken Shalat. Jalaran saking punika, mugi manahipun para manungsa, Paduka condhongaken dhateng panggenan punika, sarta mugi Paduka paring rezeki dhateng tetiyang wau rupi woh-wohan, mugi-mugi piyambakipun sami syukur! (QS. Ibrahim: 3)Nabi Ibrahim mboten tedha rezeki katur keluarganipun dhumateng Allah kajawi sampun ngajengaken syaratipun inggih menika njejegaken shalat. Pramila Allah paring kabul donganipun, sehingga dipun paring sumber air lan dhaharan.Jamaah shalat Jumat arsyadakumullahMenika ugi Ibunda Maryam, wanita ahli ibadah lan ahli taat ingkang Allah paring rezeki wonten ing panggenan shalatipun utawi ingkang kawestanan mihrab. Allah subhanahu wataala berfirman, Saben-saben Zakariya mlebu ana ingi pangimamane (mihrab), dheweke weruh ing sandhinge Maryam wusana panganan. Zakariya angucap pitakon, He Maryam, saka ngendi tekaning panganan iki?, wangsulane Maryam aris, Tetedhan punika paringan saking ngarsaning Allah subhanahu wataala, sayektosipun Allah subhanahu wataala paring rezeki dhumateng tiyang ingkang dados keparenging karsanipun tanpa wicalan. (QS. Ali Imran: 37)Sinten kemawon ingkang melajari kisah ibunda Maryam piyambakipun bakal yakin bilih rezeki menika gumantung wonten ing ibadah shalat. Munajatipun hamba wonten ing shalat, nyuwun hajat punapa kemawon mboten badhe dipun sia-siakan dening Allah subhanahu wataala.Materi Khutbah Jumat: Karakter Hamba Allah yang TerbaikBahkan gusti Allah subhanahu wataala ingkang Maha Welas lan Asih badhe miyaraken rezekinipun, ngicalaken kasisahanipun lan nyukani ganjaran ingkang tirah ageng ing alam akhirat benjing.Jamaah shalat Jumat arsyadakumullahSatunggal malih bukti menawi shalat punika saged lancaraken rezeki. Kisahipun nabi Syuaib nalikaning dakwah dhumateng kaumipun supadhos mentauhidaken Allah swt. ananging kaumipun malah ngendhani banjur ngucap : Kaume Syuaib matur: Dhuh Nabi Syuaib, punapa Shalat panjenengan punika ingkang andhawuhaken dhumateng panjenengan, supados kita nilar Pepundhen ingkang dipun sembah dening Bapa-bapa kita? Utawi ngawisi kita nglampahaken bandha sakajeng-kajeng kita? Saestunipun panjenengan punika tiyang ingkang lembah manah tur waskitha! (QS. Hud: 87)Lajeng menika jawabipun nabi Syuaib ingkang nyebataken rezeki jaminan saking Allah subhanahu wataala, Nabi Syuaib mangsuli: He kaumku, kapriye pamawasira manawa aku kaparingan pituduh kang cetha saka Pangeranku, Ian PanjenengaNe wus paring rezeki kang becik. (QS. Hud: 88)Jamaah shalat Jumat arsyadakumullahMenika bukti-bukti ingkang kiat bilih shalat saged agawe lancar rezeki lan jaminanipin saking ngarsanipun Allah swt. Rasulullah saw ugi negasaken wonten sabdonipun hadits qudsi: : Saktemene Allah dawuh, He anak Adam, fokus manembaha marang Ingsun, Ingsun bakal gawe sira kecukupan lan bakal Ingsun alangi saka kefakiran. Menawa sira ora nandhangi, ingsung bakal gawe sira saweg ribet lan ora bakal Ingsung alangi saka kefakiran. (HR. At-Tirmizi No. 2466)Materi Khutbah Jumat: 5 Penyebab Turunnya Azab Allah di DuniaMekaten materi khutbah Jumat ingkang saged kawula dhumatengaken, mugi dados pitutur ingkang manfaat lan nasehat ingkang minulya kunjuk khatib pribadi lan jamaah sedayanipun. . KHUTBAH KEDUA : Download PDF Materi Khutbah Jumat dakwah.id Jaganen Shalatmu Bakal Lancar Rezekimu ing mriki:DOWNLOAD PDFMugi manfaat! | Khutbah Jumat Bahasa Jawa Jaganen Shalatmu Bakal Lancar RezekimuPemateri Abdul Halim Tri Hantoro S.Pd. I Tautan unduh PDF wonten ing akhir seratan . . . . . Jamaah shalat Jumat arsyadakumullahPuji lan syukur katuraken dhumateng ngarsanipun Allah Taala, Dzat Ingkang Maha Kuwaos dan Ingkang Maha Welas ugi Asih. Shalawat ugi salam mugi tansah kalimpahaken dhumateng Rasulullah Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Sumangga kita sedaya tansah hambudidaya lan ningkataken takwa dhumateng Allah Taala kanthi saestuestunipun takwa. Kita tindakaken sedaya punapa ingkang dados titahipun lan kita tilar sedaya punapa ingkang dados pepacuhipun Allah subhanahu wataala. Awit saking menika karakter mukmin ingkang sejatosipun. Padahal tiyang ingkang njagi shalat badhe keparing kebahagiaan lan katentreman batin ingkang menika luwih sae tinimbang donya lan perhiasanipun. Thāhā 132Imam Ibnu Katsir paring penjelasan babagan ayat sakmenika, Menawi shalat ditegakaken kanthi sae mila rezeki bakal tumeko marang sira tanpa dinyananyana. Kanthi menika ugi satunggaling ulama naminipun Imam Bakr bin Abdullah AlMuzanni ngendika nalikaning keluarganipun nandhang sawijining hajat, Ayo padha tegakna shalat. Amarga Allah lan Rasulipun kang ndawuhake mekaten. Lajeng piyambakipun maosaken ayat sak menika. Mila kemawon mangga menawi kita manggihi entenipun kesempitan rezeki wonten ing gesang, sami instropeksi dateng ibadah shalatipun dospundi dipun jagi. Punapa sampun maksimal utawi dereng maksimal. Jamaah shalat Jumat arsyadakumullahShalat menika cirinipun tiyang ingkang sae lan para ulama, malahan menika cirinipun para nabi lan rasul. Ibrahim 3Nabi Ibrahim mboten tedha rezeki katur keluarganipun dhumateng Allah kajawi sampun ngajengaken syaratipun inggih menika njejegaken shalat. Jamaah shalat Jumat arsyadakumullahMenika ugi Ibunda Maryam, wanita ahli ibadah lan ahli taat ingkang Allah paring rezeki wonten ing panggenan shalatipun utawi ingkang kawestanan mihrab. Allah subhanahu wataala berfirman, Sabensaben Zakariya mlebu ana ingi pangimamane mihrab, dheweke weruh ing sandhinge Maryam wusana panganan. Zakariya angucap pitakon, He Maryam, saka ngendi tekaning panganan iki, wangsulane Maryam aris, Tetedhan punika paringan saking ngarsaning Allah subhanahu wataala, sayektosipun Allah subhanahu wataala paring rezeki dhumateng tiyang ingkang dados keparenging karsanipun tanpa wicalan. Ali Imran 37Sinten kemawon ingkang melajari kisah ibunda Maryam piyambakipun bakal yakin bilih rezeki menika gumantung wonten ing ibadah shalat. ananging kaumipun malah ngendhani banjur ngucap Kaume Syuaib matur Dhuh Nabi Syuaib, punapa Shalat panjenengan punika ingkang andhawuhaken dhumateng panjenengan, supados kita nilar Pepundhen ingkang dipun sembah dening Bapabapa kita Utawi ngawisi kita nglampahaken bandha sakajengkajeng kita Saestunipun panjenengan punika tiyang ingkang lembah manah tur waskitha QS. Hud 88Jamaah shalat Jumat arsyadakumullahMenika buktibukti ingkang kiat bilih shalat saged agawe lancar rezeki lan jaminanipin saking ngarsanipun Allah swt. Rasulullah saw ugi negasaken wonten sabdonipun hadits qudsi Saktemene Allah dawuh, He anak Adam, fokus manembaha marang Ingsun, Ingsun bakal gawe sira kecukupan lan bakal Ingsun alangi saka kefakiran. 2466Materi Khutbah Jumat 5 Penyebab Turunnya Azab Allah di DuniaMekaten materi khutbah Jumat ingkang saged kawula dhumatengaken, mugi dados pitutur ingkang manfaat lan nasehat ingkang minulya kunjuk khatib pribadi lan jamaah sedayanipun. . KHUTBAH KEDUA Download PDF Materi Khutbah Jumat dakwah.id Jaganen Shalatmu Bakal Lancar Rezekimu ing mrikiDOWNLOAD PDFMugi manfaat |
4764. HADITS ROSULULLAH SAW TERSENYUM SAAT SHOLAT | https://www.piss-ktb.com/2016/06/4764-hadits-rosulullah-saw-tersenyum.html | PERTANYAAN : Assalamualaikum. Mohon teks arab dari hadits yang intinya Rosululloh tersenyum saat solat ketika melihat malaikat. Syukron atas jawabannya. [Syauqul Habyb Al Adnany]. JAWABAN : Wa'alaikumsalam warohmatullohi wabarokaatuh. Disebutkan dalam Kitab Sunan Al-kubro - Imam Al-baihaqy : ( ) - - : - - : . : " . Dari jabir bin abdillah ra berkata: Kami melaksanakan sholat bersama Rosulillah SAW dalam sebuah perang, (heran) rosululloh terlihat senyum dalam sholatnya, ketika telah selesai sholat di tunaikan, maka kami bertanya : Ya rosulallah , kami melihat engkau tersenyum (dalam sholat) . Rosul menjawab: "Malaikat mikail melewatiku, dan aku melihat di sayapnya ada banyak debu, ia (mikail) baru saja kembali dari pencarian sebuah kaum, ia (mikail) senyum padaku, maka aku pun senyum padanya. Dalam Majma' Zawaid disebutkan bahwa derajat hadits tersebut MATRUK, karena ada rowi yang dinilai bemasalah oleh ahli hadits rowi tersebut adalah Al waza' bin nafi'. : - - : : " " . [ : 84 ] . Wallohu a'lam. [Santrialit]. www.fb.com/groups/piss.ktb/1143038919052248/ www.fb.com/notes/1199323586757114 | PERTANYAAN Assalamualaikum. Mohon teks arab dari hadits yang intinya Rosululloh tersenyum saat solat ketika melihat malaikat. Syukron atas jawabannya. Syauqul Habyb Al Adnany. JAWABAN Waalaikumsalam warohmatullohi wabarokaatuh. Disebutkan dalam Kitab Sunan Alkubro Imam Albaihaqy . . Dari jabir bin abdillah ra berkata Kami melaksanakan sholat bersama Rosulillah SAW dalam sebuah perang, heran rosululloh terlihat senyum dalam sholatnya, ketika telah selesai sholat di tunaikan, maka kami bertanya Ya rosulallah , kami melihat engkau tersenyum dalam sholat . Rosul menjawab Malaikat mikail melewatiku, dan aku melihat di sayapnya ada banyak debu, ia mikail baru saja kembali dari pencarian sebuah kaum, ia mikail senyum padaku, maka aku pun senyum padanya. Dalam Majma Zawaid disebutkan bahwa derajat hadits tersebut MATRUK, karena ada rowi yang dinilai bemasalah oleh ahli hadits rowi tersebut adalah Al waza bin nafi. . 84 . Wallohu alam. Santrialit. www.fb.comgroupspiss.ktb1143038919052248 www.fb.comnotes1199323586757114 |
Cara Mendakwahi Keluarga Yang Berbuat Syirik | https://muslim.or.id/30556-cara-mendakwahi-keluarga-yang-berbuat-syirik.html | Daftar Isi Soal: Bagaimana cara mendakwahi keluarga yang berbuat syirik? Sebagian ikhwah memiliki problematika dengan sebagian keluarganya, yaitu ayah, ibu, paman atau kerabat mereka, mereka melakukan kesyirikan yang berupa syirik akbar. Semisal berdoa kepada selain Allah, istighatsah kepada selain Allah, tawakkal kepada selain Allah, mencela Allah Taala atau mencela ajaran agama, namun mereka tidak mau menerima nasehat, bagaimana nasehat anda tentang hal ini? Perlu diketahui bahwa ketika nasehat diberikan, terkadang akan timbul fitnah (masalah) besar antara para ikhwah tersebut dan keluarganya. Semoga Allah membalas anda dengan kebaikan. Jawaban: Syaikh Muhammad Ali Farkus hafizhahullah menjawab: Orang yang melakukan syirik akbar itu berhak mendapatkan kemurkaan dari Allah, dan baraah (kebencian) yang mutlak yang tidak ada rasa cinta dan loyalitas terhadap mereka. Karena aqidah al wala wal bara (cinta kepada ahli iman dan benci kepada ahli syirik) adalah tali keimanan yang paling kuat. Dan tali penghubung yang menjadi pondasi dari bangunan masyarakat Muslim. Ia juga merupakan konsekuensi dan syarat sah dari syahadat. Allah Taala berfirman: Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka (QS. Al Mujadalah: 22). Nabi Shallallahualaihi Wasallam bersabda: tidak beriman salah seorang diantara kalian, sampai aku menjadi yang paling ia cintai daripada kedua orang tuanya dan anaknya dan seluruh manusia (HR. Bukhari no.15, Muslim no.44). Baca juga: * Dakwah Tauhid Kepada Keluarga * 16 Alasan Mengapa Kita Mesti Berdakwah * Berdakwah, Tapi Tidak Mendakwahkan Tauhid Dan Allah Taala telah memerintahkan Nabi-Nya Shallallahualaihi Wasallam untuk berlepas diri dari keluarganya dan apa yang mereka lakukan, jika itu bertentangan dengan perintah Allah. Dalam firman-Nya: Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat, dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman. Jika mereka mendurhakaimu maka katakanlah: Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan (QS. Asy Syuara: 216). Namun sikap berlepas diri dari perbuatan mereka yang buruk tersebut tidak berarti mengharuskan kita berkata dan berbuat yang buruk kepada mereka. Bahkan wajib atas setiap Muslim untuk mendakwahkan keluarganya, orang tuanya, dan kerabatnya kepada Allah dengan cara yang baik. Berdasarkan firman Allah Taala: Berilah peringatan jika memang peringatan itu bermanfaat (QS. Al Alaa: 9). Berlepas diri dari orang tua yang musyrik bukan berarti menjauhi dan meninggalkan mereka, bahkan tetap membersamai mereka dan memperlakukan mereka dengan baik. Berdasarkan yang ditunjukkan dalam firman Allah Taala: Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik (QS. Luqman: 15). Dan sikap kepada para kerabat yang musyrik pun sebagaimana sikap kita kepada orang tua yang musyrik tersebut. Mereka tetap memiliki hak silaturahmi, hak nafkah, dan hak untuk dipergauli dengan baik. Berdasarkan keumuman firman Allah Taala: ﴾ Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu (QS. An Nisa: 36). Namun pergaulan yang baik terhadap mereka tidak boleh sampai level memberikan dukungan kepada kekufuran mereka, atau kepada pelaku kekufuran atau memberikan persetujuan atas hal itu. Terlebih lagi jika mereka memusuhi Islam, maka hukumnya haram (memberikan dukungan). Bahkan hal itu bisa menyebabkan kekufuran terhadap Allah Taala. Allah Taala berfirman: Barangsiapa loyal kepada mereka (Musyrikin) maka ia bagian dari mereka (QS. Al Maidah: 51). Selain itu juga, hendaknya dalam berdakwah para ikhwah menggunakan metode yang lemah lembut. Hindari sikap kaku dan kasar dalam berdakwah. Hindari sikap keras yang membuat orang lari dari agama. Berdasarkan firman Allah Taala: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik (QS. An Nahl: 125). Baca juga: * Indahnya Kelembutan Dalam Dakwah Karena metode dakwah lemah lembut inilah yang menjadi sebab terbesar tersampaikannya dakwah dan bimbingan para duat kepada orang-orang awam. Dan Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam bersabda: Jika ada satu orang yang mendapatkan hidayah dari Allah oleh sebab dakwahmu, itu lebih baik dari pada engkau mendapatkan unta merah (HR. Bukhari no. 3009, Muslim no. 2406). *** Sumber: Tautan Penerjemah: Yulian Purnama Artikel: Muslim.or.id | Daftar Isi Soal Bagaimana cara mendakwahi keluarga yang berbuat syirik Sebagian ikhwah memiliki problematika dengan sebagian keluarganya, yaitu ayah, ibu, paman atau kerabat mereka, mereka melakukan kesyirikan yang berupa syirik akbar. Semoga Allah membalas anda dengan kebaikan. Jawaban Syaikh Muhammad Ali Farkus hafizhahullah menjawab Orang yang melakukan syirik akbar itu berhak mendapatkan kemurkaan dari Allah, dan baraah kebencian yang mutlak yang tidak ada rasa cinta dan loyalitas terhadap mereka. Karena aqidah al wala wal bara cinta kepada ahli iman dan benci kepada ahli syirik adalah tali keimanan yang paling kuat. Dan tali penghubung yang menjadi pondasi dari bangunan masyarakat Muslim. Ia juga merupakan konsekuensi dan syarat sah dari syahadat. Nabi Shallallahualaihi Wasallam bersabda tidak beriman salah seorang diantara kalian, sampai aku menjadi yang paling ia cintai daripada kedua orang tuanya dan anaknya dan seluruh manusia HR. Dalam firmanNya Dan berilah peringatan kepada kerabatkerabatmu yang terdekat, dan rendahkanlah dirimu terhadap orangorang yang mengikutimu, yaitu orangorang yang beriman. Jika mereka mendurhakaimu maka katakanlah Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan QS. Namun sikap berlepas diri dari perbuatan mereka yang buruk tersebut tidak berarti mengharuskan kita berkata dan berbuat yang buruk kepada mereka. Bahkan wajib atas setiap Muslim untuk mendakwahkan keluarganya, orang tuanya, dan kerabatnya kepada Allah dengan cara yang baik. Berdasarkan firman Allah Taala Berilah peringatan jika memang peringatan itu bermanfaat QS. Berlepas diri dari orang tua yang musyrik bukan berarti menjauhi dan meninggalkan mereka, bahkan tetap membersamai mereka dan memperlakukan mereka dengan baik. Berdasarkan yang ditunjukkan dalam firman Allah Taala Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik QS. Mereka tetap memiliki hak silaturahmi, hak nafkah, dan hak untuk dipergauli dengan baik. Berdasarkan keumuman firman Allah Taala Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukanNya dengan sesuatupun. Terlebih lagi jika mereka memusuhi Islam, maka hukumnya haram memberikan dukungan. Selain itu juga, hendaknya dalam berdakwah para ikhwah menggunakan metode yang lemah lembut. Hindari sikap keras yang membuat orang lari dari agama. Dan Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam bersabda Jika ada satu orang yang mendapatkan hidayah dari Allah oleh sebab dakwahmu, itu lebih baik dari pada engkau mendapatkan unta merah HR. Sumber Tautan Penerjemah Yulian Purnama Artikel Muslim.or.id |
Adab Tidur Seorang Muslim | https://belajarislam.com/2014/05/adab-tidur-seorang-muslim/ | Sesungguhnya Islam benar-benar menaruh perhatian yang sangat besar kepada manusia di dalam segala urusannya -agama dan dunianya- di saat lapang maupun sulitan, bangun maupun tidur, di kala bepergian maupun menetap, saat makan maupun minum, waktu bahagia maupun sedih. Singkat kata, tidak ada satu hal pun, baik kecil maupun besar, melainkan telah dijelaskan oleh Islam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam telah menggoreskan buat kita melalui ucapan dan perbuatannya rambu-rambu adab yang seyogyanya ditempuh oleh setiap mu’min di dalam hidupnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam telah menjelaskan, siapa saja yang menghendaki kebahagiaan, hendaklah ia menempuh jalan hidup Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam dan meneladani adabnya. 12 ADAB MUSLIMAH SAAT TIDUR DAN BANGUN TIDUR 1. Muhasabah; Hendaklah menghitung-hitung sesaat sebelum tidur, mengoreksi segala perbuatan yang telah ia lakukan di siang hari. Ini sangat dianjurkan bagi setiap muslim. Lalu jika ia dapatkan perbuatannya itu baik, maka hendaknya memuji Allah, jangan memuji diri sendiri, dan jika sebaliknya, maka hendaknya segera memohon ampunan-Nya, kembali dan bertobat kepada-Nya. 2. Tidurlah seawal mungkin, jangan larut malam, berdasarkan hadits yang bersumber dari `Aisyah“Bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam tidur pada awal malam dan bangun pada penghujung malam, lalu beliau melakukan shalat.” (Muttafaq `alaih) 3. Berwudhulah sebelum tidur dan berbaring miring ke sebelah kanan. Sahabat Rosulullah shallallahu ‘alaihi wassalam, Al-Bara’ bin `Azibz menuturkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda,“Apabila kamu akan tidur, maka berwudhu’lah sebagaimana wudhu’ untuk shalat, kemudian berbaringlah dengan miring ke sebelah kanan…” Dan tidak mengapa berbalik ke sebelah kiri nantinya. 4. Kibaskan sprei tiga kali sebelum berbaring, berdasarkan hadits Abu Hurairahz bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Apabila seorang dari kalian akan tidur pada tempat tidurnya, maka hendaklah mengirapkan kain tempat tidurnya itu terlebih dahulu, karena ia tidak tahu apa yang ada di atasnya…” Di dalam satu riwayat dikatakan, “Tiga kali.” (Muttafaq `alaih) 5. Berbaringlah dengan miring kanan. Jangan tidur tengkurap. Abu Dzarz menuturkan, “Nabi shallallahu ‘alaihi wassalam pernah lewat di dekatku, di saat itu aku sedang tengkurap, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wassalam membangunkanku dengan kakinya sambil bersabda, ”Wahai Junaidab (panggilan Abu Dzar), sesungguhnya berbaring seperti ini (teng-kurap) adalah cara berbaringnya penghuni neraka.” (HR. Ibnu Majah dan dinilai shahih oleh Al-Albani) 6. Jangan tidur di atas dak terbuka, karena di dalam hadits yang bersumber dari `Ali bin Syaiban z disebutkan bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wassalam telah bersabda, “Barangsiapa yang tidur malam di atas atap rumah yang tidak ada penutupnya, maka hilanglah jaminan darinya.” (HR. Al-Bukhari di dalam Al-Adab Al-Mufrad dan dinilai shahih oleh Al-Albani). 7. Tutuplah pintu, jendela, dan memadamkan api dan lampu sebelum tidur. Dari Jabir z diriwayatkan bahwa sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam telah bersabda, “Padamkanlah lampu di malam hari apabila kamu akan tidur, tutuplah pintu, tutuplah rapat-rapat bejana-bejana dan tutuplah makanan dan minuman.” (Muttafaq ’alaih) 8. Baca ayat Kursi, dua ayat terakhir dari Surah Al-Baqarah, Surah Al-Ikhlas dan Al-Mu`awwidzatain (Al-Falaq dan An-Nas), karena banyak hadits-hadits shahih yang menganjurkan hal tersebut. 9. Baca do’a-do’a dan dzikir yang keterangannya shahih dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam, seperti : “Ya Allah, peliharalah aku dari adzab-Mu pada hari Engkau membangkitkan kembali segenap hamba-Mu.” Dibaca tiga kali. (HR. Abu Dawud dan dihasankan oleh Al-Albani) Dan ucapkan, “Dengan menyebut nama-Mu ya Allah, aku mati dan aku hidup.” (HR. Al-Bukhari) 10. Apabila di saat tidur merasa kaget atau gelisah atau merasa ketakutan, maka disunnatkan (dianjurkan) berdo’a dengan do’a berikut ini : “Aku berlindung dengan Kalimatullah yang sempurna dari murka-Nya, kejahatan hamba-hamba-Nya, dari gangguan syetan dan kehadiran mereka kepadaku.” (HR. Abu Dawud dan dihasankan oleh Al-Albani) 11. Bila bermimpi baik, maka bergembiralah dan ceritakan hanya kepada orang yang senang kepadamu. Bila mimpi buruk, maka meludahlah ke kiri tiga kali, baca ta’awudz jangan diceritakan kepada orang lain, dan pindahlah posisi tidur, atau bangunlah dan shalatlah. 12. Ketika bangun tidur hendaknya ucapkan, “Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah kami dimatikan-Nya, dan kepada-Nya lah kami dikembalikan.” (HR. Al-Bukhari). Atau dengan ayat penutup Ali Imran, kemudian shalat (HR. Al-Bukhari 103, Muslim 763, Ahmad 2165, An-Nasai 1620, Abu Dawud 58) | Sesungguhnya Islam benarbenar menaruh perhatian yang sangat besar kepada manusia di dalam segala urusannya agama dan dunianya di saat lapang maupun sulitan, bangun maupun tidur, di kala bepergian maupun menetap, saat makan maupun minum, waktu bahagia maupun sedih. Singkat kata, tidak ada satu hal pun, baik kecil maupun besar, melainkan telah dijelaskan oleh Islam. Rasulullah shallallahu alaihi wassalam telah menggoreskan buat kita melalui ucapan dan perbuatannya ramburambu adab yang seyogyanya ditempuh oleh setiap mumin di dalam hidupnya. Rasulullah shallallahu alaihi wassalam telah menjelaskan, siapa saja yang menghendaki kebahagiaan, hendaklah ia menempuh jalan hidup Rasulullah shallallahu alaihi wassalam dan meneladani adabnya. Muhasabah Hendaklah menghitunghitung sesaat sebelum tidur, mengoreksi segala perbuatan yang telah ia lakukan di siang hari. Ini sangat dianjurkan bagi setiap muslim. Lalu jika ia dapatkan perbuatannya itu baik, maka hendaknya memuji Allah, jangan memuji diri sendiri, dan jika sebaliknya, maka hendaknya segera memohon ampunanNya, kembali dan bertobat kepadaNya. Tidurlah seawal mungkin, jangan larut malam, berdasarkan hadits yang bersumber dari AisyahBahwasanya Rasulullah shallallahu alaihi wassalam tidur pada awal malam dan bangun pada penghujung malam, lalu beliau melakukan shalat. Sahabat Rosulullah shallallahu alaihi wassalam, AlBara bin Azibz menuturkan, Rasulullah shallallahu alaihi wassalam bersabda,Apabila kamu akan tidur, maka berwudhulah sebagaimana wudhu untuk shalat, kemudian berbaringlah dengan miring ke sebelah kanan Dan tidak mengapa berbalik ke sebelah kiri nantinya. Kibaskan sprei tiga kali sebelum berbaring, berdasarkan hadits Abu Hurairahz bahwasanya Rasulullah shallallahu alaihi wassalam bersabda, Apabila seorang dari kalian akan tidur pada tempat tidurnya, maka hendaklah mengirapkan kain tempat tidurnya itu terlebih dahulu, karena ia tidak tahu apa yang ada di atasnya Di dalam satu riwayat dikatakan, Tiga kali. Abu Dzarz menuturkan, Nabi shallallahu alaihi wassalam pernah lewat di dekatku, di saat itu aku sedang tengkurap, maka Nabi shallallahu alaihi wassalam membangunkanku dengan kakinya sambil bersabda, Wahai Junaidab panggilan Abu Dzar, sesungguhnya berbaring seperti ini tengkurap adalah cara berbaringnya penghuni neraka. Ibnu Majah dan dinilai shahih oleh AlAlbani 6. Jangan tidur di atas dak terbuka, karena di dalam hadits yang bersumber dari Ali bin Syaiban z disebutkan bahwasanya Nabi shallallahu alaihi wassalam telah bersabda, Barangsiapa yang tidur malam di atas atap rumah yang tidak ada penutupnya, maka hilanglah jaminan darinya. Tutuplah pintu, jendela, dan memadamkan api dan lampu sebelum tidur. Baca ayat Kursi, dua ayat terakhir dari Surah AlBaqarah, Surah AlIkhlas dan AlMuawwidzatain AlFalaq dan AnNas, karena banyak haditshadits shahih yang menganjurkan hal tersebut. Baca doadoa dan dzikir yang keterangannya shahih dari Rasulullah shallallahu alaihi wassalam, seperti Ya Allah, peliharalah aku dari adzabMu pada hari Engkau membangkitkan kembali segenap hambaMu. Abu Dawud dan dihasankan oleh AlAlbani Dan ucapkan, Dengan menyebut namaMu ya Allah, aku mati dan aku hidup. Apabila di saat tidur merasa kaget atau gelisah atau merasa ketakutan, maka disunnatkan dianjurkan berdoa dengan doa berikut ini Aku berlindung dengan Kalimatullah yang sempurna dari murkaNya, kejahatan hambahambaNya, dari gangguan syetan dan kehadiran mereka kepadaku. Bila bermimpi baik, maka bergembiralah dan ceritakan hanya kepada orang yang senang kepadamu. Bila mimpi buruk, maka meludahlah ke kiri tiga kali, baca taawudz jangan diceritakan kepada orang lain, dan pindahlah posisi tidur, atau bangunlah dan shalatlah. Ketika bangun tidur hendaknya ucapkan, Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah kami dimatikanNya, dan kepadaNya lah kami dikembalikan. Atau dengan ayat penutup Ali Imran, kemudian shalat HR. AlBukhari 103, Muslim 763, Ahmad 2165, AnNasai 1620, Abu Dawud 58 |
Apakah mengcopy dari refrensi ilmiah dengan tujuan untuk riset itu haram. Perlu diketahui bahwa harganya yang sangat mahal dari refrensi-refrensi ini yang menjadi alasan melakukan copy? Jika ada keuntungan dari hasil copy ini, apakah itu haram? | https://islamqa.info/id/answers/26307/hak-karya-tulis-ilmiah-dan-hukum-mengcopy-bagian-bagian-dari-refrensi-ilmiah | Alhamdulillah.Yang tampak bahwa hasil karya tulis ilmiah itu menjadi pemilik penulisnya dan ahli waris setelahnya. Mengcopy dan menggandakan dengan tangan dengan tujuan pribadi bukan tujuan untuk bisnis tidak mengapa. Selagi penulisnya tidak menegaskan melarang untuk khusus penggandaan. Sementara kalau mengcopy dengan tujuan bisnis dan perdagangan, maka hal ini dilarang. Syekh Bakr Bin Abdullah Abu Zaid mengatakan, “Aturan-aturan yang memberikan perlindungan pada karya tulis dari tindakan sewenang-wenang atau tindakan mengotak atik di dalamnya, menjadikan penulis mempunyai kehormatan dan perlindungan atas hasil karya dan kesungguhannya. Hal ini merupakan perkara yang semestinya sudah diketahui dalam Islam yang dengan jelas ditunjukkan oleh nash-nash syariat dan kaidah-kaidah dan ushul (pokok-pokoknya) yang dapat anda jumpai dalam kitab ‘Adabul Muallifin’ dan ‘Kutubul Isthilah’” (Fiqhun-Nawazil, 2/65). Majma Al-Fiqhu Al-Islamy yang mengadakan tema ‘Hak Paten’ telah menetapkan sebagai berikut: Pertama: Nama komersil, merk sebuah produk, logo sebuah produk, tulisan dan inovasi serta penemuan-penemuan adalah hak khusus bagi pemiliknya. Pada zaman modern ini telah dikenal mempunyai nilai berharga digunakan untuk meraih keuntungan. Hak-hak ini dianggap sah dalam syariat, tidak boleh sewenang-wenang. (Fatawa Al-Lajnah Ad-Daimah, 13/187) Wallahu a’lam | Alhamdulillah.Yang tampak bahwa hasil karya tulis ilmiah itu menjadi pemilik penulisnya dan ahli waris setelahnya. Mengcopy dan menggandakan dengan tangan dengan tujuan pribadi bukan tujuan untuk bisnis tidak mengapa. Selagi penulisnya tidak menegaskan melarang untuk khusus penggandaan. Sementara kalau mengcopy dengan tujuan bisnis dan perdagangan, maka hal ini dilarang. Syekh Bakr Bin Abdullah Abu Zaid mengatakan, Aturanaturan yang memberikan perlindungan pada karya tulis dari tindakan sewenangwenang atau tindakan mengotak atik di dalamnya, menjadikan penulis mempunyai kehormatan dan perlindungan atas hasil karya dan kesungguhannya. Hal ini merupakan perkara yang semestinya sudah diketahui dalam Islam yang dengan jelas ditunjukkan oleh nashnash syariat dan kaidahkaidah dan ushul pokokpokoknya yang dapat anda jumpai dalam kitab Adabul Muallifin dan Kutubul Isthilah FiqhunNawazil, 265. Majma AlFiqhu AlIslamy yang mengadakan tema Hak Paten telah menetapkan sebagai berikut Pertama Nama komersil, merk sebuah produk, logo sebuah produk, tulisan dan inovasi serta penemuanpenemuan adalah hak khusus bagi pemiliknya. Pada zaman modern ini telah dikenal mempunyai nilai berharga digunakan untuk meraih keuntungan. Hakhak ini dianggap sah dalam syariat, tidak boleh sewenangwenang. Fatawa AlLajnah AdDaimah, 13187 Wallahu alam |
Faedah Sirah Nabi: Pelajaran dari Hijrah ke Habasyah #01 | https://rumaysho.com/18785-faedah-sirah-nabi-pelajaran-dari-hijrah-ke-habasyah-01.html | Ada beberapa pelajaran yang bisa diambil dari hijrah nabi ke Habasyah.Apa saja itu? Para sahabat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tidak mendapat kesempatan untuk bisa beribadah dengan baik dan tenang ketika berada di Makkah disebabkan gangguan yang datang dari tokoh-tokoh Quraisy. Hal ini memaksa mereka untuk meninggalkan sanak keluarga dan tanah air, demi sebuah akidah. Jika tidak, maka pilihannya adalah sebaliknya yaitu meninggalkan akidah demi harta keluarga dan tanah air. Akhirnya mereka memilih akidah, mereka memilih meninggalkan kampung halaman dan keluarga, demi menjaga agama mereka. Begitulah kedudukan sebuah akidah, dia berada di atas keluarga, harta, dan negeri.Kami beri contoh bagaimanakah para sahabat itu mempertahankan akidahnya, walau dipaksa oleh keluarga.Saad bin Malik radhiyallahu anhu membicarakan tentang ayat berikut ini, Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik. (QS. Luqman: 15)Ia menyatakan bahwa ayat tersebut turun berkenaan dengan masalahnya. Ia katakan bahwa ia adalah anak yang sangat berbakti pada ibunya. Ketika ia masuk Islam, ibunya berkata, Wahai Saad apa lagi perkara baru yang kamu anut? Ibunya melanjutkan, Engkau mau tinggalkan agama baru yang kamu anut ataukah ibumu ini tidak makan dan tidak minum sampai meninggal dunia? Maka ibu Saad terus mencelanya karena keislamannya. Ada yang menegur Saad, Apa kamu tega mau membunuh ibumu? Lantas Saad berkata, Ibuku jangalah lakukan seperti itu. Aku tetap tidak akan meninggalkan agamaku ini sama sekali. Ibu Saad terus berdiam sehari semalam, tanpa makan. Datang keesokan paginya, ibunya terus memaksa Saad. Datang hari berikutnya pun tetap sama, ibunya terus memaksa. Ketika itu Saad melihat keadaan ibunya lantas ia berkata, Wahai ibu, andai engkau memiliki seratus nyawa, lalu nyawa tersebut keluar satu per satu, tetap aku tidak akan meninggalkan agamaku sedikit pun juga. Jika mau, silakan makan. Jika mau, silakan tidak makan. Akhirnya ibunya pun makan. (HR. Thabrani dalam Kitab Al-Isyrah. Syaikh Musthafa Al-Adawi dalam Tafsir Al-Quran Al-Azhim, 11:61 mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih). Kemudian apa yang pantas dikatakan kepada mereka sekarang yang meninggalkan negerinya untuk berhijrah ke negara-negara kafir atas dasar kekagumannya kepada kemajuan peradabannya (untuk mengais rezeki)? Coba bandingkan antara hijrah mereka dengan hijrah yang dilakukan para sahabat rasul ke negeri Habasyah yang bertujuan mencari tempat yang aman untuk beribadah kepada Allah Taala Bersama sesama muslim, dan untuk membentuk masyarakat yang Islami; hidup berdampingan secara Islam dan lingkungan yang bernuansa Islam. Para sahabat Nabi yang berhijrah ke Habasyah itu telah memberikan pelajaran yang berharga kepada kita bahwa seorang muslim tidak mungkin bisa beradaptasi dengan lingkungan masyarakat non-muslim dalam hal-hal yang bertolak belakang dengan agama Islam. Justru semestinya muslimlah yang berupaya membimbing masyarakat non-muslim itu agar menjadi masyarakat yang Islami.Pelajaran ini juga berlaku pada pergaulan atau majelis pertemuan yang dilakukan oleh orang muslim dan ia menyaksikan kemungkaran di dalamnya. Maka bisa jadi ia mengikuti acara yang ada dan diam saja, sehingga ia harus melakukan upaya adaptasi dengan sesuatu yang bertentangan dengan agama Allah, atau ia menolak dan mengingkari hal tersebut dan jika tidak bisa melakukannya, maka ia keluar meninggalkan tempat pertemuan itu.Jadi, hijrah sahabat Rasul shallallahu alaihi wa sallam ke negeri Habasyah ini telah memberi pelajaran bagaimana sikap kita dalam berinteraksi dengan masyarakat non-muslim, bahkan lebih dari itu di sini terdapat pelajaran tentang sikap yang harus kita lakukan terhadap majelis pertemuan yang berisi kemaksiatan dan kemungkaran.Prinsip berlepas diri pada non-muslim yang diajarkan dalam Al-Quran seperti disebutkan dalam ayat, Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka : Sesungguhnya kami berlepas diri daripada kamu dari daripada apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja. (QS. Al-Mumtahanah: 4)Di dalam ayat lain dijelaskan tentang prinsip untuk menjauhi tempat maksiat, Dan orang-orang yang tidak memberikan menghadiri az-zuur, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya. (QS. Al-Furqan: 72). Yang dimaksud menghadiri acara az-zuur adalah acara yang mengandung maksiat. Masih berlanjut insya Allah pada pelajaran lainnya dari hijrah ke negeri Habasyah. Semoga Allah mudahkan. Fikih Sirah Nabawiyah. Prof. Dr.Zaid bin Abdul Karim Az-Zaid. Penerbit Darus Sunnah.—Oleh: Muhammad Abduh TuasikalArtikel Rumaysho.Com | Ada beberapa pelajaran yang bisa diambil dari hijrah nabi ke Habasyah. Hal ini memaksa mereka untuk meninggalkan sanak keluarga dan tanah air, demi sebuah akidah. Begitulah kedudukan sebuah akidah, dia berada di atas keluarga, harta, dan negeri. Kami beri contoh bagaimanakah para sahabat itu mempertahankan akidahnya, walau dipaksa oleh keluarga. Saad bin Malik radhiyallahu anhu membicarakan tentang ayat berikut ini, Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik. Luqman 15Ia menyatakan bahwa ayat tersebut turun berkenaan dengan masalahnya. Ia katakan bahwa ia adalah anak yang sangat berbakti pada ibunya. Aku tetap tidak akan meninggalkan agamaku ini sama sekali. Ibu Saad terus berdiam sehari semalam, tanpa makan. Datang hari berikutnya pun tetap sama, ibunya terus memaksa. Ketika itu Saad melihat keadaan ibunya lantas ia berkata, Wahai ibu, andai engkau memiliki seratus nyawa, lalu nyawa tersebut keluar satu per satu, tetap aku tidak akan meninggalkan agamaku sedikit pun juga. Syaikh Musthafa AlAdawi dalam Tafsir AlQuran AlAzhim, 1161 mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih. Kemudian apa yang pantas dikatakan kepada mereka sekarang yang meninggalkan negerinya untuk berhijrah ke negaranegara kafir atas dasar kekagumannya kepada kemajuan peradabannya untuk mengais rezeki Coba bandingkan antara hijrah mereka dengan hijrah yang dilakukan para sahabat rasul ke negeri Habasyah yang bertujuan mencari tempat yang aman untuk beribadah kepada Allah Taala Bersama sesama muslim, dan untuk membentuk masyarakat yang Islami hidup berdampingan secara Islam dan lingkungan yang bernuansa Islam. Justru semestinya muslimlah yang berupaya membimbing masyarakat nonmuslim itu agar menjadi masyarakat yang Islami. Pelajaran ini juga berlaku pada pergaulan atau majelis pertemuan yang dilakukan oleh orang muslim dan ia menyaksikan kemungkaran di dalamnya. Maka bisa jadi ia mengikuti acara yang ada dan diam saja, sehingga ia harus melakukan upaya adaptasi dengan sesuatu yang bertentangan dengan agama Allah, atau ia menolak dan mengingkari hal tersebut dan jika tidak bisa melakukannya, maka ia keluar meninggalkan tempat pertemuan itu. Jadi, hijrah sahabat Rasul shallallahu alaihi wa sallam ke negeri Habasyah ini telah memberi pelajaran bagaimana sikap kita dalam berinteraksi dengan masyarakat nonmuslim, bahkan lebih dari itu di sini terdapat pelajaran tentang sikap yang harus kita lakukan terhadap majelis pertemuan yang berisi kemaksiatan dan kemungkaran. Prinsip berlepas diri pada nonmuslim yang diajarkan dalam AlQuran seperti disebutkan dalam ayat, Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orangorang yang bersama dengan dia ketika mereka berkata kepada kaum mereka Sesungguhnya kami berlepas diri daripada kamu dari daripada apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari kekafiranmu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selamalamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja. AlMumtahanah 4Di dalam ayat lain dijelaskan tentang prinsip untuk menjauhi tempat maksiat, Dan orangorang yang tidak memberikan menghadiri azzuur, dan apabila mereka bertemu dengan orangorang yang mengerjakan perbuatanperbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui saja dengan menjaga kehormatan dirinya. Masih berlanjut insya Allah pada pelajaran lainnya dari hijrah ke negeri Habasyah. Oleh Muhammad Abduh TuasikalArtikel Rumaysho. |
Ngaji Fikih #60: Dilarang Shalat Saat Khatib Naik Mimbar? | https://www.dakwah.id/shalat-saat-khatib-naik-mimbar/ | Pada serial sebelumnya, dakwah.id telah mengupas Shalat Seperti Apakah yang Dilarang pada Waktu Tahrim. Kali ini, pembahasan serial Ngaji Fikih selanjutnya adalah Dilarang Shalat Saat Khatib Naik Mimbar?Untuk membaca serial Ngaji Fikih secara lengkap, silakan klik tautan berikut:Hari Jumat adalah hari yang istimewa, hari paling utama dibandingkan dengan hari yang lain. Allah memang mengkhususkan hari Jumat bagi umat Nabi Muhammad menjadi hari yang penuh pahala dan berkah.Hari Jumat menjadi kesempatan bagi umat Islam untuk meraih pahala melimpah ruah, karena banyak amal saleh yang disyariatkan untuk dikerjakan pada hari Jumat tersebut.Mulai dari amalan tentang kebersihan, tentang pengorbanan, sampai tentang kekhusukan dalam menjalankan ibadah sehari-hari.Pada hari Jumat umat Islam disyariatkan untuk melakukan sunah-sunah fitrah, diperintahkan agar banyak bersedekah, menolong antarsesama, diperintahkan juga untuk memperbanyak ibadah; terutama zikir dan shalat.Jika syarat dan rukun yang lain terpenuhi, kaum laki-laki yang sudah balig dan berakal wajib mendirikan shalat Jumat secara berjamaah.Mereka yang tidak ikut dalam shalat Jumat tanpa uzur syari atau karena kesengajaan dan peremehan, disebut oleh Nabi sebagai orang munafik. Kata Nabi, Allah akan menutup hati mereka lantaran peremehan tersebut.Berkaitan dengan shalat Jumat, ada satu persoalan yang jarang dipahami oleh umat Islam yaitu: haram hukumnya mendirikan shalat jika khatib telah naik ke atas mimbar, kecuali satu shalat; shalat tahiyatul masjid. Islam ingin mengajarkan kepada umatnya bahwa khutbah Jumat merupakan perkara penting. Pesan-pesan yang disampaikan oleh khatib pun biasanya tentang perkara penting dan mendesak untuk disampaikan kepada umat.Larangan ini hanya berlaku bagi orang yang hendak ikut shalat Jumat secara berjamaah, sehingga tidak berlaku bagi orang yang tidak akan ikut shalat Jumat berjamaah.Kaum laki-laki yang masih di rumah dan ingin mengikuti shalat berjamaah, sementara khatib telah naik ke atas mimbar, tidak boleh mendirikan shalat apa pun di rumah ketika itu. Dia harus bergegas datang ke masjid untuk mendengarkan khutbah Jumat.Artikel Fikih: Bolehkah Memotret Saat Khutbah Jumat Sedang Berlangsung?Begitu pun berlaku bagi kaum wanita yang ingin mengikuti jamaah shalat Jumat. Mereka tidak boleh mendirikan shalat di rumah atau di perjalanan saat khatib telah naik ke atas mimbar.Adapun para wanita pada umumnya yang tidak ikut shalat Jumat atau orang yang beruzur seperti orang sakit dan orang yang tidak mampu mendatangi jamaah, maka mereka diperbolehkan mendirikan shalat sekalipun khatib sedang berkhutbah.Hanya ada satu shalat yang boleh dilakukan saat khatib naik ke atas mimbar bagi orang yang ingin mengikuti jamaah Jumat yaitu shalat tahiyat masjid.Dengan catatan, shalat tahiyat masjid harus dilakukan seringan mungkin. Tidak boleh terlalu panjang.Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, Jika salah seorang di antara kalian datang pada hari Jumat sedangkan Imam sedang berkhutbah, hendaknya ia shalat dua rakaat dengan ringan. (HR. Muslim no. 875)Bahkan menurut Imam Ibnu Hajar rahimahullah, seseorang cukup mengerjakan kewajiban-kewajiban dalam gerakan dan bacaan shalat saja dan tidak perlu memperpanjangnya. Wallahu alam. (Arif Hidayat/dakwah.id)Disarikan dari kitab: Al-Bayan wa at-Taarif bi Maani Wasaili al-Ahkam al-Mukhtashar al-Lathif, Ahmad Yusuf an-Nishf, hal. 179, Dar adh-Dhiya, cet. 2/2014.Baca juga artikel Serial Ngaji Fikih atau artikel menarik lainnya karya Arif Hidayat.Penulis: Arif Hidayat Editor: Ahmad RobithArtikel Ngaji Fikih Terbaru: | Pada serial sebelumnya, dakwah.id telah mengupas Shalat Seperti Apakah yang Dilarang pada Waktu Tahrim. Pada hari Jumat umat Islam disyariatkan untuk melakukan sunahsunah fitrah, diperintahkan agar banyak bersedekah, menolong antarsesama, diperintahkan juga untuk memperbanyak ibadah terutama zikir dan shalat. Kata Nabi, Allah akan menutup hati mereka lantaran peremehan tersebut. Pesanpesan yang disampaikan oleh khatib pun biasanya tentang perkara penting dan mendesak untuk disampaikan kepada umat. Larangan ini hanya berlaku bagi orang yang hendak ikut shalat Jumat secara berjamaah, sehingga tidak berlaku bagi orang yang tidak akan ikut shalat Jumat berjamaah. Kaum lakilaki yang masih di rumah dan ingin mengikuti shalat berjamaah, sementara khatib telah naik ke atas mimbar, tidak boleh mendirikan shalat apa pun di rumah ketika itu. Hanya ada satu shalat yang boleh dilakukan saat khatib naik ke atas mimbar bagi orang yang ingin mengikuti jamaah Jumat yaitu shalat tahiyat masjid. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, Jika salah seorang di antara kalian datang pada hari Jumat sedangkan Imam sedang berkhutbah, hendaknya ia shalat dua rakaat dengan ringan. 22014.Baca juga artikel Serial Ngaji Fikih atau artikel menarik lainnya karya Arif Hidayat. |
Yang Harus Dilakukan Jika Terlanjur Berbuat Syirik | https://bimbinganislam.com/yang-harus-dilakukan-jika-terlanjur-berbuat-syirik/ | Yang Harus Dilakukan Jika Terlanjur Berbuat Syirik Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan tanya jawab, serta pembahasan tentang Yang Harus Dilakukan Jika Terlanjur Berbuat Syirik, selamat membaca. Pertanyaan: Dilingkungan saya ada orang yang terlanjur melakukan syirik ada yang sengaja dan ada yang tidak sengaja (karena belum tau ilmunya) Untuk mereka yang terlanjur apa yang bisa dilakukan untuk memperbaiki kehidupan akhirat, apakah berpasrah saja karena berdasarkan surah an-nisa ayat 48 bahwa dosa syirik tidak diampuni? Jawaban: Alhamdulillh Washshaltu wassalmu al raslillh, wa al lihi wa ash hbihi ajmain Pertama, perlu diluruskan bahwa yang dimaksud dosa syirik tidak diampuni adalah jika meninggal dalam kondisi tidak bertaubat dari kesyirikan tersebut. Berbeda halnya dengan dosa besar lain yang jika pelakunya meninggal tanpa bertaubat, maka masih ada harapan diampuni di akhirat. Maka jika seseorang masih hidup, dia bisa langsung bertaubat dari kesyirikan, dan dia akan diampuni Allah atas dosa syiriknya. Adapun yang belum bertaubat karena tidak tahu bahwa itu syirik maka tentunya didakwahi dan diberitahu. Jika dia meninggal dalam kondisi masih berbuat kesyirikan maka kita berharap dia mendapatkan udzur jika memang dia jauh dari ahli ilmu dan tidak ada yang mendakwahinya. Ala kulli hal, ada sebuah doa yang bisa diamalkan: , Ya Allah, Sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari perbuatan syirik dalam kondisi aku mengetahuinya dan aku memohon ampun kepada-Mu dari apa yang tidak aku ketahui. Dijawab dengan ringkas oleh: Ustadz Agung Argiansyah, Lc. | Yang Harus Dilakukan Jika Terlanjur Berbuat Syirik Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan tanya jawab, serta pembahasan tentang Yang Harus Dilakukan Jika Terlanjur Berbuat Syirik, selamat membaca. Pertanyaan Dilingkungan saya ada orang yang terlanjur melakukan syirik ada yang sengaja dan ada yang tidak sengaja karena belum tau ilmunya Untuk mereka yang terlanjur apa yang bisa dilakukan untuk memperbaiki kehidupan akhirat, apakah berpasrah saja karena berdasarkan surah annisa ayat 48 bahwa dosa syirik tidak diampuni Jawaban Alhamdulillh Washshaltu wassalmu al raslillh, wa al lihi wa ash hbihi ajmain Pertama, perlu diluruskan bahwa yang dimaksud dosa syirik tidak diampuni adalah jika meninggal dalam kondisi tidak bertaubat dari kesyirikan tersebut. Berbeda halnya dengan dosa besar lain yang jika pelakunya meninggal tanpa bertaubat, maka masih ada harapan diampuni di akhirat. Maka jika seseorang masih hidup, dia bisa langsung bertaubat dari kesyirikan, dan dia akan diampuni Allah atas dosa syiriknya. Adapun yang belum bertaubat karena tidak tahu bahwa itu syirik maka tentunya didakwahi dan diberitahu. Jika dia meninggal dalam kondisi masih berbuat kesyirikan maka kita berharap dia mendapatkan udzur jika memang dia jauh dari ahli ilmu dan tidak ada yang mendakwahinya. Ala kulli hal, ada sebuah doa yang bisa diamalkan , Ya Allah, Sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari perbuatan syirik dalam kondisi aku mengetahuinya dan aku memohon ampun kepadaMu dari apa yang tidak aku ketahui. Dijawab dengan ringkas oleh Ustadz Agung Argiansyah, Lc. |
Apakah Memakai Baju Warna Kuning Terlarang bagi Pria? | https://rumaysho.com/2266-apakah-memakai-baju-warna-kuning-terlarang-bagi-pria.html | Sebagian orang menerjemahkan kata muashfar dengan pakaian yang dicelup warna kuning. Sehingga kesimpulan yang ditarik adalah memakai pakaian warna kuning itu haram. Namun sebenarnya ini hanyalah salah kaprah, karena maksud pakaian muashfar sebagaimana diterangkan dalam hadits tidaklah demikian.Dari Abdullah bin Amru bin Al Ash, dia berkata bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah melihatnya memakai dua potong pakaian muashfar (yang dicelup ushfur), lalu beliau bersabda, Sesungguhnya ini adalah pakaian orang-orang kafir, maka janganlah kamu memakainya. (HR. Muslim no. 2077)Dalam riwayat lainnya disebutkan, dari Abdullah bin Amru, ia berkata bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam pernah melihatnya sedang mengenakan dua potong pakaian yang dicelup ushfur, maka beliau bersabda,« ». . « Apakah ibumu yang menyuruh seperti ini? Aku berkata, Aku akan mencucinya. Beliau bersabda, Jangan, akan tetapi bakarlah. (HR. Muslim no. 2077)Dari Ali bin Abi Thalib, ia berkata, - - .Rasulullah shallallahu alaihi wasallam telah melarang berpakaian yang dibordir (disulam) dengan sutera, memakai pakaian yang dicelup ushfur, memakai cincin emas, dan membaca Al Quran saat ruku. (HR. Muslim no. 2078)Dalam Al Mawsuah Al Fiqhiyah disebutkan, Para pakar fiqih sepakat dibolehkannya memakai pakaian berwarna kuning asalkan bukan hasil dari celupan ushfur atau zafaron. (Al Mawsuah Al Fiqhiyyah, 6: 133)Dari sini, jika pakaian kuning berasal dari zat warna sintetik seperti pada pakaian yang kita temukan saat ini, maka seperti itu tidaklah masalah. Wallahu alam.Sedangkan sebagian orang menerjemahkan pakaian muashfar (yang dicelup ushfur) dengan artian pakaian warna kuning, kami rasa ini keliru, karena ushfur lebih dominan menghasilkan warna merah. Ibnu Hajar rahimahullah mengatakan, Warna dominan yang dihasilkan oleh ushfur adalah warna merah. (Fathul Bari, 10: 305)Intinya, ushfur adalah sejenis tumbuhan dan dominan menghasilkan warna merah. Adapun hukum memakai pakaian warna merah, terlarang jika pakaiannya adalah merah polos. Sedangkan pakaian merah bercorak atau bergaris, maka tidaklah masalah sebagaimana Nabi shallallahu alaihi wa sallam pernah mengenakan pakaian semacam ini. Sedangkan pakaian warna kuning tidaklah masalah, lebih-lebih jika menggunakan pewarna sintetik. Lihat bahasan rumaysho.com mengenai pakaian merah di sini.Kami pernah menanyakan kepada Syaikh Sholeh bin Fauzan bin Abdillah Al Fauzan –ulama senior di Saudi Arabia dan anggota komisi fatwa di KSA-, Di negeri kami, beberapa kitab terjemahan menerjemahkan kata muashfar dengan pakaian berwarna kuning, apakah seperti ini benar?Jawab beliau hafizhohullah dalam Majelis kajian Al Muntaqho, Tidak demikian. Pakaian muashfar itu menghasilkan warna merah, bukan warna kuning sebagaimana sudah dikatakan sebelumnya dalam pembahasan. (Demikian jawaban beliau dan terjemahan dari kami secara bebas) [Tanya jawab dalam Durus Al Muntaqo, 26 Rabiul Awwal 1433 H].Inilah kekeliruan beberapa buku terjemahan atau dari beberapa web mengenai pengertian kata muashfar. Moga tulisan sederhana ini bisa meluruskannnya.Wallahu waliyyut taufiq was sadaad. @ Ummul Hamam, Riyadh, KSA, 26 Rabiul Awwal 1433 Hwww.rumaysho.com | Sebagian orang menerjemahkan kata muashfar dengan pakaian yang dicelup warna kuning. Sehingga kesimpulan yang ditarik adalah memakai pakaian warna kuning itu haram. Namun sebenarnya ini hanyalah salah kaprah, karena maksud pakaian muashfar sebagaimana diterangkan dalam hadits tidaklah demikian. Dari Abdullah bin Amru bin Al Ash, dia berkata bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah melihatnya memakai dua potong pakaian muashfar yang dicelup ushfur, lalu beliau bersabda, Sesungguhnya ini adalah pakaian orangorang kafir, maka janganlah kamu memakainya. Apakah ibumu yang menyuruh seperti ini Aku berkata, Aku akan mencucinya. Beliau bersabda, Jangan, akan tetapi bakarlah. 2077Dari Ali bin Abi Thalib, ia berkata, .Rasulullah shallallahu alaihi wasallam telah melarang berpakaian yang dibordir disulam dengan sutera, memakai pakaian yang dicelup ushfur, memakai cincin emas, dan membaca Al Quran saat ruku. Al Mawsuah Al Fiqhiyyah, 6 133Dari sini, jika pakaian kuning berasal dari zat warna sintetik seperti pada pakaian yang kita temukan saat ini, maka seperti itu tidaklah masalah. Sedangkan sebagian orang menerjemahkan pakaian muashfar yang dicelup ushfur dengan artian pakaian warna kuning, kami rasa ini keliru, karena ushfur lebih dominan menghasilkan warna merah. Ibnu Hajar rahimahullah mengatakan, Warna dominan yang dihasilkan oleh ushfur adalah warna merah. Adapun hukum memakai pakaian warna merah, terlarang jika pakaiannya adalah merah polos. Lihat bahasan rumaysho.com mengenai pakaian merah di sini. Kami pernah menanyakan kepada Syaikh Sholeh bin Fauzan bin Abdillah Al Fauzan ulama senior di Saudi Arabia dan anggota komisi fatwa di KSA, Di negeri kami, beberapa kitab terjemahan menerjemahkan kata muashfar dengan pakaian berwarna kuning, apakah seperti ini benarJawab beliau hafizhohullah dalam Majelis kajian Al Muntaqho, Tidak demikian. Pakaian muashfar itu menghasilkan warna merah, bukan warna kuning sebagaimana sudah dikatakan sebelumnya dalam pembahasan. Moga tulisan sederhana ini bisa meluruskannnya. Ummul Hamam, Riyadh, KSA, 26 Rabiul Awwal 1433 Hwww.rumaysho.com |
Akibat Berbuat Maksiat | https://radiomutiaraquran.com/2022/06/21/akibat-berbuat-maksiat/ | Barangsiapa yang menaati perintah Allah maka akan meraih kemenangan di dunia dan akhirat. Akan tetapi apabila melanggar perintah Allah maka akan masuk ke kelompok orang yang merugi di dunia akhirat. Maka diri manusia itu sendirilah yang menyebabkan dia sengasara ataupun bahagia. Allah berfirman : { } “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum hingga mereka mengubah keadaan mereka sendiri.” (QS.Al-Ra’d :11). Makna firman di atas adalah Allah tidak akan mengubah dan mengganti keadaan seseorang, masyarakat atau umat yang diberi cobaan, musibah, dan kesulitan, sehingga mereka mencoba mengubah keadaan diri mereka sendiri, yang diliputi kemaksiatan, penyimpangan, dan dosa. Dengan kata lain, perubahan dari Allah hanya terjadi setelah adanya perubahan dari manusia itu sendiri dengan meninggalkan kemaksiatan. Dosa, kedzaliman, keberpalingan kita dari perintah Allah, kesibukan dengan dunia dan kenikmatan yang fana, serta kelalaian akan kematian dan dahsyatnya alam kubur; semua itu dapat membuat hati kita mengeras seperti batu, tidak bisa tersentuh dan mengambil pelajaran dari apa yang ada di sekitar berupa ayat-ayat, peristiwa, dan peringatan. Ia telah menjelma menjadi jiwa yang mati dan tak memiliki ruh. Suatu ketika, Ibrahim bin Adham pernah ditanya : “Mengapa kita selalu berdoa, namun doa itu tidak pernah dikabulkan? Padahal Allah telah berfirman: { } “Berdo’alah kalian kepadaKu, Aku akan mengabulkannya untuk kalian.” (QS.Ghafir:60). Dan inilah beberapa jawaban beliau, Kalian telah mengetahui hak Allah, tapi tidak menunaikannya. Kalian membaca Al-Qur’an, namun tidak mengamalkan batasan-batasannya. Kalian mengatakan mencintai Rasulullah, namun kalian tidak mengamalkan Sunnah beliau. Kalian mengatakan takut kematian, namun kalian tidak menyiapkan diri untuk itu. Allah berfirman, { } “Sesungguhnya setan adalah musuh bagi kalian, maka jadikanlah ia sebagai musuh.” (QS.Fathir:6), namun kalian justru menyepakati untuk berbuat maksiat. Kalian mengatakan takut neraka, namun kalian justru memasukkan diri kalian sendiri ke dalamnya. Kalian mengatakan bahwa mencintai surga, namun kalian tidak bekerja meraihnya. Dan jika kalian bangun dari pembaringan kalian, kalian melemparkan aib-aib kalian ke belakang punggung kalian, untuk kemudian menunggangi aib-aib orang lain, sehingga kalian membuat Rabb kalian murka. Hal-hal yang disebutkan di atas adalah perkara yang menyebabkan kematian hati dan penyebab yang mengantarkan seseorang ke dalam keterpurukan, akibat jauhnya ia dari Islam dan tuntunannya serta dampak maksiat yang dilakukannya. Berikut ini, beberapa dampak perbuatan maksiat dan dosa sebagaimana yang dijelaskan oleh Ibnu Qayyim al-Jauziyah dalam Al-Jawab Al-Kafy: Pelaku maksiat akan terhalang dari ilmu, karena ilmu adalah cahaya dan kemaksiatan akan memadamkannya. Pelaku maksiat akan menemukan rasa takut dan cemas saat berinteraksi dengan sesama manusia. Tercabutnya pandangan buruk terhadap maksiat dari hatinya, hingga menganggapnya sebagai suatu yang biasa, bahkan terang-terangan. Maksiat akan mewariskan kehinaan dan kerendahan. Tidak akan menemukan manisnya iman, ketaatan dan ibadah kepada Allah. Maksiat akan menyemaikan maksiat yang lain. Allah akan meninggalkannya berkubang dengan hawa nafsu dan setannya. Ia pun terhalangi untuk “bersahabat” dengan malaikat serta mendapatkan doa mereka. Kemaksiatan akan mematikan mata hati. Kemaksiatan akan membakar keberkahan usia. Kemaksiatan akan mengelamkan wajah, menggelapkan hati, dan mengurangi rezeki. Betapa butuhnya kita untuk bertaubat dengan jujur dan didasari aqidah yang bersih. Maka demi Allah, tidak ada keselamatan bagi kita kecuali dengan merasakan pengawasaan Allah, baik dalam kesendirian maupun tidak. Tidak ada keselamatan bagi kita kecuali dengan kembali kepada-Nya, karena hanya Dialah yang memiliki rahmat yang sangat luas, menerima taubat hamba-Nya, serta mengajak mereka untuk tidak berputus asa dari rahmat-Nya. { } “Dan bertaubatlah kalian semua kepada Allah, wahai orang-orang beriman agar kalian beruntung.” (QS.An-Nur:31) “Wahai sekalian manusia, bertaubatlah kalian kepada Allah sebelum kematian menjemput kalian. Bersegerahlah untuk melakukan amalan-amalan shalih sebelum kalian tersibukkan. Sambunglah hubungan antara kalian dengan Tuhan kalian dengan banyak mengingat-Nya dan banyak bersedekah dalam kesendirian dan keramaian, niscaya kalian akan dikaruniai rezeki, akan ditolong dan dikuatkan.” Semoga kita selalu tersadarkan dan merasa takut kepada Allah, agar hati kita tenang dan senantiasa merasakan manisnya iman, hingga meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat. —— [Sumber: Buku Betapa Singkatnya Dunia Ini!, Penulis Zainuddin, ‘Amir Al-Zaibary Muhammad Ihsan, Penerbit Sukses Publishing, Bekasi, 2011, Cetakan ke-1, dengan beberapa perubahan redaksi seperlunya] Penulis: Ima Erwindi Murojaah: Ustadz Sa’id Abu Ukasyah Sumber | Barangsiapa yang menaati perintah Allah maka akan meraih kemenangan di dunia dan akhirat. Akan tetapi apabila melanggar perintah Allah maka akan masuk ke kelompok orang yang merugi di dunia akhirat. Maka diri manusia itu sendirilah yang menyebabkan dia sengasara ataupun bahagia. Allah berfirman Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum hingga mereka mengubah keadaan mereka sendiri. Ia telah menjelma menjadi jiwa yang mati dan tak memiliki ruh. Suatu ketika, Ibrahim bin Adham pernah ditanya Mengapa kita selalu berdoa, namun doa itu tidak pernah dikabulkan Padahal Allah telah berfirman Berdoalah kalian kepadaKu, Aku akan mengabulkannya untuk kalian. Dan inilah beberapa jawaban beliau, Kalian telah mengetahui hak Allah, tapi tidak menunaikannya. Kalian membaca AlQuran, namun tidak mengamalkan batasanbatasannya. Kalian mengatakan mencintai Rasulullah, namun kalian tidak mengamalkan Sunnah beliau. Allah berfirman, Sesungguhnya setan adalah musuh bagi kalian, maka jadikanlah ia sebagai musuh. Kalian mengatakan takut neraka, namun kalian justru memasukkan diri kalian sendiri ke dalamnya. Kalian mengatakan bahwa mencintai surga, namun kalian tidak bekerja meraihnya. Halhal yang disebutkan di atas adalah perkara yang menyebabkan kematian hati dan penyebab yang mengantarkan seseorang ke dalam keterpurukan, akibat jauhnya ia dari Islam dan tuntunannya serta dampak maksiat yang dilakukannya. Pelaku maksiat akan menemukan rasa takut dan cemas saat berinteraksi dengan sesama manusia. Maksiat akan mewariskan kehinaan dan kerendahan. Tidak akan menemukan manisnya iman, ketaatan dan ibadah kepada Allah. Ia pun terhalangi untuk bersahabat dengan malaikat serta mendapatkan doa mereka. Kemaksiatan akan membakar keberkahan usia. Betapa butuhnya kita untuk bertaubat dengan jujur dan didasari aqidah yang bersih. Dan bertaubatlah kalian semua kepada Allah, wahai orangorang beriman agar kalian beruntung. Bersegerahlah untuk melakukan amalanamalan shalih sebelum kalian tersibukkan. Sambunglah hubungan antara kalian dengan Tuhan kalian dengan banyak mengingatNya dan banyak bersedekah dalam kesendirian dan keramaian, niscaya kalian akan dikaruniai rezeki, akan ditolong dan dikuatkan. Semoga kita selalu tersadarkan dan merasa takut kepada Allah, agar hati kita tenang dan senantiasa merasakan manisnya iman, hingga meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat. Sumber Buku Betapa Singkatnya Dunia Ini, Penulis Zainuddin, Amir AlZaibary Muhammad Ihsan, Penerbit Sukses Publishing, Bekasi, 2011, Cetakan ke1, dengan beberapa perubahan redaksi seperlunya Penulis Ima Erwindi Murojaah Ustadz Said Abu Ukasyah Sumber |
2355. KESUCIAN BELATUNG BANGKAI ANJING | https://www.piss-ktb.com/2013/05/2355-najasah-kesucian-belatung-bangkai.html | PERTANYAAN : Assalamu alaikum, maaf mau tanya : belatung yang keluar dari bangkai anjing bagaimana hukumnya ? [Aziz Al-jarkasyy]. JAWABAN : Wa'alaikumussalam. Jika yang dimaksud belatung itu cacing / set (baca arab : duud) maka hukumnya SUCI tetapi tidak boleh dimakan. Belatung yang tercipta dari najis mugholazhoh (anjing dan babi) hukumnya suci. Belatung bangkai anjing itu suci, karena belatung-belatung tersebut bukan dari anjing melainkan hanya terdapat pada bangkai anjing. - I'anatut Tholibin : - - - : : : . . - Albajuri : . ___ . / - Fathul mu'in hlm. 12 : ( ) : , , (Di antara yang termasuk najis dan tentunya haram dikonsumsi ialah) anjing dan babi, termasuk anak dari salah satu keduanya yang kawin dengan yang lainnya atau bersama selain keduanya. Namun ulat bangkai dari anjing dan babi adalah suci (namun tidak boleh di konsumsi). Demikian juga sama halnya menyandang suci ialah sarang laba-laba, ini menurut pendapat masyhur Ulama, sebagaiman diungkapkan oleh Syekh As-Subki dan Syekh Al-Adrai. Namun penyusun kitab Al-Iddah dan Al-hawi menyatakan najis (sarang laba-aba). Dan (termasuk suci) apa yang keluar dari kulit seumpama ular di saat hidupnya seperti keringat sebagaimana fatwa sebagian Ulama. Akan tetapi guru kami (ibnu Hajar Al-Haetami) menyatakan perlu pembahasan rinci. Dan pendapat yang paling dekat layak ialah najis, karena ia merupakan bagian terpisah dari hidupnya,dan hal itu ialah sama dengan bangkainya. Wallaahu a'lam. [Brojol Gemblung, Ibnu Ilyas, Ghufron Bkl]. LINK DISKUSI : www.fb.com/groups/piss.ktb/585894258100053 | PERTANYAAN Assalamu alaikum, maaf mau tanya belatung yang keluar dari bangkai anjing bagaimana hukumnya Aziz Aljarkasyy. JAWABAN Waalaikumussalam. Jika yang dimaksud belatung itu cacing set baca arab duud maka hukumnya SUCI tetapi tidak boleh dimakan. Belatung yang tercipta dari najis mugholazhoh anjing dan babi hukumnya suci. Belatung bangkai anjing itu suci, karena belatungbelatung tersebut bukan dari anjing melainkan hanya terdapat pada bangkai anjing. Ianatut Tholibin . . Albajuri . ___ . Fathul muin hlm. 12 , , Di antara yang termasuk najis dan tentunya haram dikonsumsi ialah anjing dan babi, termasuk anak dari salah satu keduanya yang kawin dengan yang lainnya atau bersama selain keduanya. Namun ulat bangkai dari anjing dan babi adalah suci namun tidak boleh di konsumsi. Demikian juga sama halnya menyandang suci ialah sarang labalaba, ini menurut pendapat masyhur Ulama, sebagaiman diungkapkan oleh Syekh AsSubki dan Syekh AlAdrai. Namun penyusun kitab AlIddah dan Alhawi menyatakan najis sarang labaaba. Dan termasuk suci apa yang keluar dari kulit seumpama ular di saat hidupnya seperti keringat sebagaimana fatwa sebagian Ulama. Akan tetapi guru kami ibnu Hajar AlHaetami menyatakan perlu pembahasan rinci. Dan pendapat yang paling dekat layak ialah najis, karena ia merupakan bagian terpisah dari hidupnya,dan hal itu ialah sama dengan bangkainya. Wallaahu alam. Brojol Gemblung, Ibnu Ilyas, Ghufron Bkl. LINK DISKUSI www.fb.comgroupspiss.ktb585894258100053 |
Mengapa ٍٍSelesai Shalat Dianjurkan Salam Tengok Kanan-Kiri? | https://bincangsyariah.com/hukum-islam/ubudiyah/mengapa-selesai-shalat-dianjurkan-salam-tengok-kanan-kiri/ | Pembukaan ibadah shalat ditandai dengan takbiratulihram dan diakhiri dengan salam. Bacaan salam pada selain shalat jenazah adalah assalamualaikum wa rahmatullah. Namun, pada shalat jenazah disunahkan ditambahkan assalamualaikum wa rahmatullah wa barakatuh. Akan tetapi, mengapa saat membaca salam itu menengok ke arah kanan dan kiri? Syekh Zainuddin al-Malibari dalam Fathul Muin menyampaikan demikian. Disunahkan bagi imam, makmum, dan orang yang shalat sendirian itu untuk mengucapkan salam dan menengok pada orang yang ada di sebelah kanannya sebagai penanda salam pertama. Untuk salam kedua, disunahkan menengok ke arah kiri sebagai penanda salam kedua, untuk malaikat, mukmin dari kalangan manusia dan jin. Artinya, menengok ke kanan dan ke kiri itu sebagai bentuk respon terhadap makhluk Allah yang ada di sebelah kita. Makhluk Allah yang dimaksud adalah orang-orang yang sama-sama shalat berjemaah, malaikat, ataupun jin. Hal ini sebagaimana hadis dari sahabat Ali dan Samurah. Nabi itu pernah shalat sebelum Asar sebanyak empat rakaat yang dipungkasi dengan bacaan salam terhadap malaikat yang selalu mendekatkan diri pada Allah, muslim, dan mukmin. (HR Abu Daud) Rasulullah memerintahkan kami untuk menjawab salam imam, dan saling berkasih sayang, dan saling menjawab salam satu sama lain. (HR Abu Daud). Wallahualam | Pembukaan ibadah shalat ditandai dengan takbiratulihram dan diakhiri dengan salam. Bacaan salam pada selain shalat jenazah adalah assalamualaikum wa rahmatullah. Namun, pada shalat jenazah disunahkan ditambahkan assalamualaikum wa rahmatullah wa barakatuh. Akan tetapi, mengapa saat membaca salam itu menengok ke arah kanan dan kiri Syekh Zainuddin alMalibari dalam Fathul Muin menyampaikan demikian. Disunahkan bagi imam, makmum, dan orang yang shalat sendirian itu untuk mengucapkan salam dan menengok pada orang yang ada di sebelah kanannya sebagai penanda salam pertama. Untuk salam kedua, disunahkan menengok ke arah kiri sebagai penanda salam kedua, untuk malaikat, mukmin dari kalangan manusia dan jin. Artinya, menengok ke kanan dan ke kiri itu sebagai bentuk respon terhadap makhluk Allah yang ada di sebelah kita. Makhluk Allah yang dimaksud adalah orangorang yang samasama shalat berjemaah, malaikat, ataupun jin. Hal ini sebagaimana hadis dari sahabat Ali dan Samurah. Nabi itu pernah shalat sebelum Asar sebanyak empat rakaat yang dipungkasi dengan bacaan salam terhadap malaikat yang selalu mendekatkan diri pada Allah, muslim, dan mukmin. HR Abu Daud Rasulullah memerintahkan kami untuk menjawab salam imam, dan saling berkasih sayang, dan saling menjawab salam satu sama lain. HR Abu Daud. Wallahualam |
Hukum Shalat Isya di Belakang Imam Shalat Tarawih | https://konsultasisyariah.com/2541-shalat-isya-belakang-imam-shalat-tarawih.html | Pertanyaan: Seseorang mendatangi shalat jamaah, namun mereka tengah mengerjakan shalat Tarawih dan dia tahu hal itu. Bolehkah dia shalat bersama mereka dengan niat shalat Isya’ ataukah dia harus shalat sendiri? Jawaban: Tidak mengapa dia shalat bersama mereka dengan niat shalat Isya menurut pendapat ulama yang paling shahih. Jika imam telah salam, dia berdiri menyempurnakan shalatnya, sebagaimana disebutkan dalam Shahihain dari Mua’adz bin Jabal radhiallahu ‘anhu, bahwa beliau shalat Isya’ bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian kembali kepada kaumnya, lalu beliau shalat bersama mereka (menjadi imam-pent.), namun Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mengingkari hal itu. Hal ini menjukkan bolehnya shalat fardhu di belakang imam yang shalat sunnah. Di dalam hadits shahih disebutkan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa pada sebagian tata cara shalat khauf beliau shalat dua rakaat bersama sekelompok pasukan, kemudian shalat dua rakaat lagi bersama kelompok yang lain. Shalat yang pertama adalah shalat fardhu, sedangkan kedua sebagai shalat sunnah, meskipun bagi makmum itu adalah shalat wajib, wallahu waliyut taufiq. Sumber: Fatawa Syaikh Bin Baaz 1, Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz Dipublikasikan oleh | Pertanyaan Seseorang mendatangi shalat jamaah, namun mereka tengah mengerjakan shalat Tarawih dan dia tahu hal itu. Bolehkah dia shalat bersama mereka dengan niat shalat Isya ataukah dia harus shalat sendiri Jawaban Tidak mengapa dia shalat bersama mereka dengan niat shalat Isya menurut pendapat ulama yang paling shahih. Jika imam telah salam, dia berdiri menyempurnakan shalatnya, sebagaimana disebutkan dalam Shahihain dari Muaadz bin Jabal radhiallahu anhu, bahwa beliau shalat Isya bersama Nabi shallallahu alaihi wa sallam, kemudian kembali kepada kaumnya, lalu beliau shalat bersama mereka menjadi imampent., namun Nabi shallallahu alaihi wa sallam tidak mengingkari hal itu. Hal ini menjukkan bolehnya shalat fardhu di belakang imam yang shalat sunnah. Di dalam hadits shahih disebutkan dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam, bahwa pada sebagian tata cara shalat khauf beliau shalat dua rakaat bersama sekelompok pasukan, kemudian shalat dua rakaat lagi bersama kelompok yang lain. Shalat yang pertama adalah shalat fardhu, sedangkan kedua sebagai shalat sunnah, meskipun bagi makmum itu adalah shalat wajib, wallahu waliyut taufiq. Sumber Fatawa Syaikh Bin Baaz 1, Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz Dipublikasikan oleh |
Khutbah Jumat: Keutamaan Menuntut Ilmu dalam Kehidupan | https://bincangsyariah.com/khazanah/khutbah/khutbah-jumat-keutamaan-menuntut-ilmu-dalam-kehidupan/ | Salah satu hal yang sangat ditekankan dalam Islam adalah menuntut ilmu. Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan. Berikut Khutbah Jumat: Keutamaan Menuntut Ilmu dan Urgensitasnya dalam Kehidupan. Khutbah I - - , Pada khutbah Jumat kali ini yang berjudul keutamaan menuntut ilmu, pertama marilah kita selalu meningkatkan kualitas ketakwaan kita kepada Allah SWT. Takwa adalah menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangannya. Dengan modal takwa ini, maka kita akan mendapatkan kedudukan yang tinggi di sisi Allah. Selain itu, ketakwaan juga menyebabkan seseorang akan mendapatkan ampunan dari Allah dan kepribadiannya akan menjadi lebih baik dan berkah. Hadirin jamah Khutbah Jumat keutamaan menuntut ilmu yang dirahmati Allah SWT Tidak bisa dipungkiri bahwa menuntut ilmu merupakan perkara yang sangat penting bagi kehidupan seseorang. Hal ini, karena seseorang dalam menjalani kehidupannya di dunia ini tidak akan bisa terlepas dari kebutuhan terhadap ilmu. Semua aktivitas memerlukan ilmu tentang bagaimana melakukan aktivitas yang hendak dilakukan, baik yang menyangkut ibadah maupun muamalah. Semisal untuk melakukan shalat, seseorang harus mempelajari terlebih dahulu hal-hal yang berkaitan dengan shalat, mulai dari rukun, syarat, hal-hal yang membatalkan, dan lain-lain. Tanpa mengetahui hal semacam ini, akan besar kemungkinan shalat seseorang tidak akan sah dalam pandangan syariat. Demikian juga halnya dalam berbisnis misalnya, seseorang harus mengetahui tentang bagaimana cara berbisnis, mendistribusikan barang, dan lain-lain. Ini artinya semua aspek dalam kehidupan ini memerlukan ilmu. Hadirin jamaah Jumat yang dirahmati Allah SWT. Al-Quran sebagai sumber primer hukum Islam telah banyak berbicara tentang keutamaan ilmu dan orang yang menuntut ilmu. Dalam surah al-Mujadalah ayat 11, Allah SWT berfirman: Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis, lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Apabila dikatakan, Berdirilah, (kamu) berdirilah. Niscaya Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Allah Maha teliti terhadap apa yang kamu kerjakan. Diantara hal yang dijelaskan dalam ayat di atas adalah tentang bagaimana keutamaan yang diperoleh orang yang memiliki ilmu. Derajat dan kedudukan mereka akan diangkat oleh Allah SWT. Hal ini bisa kita lihat dalam realita kehidupan sehari-hari, dimana seorang guru misalnya mendapatkan kemulian di hadapan muridnya, sebab ilmu yang dimilikinya. Dan memang, orang yang berilmu tidak akan sama dengan orang yang tidak berilmu. Dengan ilmu yang dimiliki, seseorang akan mudah untuk mendapat kebahagiaan dunia dan akhirat. Selain al-Quran, Hadits Nabi juga telah banyak menyebutkan tentang keutamaan menuntut ilmu. Rasulullah SAW memotivasi umatnya agar menuntut ilmu, sebab keutamaannya yang begitu luar biasa. Diantara Hadits yang berbicara tentang keutamaan menuntut ilmu adalah Hadits Nabi berikut: Artinya: Barangsiapa yang menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan menyediakan baginya jalan menuju surga. Sesungguhnya para Malaikat meletakkan sayap-sayapnya kepada orang yang menuntut ilmu karena ridha kepadanya. Orang yang berilmu akan dimintakan ampunan oleh semua makhluk yang ada di langit dan bumi, bahkan ikan yang ada di laut. Keutamaan orang alim atas orang ahli ibadah bagaikan keutamaan bulan atas bintang pada malam purnama. Para ulama merupakan pewaris para Nabi. Mereka tidak mewariskan dinar dan dirham, melainkan ilmu. Oleh karena itu, barangsiapa yang mengambil ilmu itu, maka ia telah mengambil bagian yang sempurna. Hadits di atas menunjukkan betapa besar keutamaan ilmu dan orang yang menuntut ilmu. Selain derajat tinggi yang diperoleh, orang yang menuntut ilmu akan dipermudah jalannya menuju syurga, didoakan oleh semua makhluk, dan lain-lain. Oleh karena itu, jangan sampai waktu yang ada ini kosong dan hampa dari menuntut ilmu. Sebab sangat merugi orang yang membiarkan waktunya berlalu begitu saja tanpa ada pengetahuan yang didapat. Ilmu sangat penting dalam kehidupan ini. Hadirin Jamaah Khutbah Jumat keutamaan menuntut ilmu yang dirahmati Allah SWT. Kemudian tentang urgensitas ilmu dalam kehidupan sehari-hari, maka kita bisa melihat bagaimana para ulama salaf pada masa lalu sangat memperhatikan urusan ilmu. Ilmu yang pertama kali mereka ajarkan kepada anak-anak mereka adalah al-Quran dan Hadits. Selain itu, ilmu-ilmu lain pun diajarkan juga kepada mereka, karena setiap ilmu saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Akhlak juga mereka tanamkan dalam jiwa dan kepribadian anak-anak mereka dengan tujuan agar pada diri mereka terhimpun dua hal, yaitu ilmu dan akhlak. Hal ini, karena seseorang selain harus diberikan nutrisi ilmu yang cukup, ia juga harus ditopang dengan akhlak yang baik. Sehingga, jika kedua hal ini ada pada diri seseorang maka akan terbentuk manusia yang berkualitas dan bermanfaat. Ia tidak hanya bermanfaat pada dirinya sendiri, melainkan juga bermanfaat kepada yang lain. Ilmu akan dapat membuat seseorang memiliki rasa takut yang tinggi kepada Allah SWT. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Abu Ishak al-Huwaini berikut: Artinya: Ilmu akan menjadikanmu sebagai orang yang memiliki rasa takut kepada Allah. Barangsiapa yang bertambah ilmunya, maka bertambah rasa takutnya kepada Allah. Dan Barangsiapa yang takut kepada-Nya maka ia tidak akan maksiat kepada-Nya. Ilmu ibarat sebuah pohon yang menghasilkan buah. Buah dari ilmu adalah terbentuknya kepribadian dan akhlak yang baik. Semoga kita semua tetap bisa istikamah dalam menuntut ilmu, dan ilmu yang diperoleh bermanfaat dan barokah. Khutbah Kedua . . . . . : (. . (. . . . . . . . . Demikian penjelasan terkait Khutbah Jumat: keutamaan menuntut ilmu dan urgensitasnya dalam Kehidupan. Semoga bermanfaat. [Baca juga: Khutbah Jumat: Anak Sebagai Amanah Allah] | Salah satu hal yang sangat ditekankan dalam Islam adalah menuntut ilmu. Takwa adalah menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangannya. Hal ini, karena seseorang dalam menjalani kehidupannya di dunia ini tidak akan bisa terlepas dari kebutuhan terhadap ilmu. Semua aktivitas memerlukan ilmu tentang bagaimana melakukan aktivitas yang hendak dilakukan, baik yang menyangkut ibadah maupun muamalah. Semisal untuk melakukan shalat, seseorang harus mempelajari terlebih dahulu halhal yang berkaitan dengan shalat, mulai dari rukun, syarat, halhal yang membatalkan, dan lainlain. Hadirin jamaah Jumat yang dirahmati Allah SWT. Dalam surah alMujadalah ayat 11, Allah SWT berfirman Artinya Wahai orangorang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu Berilah kelapangan di dalam majelismajelis, lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Apabila dikatakan, Berdirilah, kamu berdirilah. Allah Maha teliti terhadap apa yang kamu kerjakan. Diantara hal yang dijelaskan dalam ayat di atas adalah tentang bagaimana keutamaan yang diperoleh orang yang memiliki ilmu. Derajat dan kedudukan mereka akan diangkat oleh Allah SWT. Selain alQuran, Hadits Nabi juga telah banyak menyebutkan tentang keutamaan menuntut ilmu. Orang yang berilmu akan dimintakan ampunan oleh semua makhluk yang ada di langit dan bumi, bahkan ikan yang ada di laut. Keutamaan orang alim atas orang ahli ibadah bagaikan keutamaan bulan atas bintang pada malam purnama. Mereka tidak mewariskan dinar dan dirham, melainkan ilmu. Oleh karena itu, barangsiapa yang mengambil ilmu itu, maka ia telah mengambil bagian yang sempurna. Selain derajat tinggi yang diperoleh, orang yang menuntut ilmu akan dipermudah jalannya menuju syurga, didoakan oleh semua makhluk, dan lainlain. Oleh karena itu, jangan sampai waktu yang ada ini kosong dan hampa dari menuntut ilmu. Kemudian tentang urgensitas ilmu dalam kehidupan seharihari, maka kita bisa melihat bagaimana para ulama salaf pada masa lalu sangat memperhatikan urusan ilmu. Ia tidak hanya bermanfaat pada dirinya sendiri, melainkan juga bermanfaat kepada yang lain. Ilmu akan dapat membuat seseorang memiliki rasa takut yang tinggi kepada Allah SWT. Dan Barangsiapa yang takut kepadaNya maka ia tidak akan maksiat kepadaNya. Buah dari ilmu adalah terbentuknya kepribadian dan akhlak yang baik. Khutbah Kedua . . . . . . . . . . . . . . . . Demikian penjelasan terkait Khutbah Jumat keutamaan menuntut ilmu dan urgensitasnya dalam Kehidupan. Baca juga Khutbah Jumat Anak Sebagai Amanah Allah |
Bolehkah Wanita Haid Masuk Masjid untuk Ikut Pengajian? | https://fatwatarjih.or.id/wanita-haid-masuk-masjid-untuk-pengajian/ | Pertanyaan: Assalamu ‘alaikum w. w. Mewakili ibu-ibu jamaah Masjid al-Muharram, pertanyaan kami adalah bolehkah wanita haid masuk masjid dalam rangka mendengarkan pengajian? Pertanyaan Dari:Jama’ah Masjid al-Muharram, Juwangin – Kalasan – Sleman(disidangkan pada hari Jum’at, 22 Rabiulawal 1435 H / 24 Januari 2014 M) Jawaban: Wa ‘alaikumus-salam w. w. Terima kasih kami sampaikan kepada ibu-ibu jamaah pengajian Masjid al-Muharram. Hukum wanita haid masuk masjid, terdapat perbedaan pendapat, ada yang melarang dan ada yang membolehkan. Dalil yang digunakan bagi yang melarang adalah hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai berikut: [ ] . Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abi Syaibah dan Muhammad bin Yahya, mereka berkata telah menceritakan kepada kami Abu Nu’aim, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abi Ghaniyyah dari al-Khathab al-Hajariy dari Mahduj adz-Dzuhliy dari Jasrah, ia berkata telah mengkhabarkan kepadaku Ummu Salamah, ia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam masuk halaman masjid kemudian mengumumkan dengan suara keras, sesungguhnya masjid tidak halal untuk orang junub dan tidak pula untuk orang haid” [HR. Ibnu Majah]. Juga hadis yang diriwayatkan dari Ummu ‘Athiyyah, ia berkata: … [ ]. Artinya: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kami untuk menyertakan wanita yang sedang haid dan wanita pingitan pada dua hari Raya. Mereka menyaksikan kumpulan kaum muslimin dan dakwah untuk mereka. Adapun wanita yang sedang haid supaya menjauh dari tempat shalat …” [HR. al-Bukhari]. Sedangkan dalil yang dikemukakan oleh ulama yang membolehkan adalah hadis sebagai berikut: [ ]. Artinya: “Diriwayatkan dari ‘Aisyah, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadaku: Ambilkan sajadah untukku di masjid! Aisyah mengatakan: Saya sedang haid. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Sesungguhnya, haidmu tidak berada di tanganmu” [HR. Muslim]. Dan sebuah hadis yang diriwayatkan dari ‘Aisyah: …[ ]. Artinya: “Kami keluar untuk melaksanakan haji, ketika kami sampai di Sarif saya mengalami haid, kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam masuk menemui aku, sementara saya sedang menangis. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: Apakah kamu sedang haid? Saya menjawab: Ya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Sesungguhnya ini masalah yang telah ditentukan Allah bagi kaum wanita, maka lakukanlah sebagaimana yang dilakukan oleh orang yang berhaji, kecuali jangan tawaf di Kakbah …” [HR. al-Bukhari]. Berikut ini analisis dari dalil yang telah disebutkan di atas: 1. Dalil yang digunakan oleh ulama yang melarang wanita haid masuk masjid, yakni Hadis riwayat Ibnu Majah yang diriwayatkan dari Ummu Salamah, ternyata hadisnya tidak shahih, karena al-Khathab al-Hajariy dan Mahduj adz-Dzuhliy adalah majhul (tidak diketahui). Oleh sebab itu, hadis tersebut tidak bisa dijadikan dasar hukum untuk melarang wanita haid masuk masjid. Sementara hadis yang berkaitan dengan wanita haid hendaknya menjauhi mushalla (tempat shalat), maksudnya tidak berada pada shaf shalat. Tetapi mereka dibolehkan berada di lapangan tempat dilaksanakan shalat menyaksikan kaum muslimin dan khutbah ‘Id yang disampaikan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Jadi, dalil ini pun kurang tepat jika dijadikan dalil untuk melarang wanita haid masuk masjid. 2. Sedangkan dalil yang digunakan oleh ulama yang membolehkan yaitu hadis yang diriwayatkan dari ‘Aisyah, dapat dipahami bahwa hadis tersebut di atas tidak menerangkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan ‘Aisyah harus segera keluar dari masjid atau boleh masuk masjid tapi sekedar mengambil al-khumrah (sajadah kecil) saja. Beliau hanya menerangkan haid tidak di tanganmu, sehingga selama tidak mengotori masjid (dari darah haid), maka diperbolehkan wanita untuk berada di dalam masjid. Kemudian hadis yang berkenaan dengan pelaksanaan haji, ‘Aisyah mengalami haid. Dalam hadis di atas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak melarang ‘Aisyah untuk masuk ke masjid dan sebagaimana jamaah haji lain boleh masuk ke masjid, maka demikian pula wanita haid (boleh masuk masjid). Akan tetapi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam hanya melarang ‘Aisyah untuk tawaf di Kakbah. Keterangan di atas menunjukkan bahwa boleh saja bagi wanita haid untuk memasuki masjid, dengan syarat: ada hajat, termasuk di dalamnya mendengarkan pengajian, dantidak sampai mengotori masjid (dari darah haid). Demikian penjelasan kami tentang kebolehan wanita haid yang ingin masuk masjid, dengan menjaga dua syarat di atas. Wallahu a’lam bish-shawab. Sumber: Majalah Suara Muhammadiyah No. 5, 2014 | Pertanyaan Assalamu alaikum w. w. Mewakili ibuibu jamaah Masjid alMuharram, pertanyaan kami adalah bolehkah wanita haid masuk masjid dalam rangka mendengarkan pengajian Pertanyaan DariJamaah Masjid alMuharram, Juwangin Kalasan Slemandisidangkan pada hari Jumat, 22 Rabiulawal 1435 H 24 Januari 2014 M Jawaban Wa alaikumussalam w. w. Terima kasih kami sampaikan kepada ibuibu jamaah pengajian Masjid alMuharram. Hukum wanita haid masuk masjid, terdapat perbedaan pendapat, ada yang melarang dan ada yang membolehkan. Dalil yang digunakan bagi yang melarang adalah hadis Nabi shallallahu alaihi wa sallam sebagai berikut . Artinya Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abi Syaibah dan Muhammad bin Yahya, mereka berkata telah menceritakan kepada kami Abu Nuaim, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abi Ghaniyyah dari alKhathab alHajariy dari Mahduj adzDzuhliy dari Jasrah, ia berkata telah mengkhabarkan kepadaku Ummu Salamah, ia berkata Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam masuk halaman masjid kemudian mengumumkan dengan suara keras, sesungguhnya masjid tidak halal untuk orang junub dan tidak pula untuk orang haid HR. Juga hadis yang diriwayatkan dari Ummu Athiyyah, ia berkata . Artinya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memerintahkan kami untuk menyertakan wanita yang sedang haid dan wanita pingitan pada dua hari Raya. Mereka menyaksikan kumpulan kaum muslimin dan dakwah untuk mereka. Adapun wanita yang sedang haid supaya menjauh dari tempat shalat HR. Sedangkan dalil yang dikemukakan oleh ulama yang membolehkan adalah hadis sebagai berikut . Artinya Diriwayatkan dari Aisyah, ia berkata Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berkata kepadaku Ambilkan sajadah untukku di masjid Aisyah mengatakan Saya sedang haid. Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda Sesungguhnya, haidmu tidak berada di tanganmu HR. Dan sebuah hadis yang diriwayatkan dari Aisyah . Artinya Kami keluar untuk melaksanakan haji, ketika kami sampai di Sarif saya mengalami haid, kemudian Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam masuk menemui aku, sementara saya sedang menangis. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berkata Apakah kamu sedang haid Saya menjawab Ya. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda Sesungguhnya ini masalah yang telah ditentukan Allah bagi kaum wanita, maka lakukanlah sebagaimana yang dilakukan oleh orang yang berhaji, kecuali jangan tawaf di Kakbah HR. Berikut ini analisis dari dalil yang telah disebutkan di atas 1. Oleh sebab itu, hadis tersebut tidak bisa dijadikan dasar hukum untuk melarang wanita haid masuk masjid. Tetapi mereka dibolehkan berada di lapangan tempat dilaksanakan shalat menyaksikan kaum muslimin dan khutbah Id yang disampaikan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Sedangkan dalil yang digunakan oleh ulama yang membolehkan yaitu hadis yang diriwayatkan dari Aisyah, dapat dipahami bahwa hadis tersebut di atas tidak menerangkan bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memerintahkan Aisyah harus segera keluar dari masjid atau boleh masuk masjid tapi sekedar mengambil alkhumrah sajadah kecil saja. Kemudian hadis yang berkenaan dengan pelaksanaan haji, Aisyah mengalami haid. Akan tetapi Nabi shallallahu alaihi wa sallam hanya melarang Aisyah untuk tawaf di Kakbah. |
Bolehkah Sujud Syukur Saat Khutbah Jumat? | https://bincangsyariah.com/hukum-islam/ubudiyah/bolehkah-sujud-syukur-saat-khutbah-jumat/ | Di antara perkara yang ditanyakan oleh sebagian masyarakat adalah mengenai hukum melakukan sujud syukur ketika sedang mendengarkan khutbah Jumat. Apakah boleh melakukan melakukan sujud syukur ketika kita sedang mendengarkan khutbah Jumat? Sujud syukur termasuk sujud yang disyariatkan dalam Islam. Dalam kondisi dan sebab-sebab tertentu, kita dianjurkan untuk melakukan sujud syukur sebagai bentuk rasa syukur kita kepada Allah. Mengenai melakukan sujud syukur pada saat kita mendengarkan khutbah, maka menurut para ulama hukumnya adalah makruh. Kita tidak dianjurkan untuk melakukan sujud syukur saat mendengarkan khutbah. Pada saat khutbah, kita dianjurkan untuk mendengarkan khutbah dengan seksama dan khusyuk dan dilarang melakukan hal-hal yang dapat memalingkan perhatian kita dari mendengarkan khutbah, termasuk sujud syukur, zikir, main hp, dan lainnya. Setidaknya ada dua kondisi kita dimakruhkan melakukan sujud syukur, sebagaimana disebutkan oleh para ulama. Pertama, pada saat waktu-waktu terlarang melaksanakan shalat sunnah. Di waktu-waktu terlarang melaksanakan shalat sunnah, seperti setelah shalat Ashar, kita dimakruhkan melakukan sujud syukur. Kedua, pada saat kita mendengarkan khutbah Jumat. Pada saat khutbah Jumat, kita dimakruhkan melakukan sujud syukur. Kita sebaiknya sibuk mendengarkan khutbah Jumat dibanding sibuk melakukan sujud syukur. Ini sebagaimana disebutkan dalam kitab Al-Mausuah Al-Fiqhiyah Al-Kuwaitiyah berikut; : Sujud syukur di waktu-waktu yang dimakruhkan; Dimakruhkan menurut ulama Hanafiyah melakukan sujud syukur di waktu yang dimakruhkan melakukan shalat sunnah. Menurut ulama Hanabilah, tidak sah di waktu-waktu yang dimakruhkan melakukan shalat sunnah meskipun memiliki sebab, seperti sujud syukur. Dan seseorang tidak boleh melakukan sujud syukur pada saat dia mendengarkan khutbah Jumat. Dengan demikian, berdasarkan keterangan di atas, dapat kita ketahui bahwa melakukan sujud syukur pada saat kita mendengarkan khutbah Jumat adalah makruh. Hendaknya kita fokus saja mendengarkan khutbah Jumat dibanding melakukan sujud syukur. (Baca juga: Apakah Menutupi Sebagian Rambut Saat Sujud Membatalkan Sholat?). | Di antara perkara yang ditanyakan oleh sebagian masyarakat adalah mengenai hukum melakukan sujud syukur ketika sedang mendengarkan khutbah Jumat. Apakah boleh melakukan melakukan sujud syukur ketika kita sedang mendengarkan khutbah Jumat Sujud syukur termasuk sujud yang disyariatkan dalam Islam. Dalam kondisi dan sebabsebab tertentu, kita dianjurkan untuk melakukan sujud syukur sebagai bentuk rasa syukur kita kepada Allah. Mengenai melakukan sujud syukur pada saat kita mendengarkan khutbah, maka menurut para ulama hukumnya adalah makruh. Kita tidak dianjurkan untuk melakukan sujud syukur saat mendengarkan khutbah. Pada saat khutbah, kita dianjurkan untuk mendengarkan khutbah dengan seksama dan khusyuk dan dilarang melakukan halhal yang dapat memalingkan perhatian kita dari mendengarkan khutbah, termasuk sujud syukur, zikir, main hp, dan lainnya. Setidaknya ada dua kondisi kita dimakruhkan melakukan sujud syukur, sebagaimana disebutkan oleh para ulama. Pertama, pada saat waktuwaktu terlarang melaksanakan shalat sunnah. Di waktuwaktu terlarang melaksanakan shalat sunnah, seperti setelah shalat Ashar, kita dimakruhkan melakukan sujud syukur. Kedua, pada saat kita mendengarkan khutbah Jumat. Pada saat khutbah Jumat, kita dimakruhkan melakukan sujud syukur. Kita sebaiknya sibuk mendengarkan khutbah Jumat dibanding sibuk melakukan sujud syukur. Ini sebagaimana disebutkan dalam kitab AlMausuah AlFiqhiyah AlKuwaitiyah berikut Sujud syukur di waktuwaktu yang dimakruhkan Dimakruhkan menurut ulama Hanafiyah melakukan sujud syukur di waktu yang dimakruhkan melakukan shalat sunnah. Menurut ulama Hanabilah, tidak sah di waktuwaktu yang dimakruhkan melakukan shalat sunnah meskipun memiliki sebab, seperti sujud syukur. Dan seseorang tidak boleh melakukan sujud syukur pada saat dia mendengarkan khutbah Jumat. Dengan demikian, berdasarkan keterangan di atas, dapat kita ketahui bahwa melakukan sujud syukur pada saat kita mendengarkan khutbah Jumat adalah makruh. Hendaknya kita fokus saja mendengarkan khutbah Jumat dibanding melakukan sujud syukur. Baca juga Apakah Menutupi Sebagian Rambut Saat Sujud Membatalkan Sholat. |
Bagaimanakah hukumnya menggunakan spray hidung, apakah akan mempengaruhi puasa ? | https://islamqa.info/id/answers/106494/hukum-menggunakan-spray-hidung-pada-saat-berpuasa | Alhamdulillah.Tidak masalah, dalam kondisi darurat, dan jika memungkinkan untuk ditunda pada malam harinya, maka hal itu lebih hati-hati”. Yang terhormat Syeikh Abdul Aziz bin Baz –rahimahullah-. (Majmu Fatawa wa Maqalat Mutanawwiah: 15/264) | Alhamdulillah.Tidak masalah, dalam kondisi darurat, dan jika memungkinkan untuk ditunda pada malam harinya, maka hal itu lebih hatihati. Yang terhormat Syeikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah. Majmu Fatawa wa Maqalat Mutanawwiah 15264 |
Berikut Ini Kitab Rujukan Berbahasa Arab Hadist Shahih Bukhari Dan Shahih Muslim | https://bimbinganislam.com/berikut-ini-kitab-rujukan-berbahasa-arab-hadist-shahih-bukhari-dan-shahih-muslim/ | Berikut Ini Kitab Rujukan Berbahasa Arab Hadist Shahih Bukhari Dan Shahih Muslim Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan kitab rujukan berbahasa Arab hadist Shahih Bukhari dan Shahih Muslim. Selamat membaca. Pertanyaan: Assalamualaikum. Saya ingin informasi dari Ustadz. Kitab hadits Shahih Bukhari dan Shahih Muslim (Bahasa Arab) terbitan mana dan judulnya yang terbaik dan selalu dijadikan referensi ulama dunia? Jazaakallahu khairan. (Ditanyakan oleh Santri Kuliah Islam Online Mahad BIAS) Jawaban: Waalaikumsalam warahmatulah wabarokatuh Kitab yang Anda inginkan sebagaimana yang telah dikenal dengan hanya Kitab Shahih Bukhari atau Shahih Muslim. Berikut akan disebutkan pada tulisan berikut. : Ada beberapa cetakan yang biasa di pergunakan oleh para ulama dalam banyak rujukan, antara lain : 1) 2) 3) . 4) 15 . 5) . Silakan bisa mencari beberapa cetakan yang disebutkan bila menginginkan cetakan yang dianggap terbaik, walaupun dari cetakan di atas sebagiannya telah sulit didapatkan. Kemudian untuk cetakan Shahih Muslim, di antara cetakan yang terbaik sebagai berikut: : 1) 2) . . Wallahu a`lam. Dijawab dengan ringkas oleh: Ustadz Mutashim, Lc. MA. Selasa, 24 Safar 1444 H/ 20 September 2022 M Ustadz Mutashim Lc., M.A. Dewan konsultasi BimbinganIslam (BIAS), alumus Universitas Islam Madinah kuliah Syariah dan MEDIU Untuk melihat artikel lengkap dari Ustadz Mutashim Lc., M.A. klik di sini | Berikut Ini Kitab Rujukan Berbahasa Arab Hadist Shahih Bukhari Dan Shahih Muslim Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan kitab rujukan berbahasa Arab hadist Shahih Bukhari dan Shahih Muslim. Selamat membaca. Pertanyaan Assalamualaikum. Saya ingin informasi dari Ustadz. Kitab hadits Shahih Bukhari dan Shahih Muslim Bahasa Arab terbitan mana dan judulnya yang terbaik dan selalu dijadikan referensi ulama dunia Jazaakallahu khairan. Ditanyakan oleh Santri Kuliah Islam Online Mahad BIAS Jawaban Waalaikumsalam warahmatulah wabarokatuh Kitab yang Anda inginkan sebagaimana yang telah dikenal dengan hanya Kitab Shahih Bukhari atau Shahih Muslim. Berikut akan disebutkan pada tulisan berikut. Ada beberapa cetakan yang biasa di pergunakan oleh para ulama dalam banyak rujukan, antara lain 1 2 3 . 4 15 . 5 . Silakan bisa mencari beberapa cetakan yang disebutkan bila menginginkan cetakan yang dianggap terbaik, walaupun dari cetakan di atas sebagiannya telah sulit didapatkan. Kemudian untuk cetakan Shahih Muslim, di antara cetakan yang terbaik sebagai berikut 1 2 . . Wallahu alam. Dijawab dengan ringkas oleh Ustadz Mutashim, Lc. MA. Selasa, 24 Safar 1444 H 20 September 2022 M Ustadz Mutashim Lc., M.A. Dewan konsultasi BimbinganIslam BIAS, alumus Universitas Islam Madinah kuliah Syariah dan MEDIU Untuk melihat artikel lengkap dari Ustadz Mutashim Lc., M.A. klik di sini |
Doa Sebelum Tidur | https://bincangsyariah.com/zikir-dan-doa/doa-sebelum-tidur/ | Membaca doa sebelum tidur merupakan adab yang diajarkan oleh Rasulullah Saw kepada kita, umatnya. Agar kita menutup segala aktifitas sehari-hari dengan menyebut nama Allah. Sehingga jika kita tidak bangun lagi maka kita akan meninggal dalam keadaan khusnul khatimah, karena meninggal setelah menyebutkan nama Allah Saw. (Baca: Ingin Husnul Khatimah? Inilah Amalan Syekh Nawawi Banten). Ini penting karena sebagian dari muslim saat ini banyak yang mengakhiri waktu tidur dengan hal-hal yang tidak bermanfaat dan sebagian justru berbahaya untuk kesehatan. Misalnya, menonton gawai sampai tertidur di tempat gelap. Bahkan, menurut riset SehatQ, diantara dampak bermain gawai sebelum tidur adalah menurunkan kualitas tidur, menurunkan produksi melatonin saat tidur, membuat tubuh letih dan lelah saat bangun, hingga mengganggu pikiran. Alih-alih bermain gadget genggam, dalam Islam kita dianjurkan untuk membaca doa sebelum tidur dalam sekian zikir-zikir lainnya yang akan dibahas dalam tulisan lain. Berikut ini doa sebelum tidur yang beliau ajarkan: Bismika allahumma ahyaa wa amuut(u) Artinya; Dengan nama-Mu ya Allah, aku hidup dan aku mati (Diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari) | Membaca doa sebelum tidur merupakan adab yang diajarkan oleh Rasulullah Saw kepada kita, umatnya. Agar kita menutup segala aktifitas seharihari dengan menyebut nama Allah. Sehingga jika kita tidak bangun lagi maka kita akan meninggal dalam keadaan khusnul khatimah, karena meninggal setelah menyebutkan nama Allah Saw. Baca Ingin Husnul Khatimah Inilah Amalan Syekh Nawawi Banten. Ini penting karena sebagian dari muslim saat ini banyak yang mengakhiri waktu tidur dengan halhal yang tidak bermanfaat dan sebagian justru berbahaya untuk kesehatan. Misalnya, menonton gawai sampai tertidur di tempat gelap. Bahkan, menurut riset SehatQ, diantara dampak bermain gawai sebelum tidur adalah menurunkan kualitas tidur, menurunkan produksi melatonin saat tidur, membuat tubuh letih dan lelah saat bangun, hingga mengganggu pikiran. Alihalih bermain gadget genggam, dalam Islam kita dianjurkan untuk membaca doa sebelum tidur dalam sekian zikirzikir lainnya yang akan dibahas dalam tulisan lain. Berikut ini doa sebelum tidur yang beliau ajarkan Bismika allahumma ahyaa wa amuutu Artinya Dengan namaMu ya Allah, aku hidup dan aku mati Diriwayatkan oleh Imam alBukhari |
3 Hadist Tentang Keutamaan Sholat Di Masjid Nabawi | https://belajarislam.com/2018/07/3-hadist-tentang-keutamaan-sholat-di-masjid-nabawi/ | Kita tahu bahwa Masjid Nabawi adalah masjid yang mulia. Lantas apa keutamaan shalat di Masjid Nabawi dibanding masjid lainnya? Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, – – “Tidaklah pelana itu diikat –yaitu tidak boleh bersengaja melakukan perjalanan (dalam rangka ibadah ke suatu tempat)- kecuali ke tiga masjid: Masjidil Haram, masjid Rasul –shallallahu ‘alaihi wa sallam- dan masjidil Aqsho” (HR. Bukhari 1189 dan Muslim no. 1397). Hadits ini juga diriwayatkan oleh Abu Sa’id Al Khudriy. Hadits ini secara tegas menunjukkan keutamaan sengaja bersafar ke ketiga masjid di atas. Dan ini berarti selain tiga masjid itu tidak dibolehkan jika sengaja bersafar ke sana dalam rangka ibadah, baik itu ke kuburan wali maupun orang sholih . Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Shalat di masjidku (Masjid Nabawi) lebih baik dari 1000 shalat di masjid lainnya selain Masjidil Harom.” (HR. Bukhari no. 1190 dan Muslim no. 1394, dari Abu Hurairah) Dalam riwayat lain, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Shalat di masjidku (Masjid Nabawi) lebih utama daripada 1000 shalat di masjid lainnya selain Masjidil Harom. Shalat di Masjidil Harom lebih utama daripada 100.000 shalat di masjid lainnya.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah no. 1406, dari Jabir bin ‘Abdillah. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih. Lihat Shahih At Targhib wa At Tarhib no. 1173) Para ulama berselisih pendapat, apakah yang dimaksud dengan pengecualian dalam hadits di atas. Perbedaan pendapat ini berasal dari perselisihan mereka, manakah tempat yang lebih utama: Madinah ataukah Makkah? Ulama Syafi’iyah dan mayoritas ulama mengatakan bahwa Makkah lebih utama dari Madinah. Sehingga Masjidil Haram lebih utama dari Masjid Madinah. Dan ini berkebalikan dengan pendapat Imam Malik dan pengikutnya. Sehingga menurut ulama Syafi’iyah dan mayoritas ulama, makna hadits di atas adalah: shalat di masjid Nabawi lebih utama dari 1000 shalat di masjid lainnya selain Masjidil Harom karena shalat di Masjidil Harom lebih utama dari shalat di masjid Nabawi. (Lihat Syarh Muslim karya Imam An Nawawi) | Kita tahu bahwa Masjid Nabawi adalah masjid yang mulia. Lantas apa keutamaan shalat di Masjid Nabawi dibanding masjid lainnya Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Tidaklah pelana itu diikat yaitu tidak boleh bersengaja melakukan perjalanan dalam rangka ibadah ke suatu tempat kecuali ke tiga masjid Masjidil Haram, masjid Rasul shallallahu alaihi wa sallam dan masjidil Aqsho HR. Bukhari 1189 dan Muslim no. 1397. Hadits ini juga diriwayatkan oleh Abu Said Al Khudriy. Hadits ini secara tegas menunjukkan keutamaan sengaja bersafar ke ketiga masjid di atas. Dan ini berarti selain tiga masjid itu tidak dibolehkan jika sengaja bersafar ke sana dalam rangka ibadah, baik itu ke kuburan wali maupun orang sholih . Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Shalat di masjidku Masjid Nabawi lebih baik dari 1000 shalat di masjid lainnya selain Masjidil Harom. HR. Bukhari no. 1190 dan Muslim no. 1394, dari Abu Hurairah Dalam riwayat lain, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Shalat di masjidku Masjid Nabawi lebih utama daripada 1000 shalat di masjid lainnya selain Masjidil Harom. Shalat di Masjidil Harom lebih utama daripada 100.000 shalat di masjid lainnya. HR. Ahmad dan Ibnu Majah no. 1406, dari Jabir bin Abdillah. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih. Lihat Shahih At Targhib wa At Tarhib no. 1173 Para ulama berselisih pendapat, apakah yang dimaksud dengan pengecualian dalam hadits di atas. Perbedaan pendapat ini berasal dari perselisihan mereka, manakah tempat yang lebih utama Madinah ataukah Makkah Ulama Syafiiyah dan mayoritas ulama mengatakan bahwa Makkah lebih utama dari Madinah. Sehingga Masjidil Haram lebih utama dari Masjid Madinah. Dan ini berkebalikan dengan pendapat Imam Malik dan pengikutnya. Sehingga menurut ulama Syafiiyah dan mayoritas ulama, makna hadits di atas adalah shalat di masjid Nabawi lebih utama dari 1000 shalat di masjid lainnya selain Masjidil Harom karena shalat di Masjidil Harom lebih utama dari shalat di masjid Nabawi. Lihat Syarh Muslim karya Imam An Nawawi |
Zina dan Perselingkuhan dalam Hukum Positif di Indonesia | https://islam.nu.or.id/syariah/zina-dan-perselingkuhan-dalam-hukum-positif-di-indonesia-Z96Hy | Indonesia adalah negara yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai budaya dan agama. Kentalnya nilai budaya dan agama itulah yang menjadi filter masyarakat Indonesia sehingga tidak serta merta menerima berbagai macam budaya asing yang dianggap menyalahi nilai agama dan moral bangsa. Di antara tindakan yang diyakini tidak sesuai dengan moral bangsa dan nilai agama adalah perbuatan zina dan perselingkuhan. Masyarakat, pemerintah, dan seluruh pemuka agama mengecam tindakan tercela ini. Betapa tidak, zina dan perselingkuhan dianggap sebagai tindakan berdosa yang mencoreng nama baik diri sendiri dan keluarga. Sejak awal perjalanan Indonesia, bangsa kita sudah mengenal aturan tentang tindakan zina dan perselingkuhan, hal ini termaktub dalam KUHP atau Kitab Undang-Undang Hukum Pidana lama yang tak lain adalah warisan hukum dari pemerintahan kolonial Belanda. Dalam aturannya pada Pasal 248 KUHP termaktub sebagai berikut: a. seorang pria yang telah kawin yang melakukan gendak (overspel), padahal diketahui bahwa Pasal 27 BW berlaku baginya. b. seorang wanita yang telah kawin yang turut serta melakukan perbuatan itu, padahal diketahui olehnya bahwa yang turut bersalah telah kawin dan Pasal 27 BW berlaku baginya. (Sumber: Undang-Undang No. 1 tahun 1946 Tentang Peraturan Hukum Pidana, Pasal 248). Orang yang melakukan tindakan perzinahan sebagaimana disebutkan berhak untuk mendapat tindak pidana penjara minimal 9 bulan, dengan catatan terdapat laporan dari suami atau istri yang bersangkutan dengan tenggat waktu tertentu. Memang tidak ada definisi baku dalam undang-undang tersebut tentang apa yang dimaksud dengan perselingkuhan, namun setidaknya terdapat dua poin penting yang dapat dipahami. Pertama, aturan tersebut hanya berlaku bagi orang yang telah menjalankan hubungan suami istri, dan kedua, delik pidana dalam pasal tersebut adalah delik aduan, artinya pelaku hanya dapat dipidana jika terdapat pengaduan oleh orang yang dirugikan. Selain dalam KUHP tersebut, terdapat regulasi hukum lain yang memiliki pembahasan senada dengannya, yakni Kompilasi Hukum Islam (KHI) dan Undang-Undang No. 1 tahun 1974 Tentang Perkawinan. Secara substansial, KHI dan UU Pernikahan tidak membahas dengan mendetail makna dan sanksi tindakan zina dan perselingkuhan, namun KHI sebagai salah satu dokumen hukum yang berdasar dan mengakomodir hukum Islam menjadikan tindakan zina dan perselingkuhan sebagai salah satu tindakan yang dapat dijadikan alasan dalam kasus perceraian. (Sumber: Kompilasi Hukum Islam, Bab XVI Tentang Putusnya Perkawinan, Pasal 116). Sebagaimana telah disebutkan, regulasi perselingkuhan dalam KUHP lama merupakan warisan hukum Belanda, karena itu seiring berjalan waktu, undang-undang tersebut dirasa semakin tidak relevan dan tidak sesuai dengan nafas asli bangsa Indonesia. Karenanya dilakukan revisi Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang termuat dalam Undang-Undang No. 1 tahun 2023 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Salah satu pembahasan yang banyak mengalami perubahan adalah aturan yang berkaitan dengan tindakan zina dan perselingkuhan. Dalam undang-undang tersebut terjadi redefinisi terkait makna zina dan perselingkuhan itu sendiri sebagaimana berikut: "1) Setiap orang yang melakukan persetubuhan dengan orang yang bukan suami atau istrinya, dipidana karena perzinaan, dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun atau pidana denda paling banyak kategori II. 2) Terhadap tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dilakukan penuntutan kecuali atas pengaduan: a. suami atau istri dari orang yang terikat perkawinan. b. orang tua atau anaknya bagi orang yang tidak terikat perkawinan." (Sumber: Undang-Undang No. 1 Tahun 2023 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Pasal 411, poin 1 dan 2). Melalui definisi di atas, setidaknya ada beberapa perubahan aturan hukum dari KUHP lama dengan aturan hukum dalam KUHP baru. Di antara perubahan signifikannya adalah: Seseorang dianggap berzina atau berselingkuh dengan melakukan hubungan badan baik sudah menikah atau belum menikah. Aturan pidananya berubah menjadi maksimal satu tahun. Orang yang dianggap dirugikan dan dapat melakukan pengaduan adalah suami atau istri, atau orang tua dan anak bagi pelaku yang belum atau tidak sedang menikah. Ketentuan zina dan perselingkuhan baru ini dibuat sedemikian rupa karena dianggap sesuai dengan marwah bangsa yang menolak adanya pergaulan bebas dan hubungan yang tidak halal. Selayaknya terjadi dalam berbagai macam perubahan, pro kontra tentang aturan baru perzinahan dalam KUHP baru mencuat dalam wacana publik. Sebagian pihak setuju dengan aturan tersebut, namun sebagian lain merasa tidak cocok karena aturan tersebut dirasa terlalu personal dan mencampuri urusan pribadi masyarakat. Terlepas dari berbagai macam pro kontra tersebut, menurut penulis jika relevansi undang-undang tersebut kita lihat dari kacamata ajaran agama Islam, maka KUHP baru lebih bersifat progresif dan responsif terhadap urusan sosial keagamaan. Hal ini karena dalam ajaran Islam mengecam berbagai macam bentuk hubungan terlarang baik dilakukan saat sudah menikah atau sebelum menikah. Selain itu, hadirnya KUHP baru setidaknya dapat menjadi upaya amar ma’ruf nahi munkar pemerintah dalam membendung budaya buruk berupa pergaulan bebas dan hubungan terlarang di Indonesia. Wallahu a'lam. Ustadzah Shofiyatul Ummah, Pengajar PP Nurud-Dhalam Ganding Sumenep | Indonesia adalah negara yang sangat menjunjung tinggi nilainilai budaya dan agama. Kentalnya nilai budaya dan agama itulah yang menjadi filter masyarakat Indonesia sehingga tidak serta merta menerima berbagai macam budaya asing yang dianggap menyalahi nilai agama dan moral bangsa. Masyarakat, pemerintah, dan seluruh pemuka agama mengecam tindakan tercela ini. Sejak awal perjalanan Indonesia, bangsa kita sudah mengenal aturan tentang tindakan zina dan perselingkuhan, hal ini termaktub dalam KUHP atau Kitab UndangUndang Hukum Pidana lama yang tak lain adalah warisan hukum dari pemerintahan kolonial Belanda. Dalam aturannya pada Pasal 248 KUHP termaktub sebagai berikut a. seorang pria yang telah kawin yang melakukan gendak overspel, padahal diketahui bahwa Pasal 27 BW berlaku baginya. b. seorang wanita yang telah kawin yang turut serta melakukan perbuatan itu, padahal diketahui olehnya bahwa yang turut bersalah telah kawin dan Pasal 27 BW berlaku baginya. Memang tidak ada definisi baku dalam undangundang tersebut tentang apa yang dimaksud dengan perselingkuhan, namun setidaknya terdapat dua poin penting yang dapat dipahami. Pertama, aturan tersebut hanya berlaku bagi orang yang telah menjalankan hubungan suami istri, dan kedua, delik pidana dalam pasal tersebut adalah delik aduan, artinya pelaku hanya dapat dipidana jika terdapat pengaduan oleh orang yang dirugikan. Selain dalam KUHP tersebut, terdapat regulasi hukum lain yang memiliki pembahasan senada dengannya, yakni Kompilasi Hukum Islam KHI dan UndangUndang No. Secara substansial, KHI dan UU Pernikahan tidak membahas dengan mendetail makna dan sanksi tindakan zina dan perselingkuhan, namun KHI sebagai salah satu dokumen hukum yang berdasar dan mengakomodir hukum Islam menjadikan tindakan zina dan perselingkuhan sebagai salah satu tindakan yang dapat dijadikan alasan dalam kasus perceraian. Sumber Kompilasi Hukum Islam, Bab XVI Tentang Putusnya Perkawinan, Pasal 116. 1 tahun 2023 Tentang Kitab UndangUndang Hukum Pidana. b. orang tua atau anaknya bagi orang yang tidak terikat perkawinan. Melalui definisi di atas, setidaknya ada beberapa perubahan aturan hukum dari KUHP lama dengan aturan hukum dalam KUHP baru. Di antara perubahan signifikannya adalah Seseorang dianggap berzina atau berselingkuh dengan melakukan hubungan badan baik sudah menikah atau belum menikah. Aturan pidananya berubah menjadi maksimal satu tahun. Ketentuan zina dan perselingkuhan baru ini dibuat sedemikian rupa karena dianggap sesuai dengan marwah bangsa yang menolak adanya pergaulan bebas dan hubungan yang tidak halal. Selayaknya terjadi dalam berbagai macam perubahan, pro kontra tentang aturan baru perzinahan dalam KUHP baru mencuat dalam wacana publik. Sebagian pihak setuju dengan aturan tersebut, namun sebagian lain merasa tidak cocok karena aturan tersebut dirasa terlalu personal dan mencampuri urusan pribadi masyarakat. Terlepas dari berbagai macam pro kontra tersebut, menurut penulis jika relevansi undangundang tersebut kita lihat dari kacamata ajaran agama Islam, maka KUHP baru lebih bersifat progresif dan responsif terhadap urusan sosial keagamaan. Hal ini karena dalam ajaran Islam mengecam berbagai macam bentuk hubungan terlarang baik dilakukan saat sudah menikah atau sebelum menikah. Ustadzah Shofiyatul Ummah, Pengajar PP NurudDhalam Ganding Sumenep |
Saya punya anak perempuan yang telah menikah. Suatu saat, di bulan Ramadan, dia dan suaminya datang berkunjung kepada kami. Setelah seminggu berpuasa di bulan ramadan, suami anak perempuanku pergi bersama teman-temannya ke luar, lalu mereka tergoda setan sehingga mereka makan dan minum di siang Ramadan. Pagi hari selanjutnya, suami anak perempuanku meminta kepada istrinya agar dibuatkan makanan. Akan tetapi dia menolak. Maka suaminya bersumpah akan menceraikan kalau tidak membuat makanan, sementara (istrinya) juga bersumpah untuk tidak membuatkan makanan. Solusi dari masalah ini, saya minta istri dari anak laki-lakiku untuk membuatkan dia makanan, akan tetapi dia menolak. Akan tetapi karena saya paksa untuk itu, maka dia buatkan makanan dalam kondisi terpaksa. Maka suami anak perempuanku duduk dan makan sendiri sementara kami tidak makan bersamanya. Apakah kami berdosa melakukan hal itu? apa yang seharusnya kami lakukan untuk menebus dosa ini? | https://islamqa.info/id/answers/130828/memerintahkan-istrinya-untuk-menyediakan-makanan-baginya-di-siang-ramadan | Alhamdulillah.Tidak diragukan lagi bahwa berbuka di bulan Ramadan tanpa ada uzur syar’i termasuk diantara dosa besar dan kemunkaran berat. Kalau ada uzur seperti bepergian yaitu sekitar delapan puluh atau tujuh puluh kilo. Yaitu jarak sehari semalam jika berjalan kaki, maka ini dinamakan safar.Tidak mengapa berbuka padanya. Sedangkan jika dia di rumah atau di dalam kota, maka tidak dinamakan safar. Berbuka ketika itu termasuk dosa besar. Barangsiapa yang membantu berbuka, maka dia ikut serta dalam dosanya. Karena Allah Subhanahu berfirman: ( : 2) "Dan saling tolong menolonglah kamu semua dalam kebaikan dan ketakwaan dan jangan saling tolong menolong dalam dosa dan permusuhan." (QS. Al-Maidah: 2) Yang membantu berbuka di bulan Ramadan tanpa uzur baik dengan mempersiapkan makanan, kopi, teh atau bentuk minuman dan makanan lain dia berdosa ikut serta dosanya seperti orang yang berbuka. Namun puasanya sah dan tidak batal dengan membantunya, hanya saja dia berdosa dan harus bertaubat kepada Allah. Oleh karena itu, kepada anda wahai penanya yang memaksa anak perempuan anda atau isri anak laki-laki anda untuk membuat makanan, hendaknya bertaubat kepada Allah. Anda keliru ketika memerintahkannya membuat makanan untuknya. Padahal dia (istrinya) telah berbuat baik dan tepat tidak mentaati suaminya. Karena tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam berbuat kemaksiatan kepada Khalik (Allah). Nabi sallallahu alaihi wa sallam bersabda: "Sesungguhnya ketaatan itu dalam kebaikan." Kalau suaminya memerintahkan untuk membuat makanan di siang hari tanpa ada uzur yang membolehkannya berbuka, baik karena sakit atau bepergian, maka dia tidak perlu membantu apa yang diharamkan oleh Allah meskipun dia marah atau menceraikannya. Karena ketaatan kepada Allah lebih diutamakan dibandingkan ketaatan kepada suami, ayah, penguasa dan gubenur. Berdasarkan sabda Nabi sallallahu’alaihi wa sallam, "Sesungguhnya ketaatan itu dalam kebaikan." Beliau sallallahu alahi wa sallam juga bersabda, "Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam kemaksiatan kepada Khalik (Sang Pencipta)." Orang ini tidak termasuk bepergian karena menetap bersamanya selama seminggu, karena tampaknya dia sudah berniat kuat untuk menetap lebih dari empat hari. Hal ini mengharuskan dia berpuasa menurut mendapat yang kuat dikalangan ahli ilmu. Dan ini adalah pendapat mayoritas ulama. Maka, kalau dia telah niat kuat menetap lebih dari empat hari di rumah mertuanya, maka dia harus berpuasa bersama mereka. Kalau kurang dari empat hari, maka tidak diharuskan berpuasa kalau mereka dalam kondisi safar. Kalau mereka berpuasa tidak mengapa dan tidak apa-apa. Kalau mereka ingin menetap bersama (kerabat) lebih dari empat hari, seyogyanya dalam kondisi seperti ini dia berpuasa (agar keluar) dari perbedaan di kalangan para ulama dan mengamalkan pendapat mayoritas ulama, karena asalnya adalah perintah berpuasa, sementara kebolehan berbuka masih bersifat ragu-ragu. " Syekh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah. | Alhamdulillah.Tidak diragukan lagi bahwa berbuka di bulan Ramadan tanpa ada uzur syari termasuk diantara dosa besar dan kemunkaran berat. Kalau ada uzur seperti bepergian yaitu sekitar delapan puluh atau tujuh puluh kilo. Yaitu jarak sehari semalam jika berjalan kaki, maka ini dinamakan safar.Tidak mengapa berbuka padanya. Sedangkan jika dia di rumah atau di dalam kota, maka tidak dinamakan safar. Berbuka ketika itu termasuk dosa besar. Barangsiapa yang membantu berbuka, maka dia ikut serta dalam dosanya. Karena Allah Subhanahu berfirman 2 Dan saling tolong menolonglah kamu semua dalam kebaikan dan ketakwaan dan jangan saling tolong menolong dalam dosa dan permusuhan. QS. AlMaidah 2 Yang membantu berbuka di bulan Ramadan tanpa uzur baik dengan mempersiapkan makanan, kopi, teh atau bentuk minuman dan makanan lain dia berdosa ikut serta dosanya seperti orang yang berbuka. Namun puasanya sah dan tidak batal dengan membantunya, hanya saja dia berdosa dan harus bertaubat kepada Allah. Oleh karena itu, kepada anda wahai penanya yang memaksa anak perempuan anda atau isri anak lakilaki anda untuk membuat makanan, hendaknya bertaubat kepada Allah. Anda keliru ketika memerintahkannya membuat makanan untuknya. Padahal dia istrinya telah berbuat baik dan tepat tidak mentaati suaminya. Karena tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam berbuat kemaksiatan kepada Khalik Allah. Nabi sallallahu alaihi wa sallam bersabda Sesungguhnya ketaatan itu dalam kebaikan. Kalau suaminya memerintahkan untuk membuat makanan di siang hari tanpa ada uzur yang membolehkannya berbuka, baik karena sakit atau bepergian, maka dia tidak perlu membantu apa yang diharamkan oleh Allah meskipun dia marah atau menceraikannya. Karena ketaatan kepada Allah lebih diutamakan dibandingkan ketaatan kepada suami, ayah, penguasa dan gubenur. Berdasarkan sabda Nabi sallallahualaihi wa sallam, Sesungguhnya ketaatan itu dalam kebaikan. Beliau sallallahu alahi wa sallam juga bersabda, Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam kemaksiatan kepada Khalik Sang Pencipta. Orang ini tidak termasuk bepergian karena menetap bersamanya selama seminggu, karena tampaknya dia sudah berniat kuat untuk menetap lebih dari empat hari. Hal ini mengharuskan dia berpuasa menurut mendapat yang kuat dikalangan ahli ilmu. Dan ini adalah pendapat mayoritas ulama. Maka, kalau dia telah niat kuat menetap lebih dari empat hari di rumah mertuanya, maka dia harus berpuasa bersama mereka. Kalau kurang dari empat hari, maka tidak diharuskan berpuasa kalau mereka dalam kondisi safar. Kalau mereka berpuasa tidak mengapa dan tidak apaapa. Kalau mereka ingin menetap bersama kerabat lebih dari empat hari, seyogyanya dalam kondisi seperti ini dia berpuasa agar keluar dari perbedaan di kalangan para ulama dan mengamalkan pendapat mayoritas ulama, karena asalnya adalah perintah berpuasa, sementara kebolehan berbuka masih bersifat raguragu. Syekh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah. |
Makna Al Ummiy yang Disifatkan pada Nabi Muhammad SAW | https://www.laduni.id/post/read/58538/01105-makna-al-ummiy-yang-disifatkan-pada-nabi-muhammad-saw.html | PERTANYAAN : Assalamu`alaikum mau tanya, maksud dari Nabi yang Ummi itu apa ya? JAWABAN : Wa'alaikumussalam warohmatullohi wabaarokatuh. Nabi disifati dengan al-ummiyi ak berarti Nabi tidak bisa baca tulis dan berhitung. Menurut sebagian pendapat sifat tersebut disandarkan pada nabi karena nabi di utus pada kaum yang ummiy. Kata “ummi”, menurut Alquran adalah orang-orang yang tidak, atau belum diberi satupun Kitab oleh Allah. Kaum Yahudi telah diberi tiga buah kitab melalui beberapa orang nabi mereka. Karenanya, mereka di sebut ahli kitab. Sedangkan orang-orang Arab, belum diberi satupun kitab sebelum Alquran diturunkan kepada Nabi Muhammad yang orang Arab. Hal ini dijelaskan-Nya dalam Firman-Nya: “Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi kitab, dan orang-orang “ummi” (yang tidak diberi kitab), sudahkah kamu tunduk patuh?” (Qs Ali Imran: 20). Maka jelaslah, tidak seluruhnya kata “ummi” itu bermakna buta huruf. Lantas, apakah Rasulullah buta huruf? Alquran membantah pendapat ini secara terang-terangan dan berkali-kali. Banyak ayat di dalam Alquran yang mengisahkan nabi diperintahkan supaya membaca ayat-ayat-Nya kepada orang-orang yang berada di sekelilingnya. Hal ini menunjukkan nabi pandai membaca. Baca Juga: Penjelasan tentang Thariqah yang Mempunyai Sanad sampai Nabi Muhammad dan Perbedaan dengan Lainnya Secara bahasa, al-‘ummiy maknanya adalah : “Merupakan nisbah kepada al-umm atau al-ummah dan orang yang tidak bisa membaca dan menulis. Juga dinisbatkan kepada orang yang susah bicara dan kasar perangainya” [Al-Mu’jamul-Wasiith, 1/58]. ...... “Al-ummiy adalah orang yang tidak bisa menulis. Az-Zujaaj berkata : ‘Al-ummiy adalah orang yang berada pada kondisi awal umat (ketika dilahirkan) yang tidak mempelajari kitab dan tetap dalam keadaannya seperti itu (hingga dewasa)’. Dan dalam Al-Qur’an disebutkan : ‘Dan di antara mereka ada orang-orang ummiy (buta huruf), tidak mengetahui Al-Kitab (Taurat), kecuali dongengan bohong belaka’ (QS. Al-Baqarah : 78).... Dulu, orang-orang yang dapat menulis dari kalangan bangsa ‘Arab dari penduduk Thaaif mempelajari ilmu tersebut dari laki-laki penduduk Hiirah, dimana penduduk Hiirah mengambil ilmu tersebut dari penduduk Anbaar. Dalam hadits disebutkan : ‘Sesungguhnya kami adalah umat yang ummiy, tidak pandai menulis dan tidak pula berhitung’[1]; maksudnya bahwa mereka (bangsa ‘Arab) berada dalam kondisi awal seperti saat dilahirkan oleh ibu mereka yang tidak belajar menulis dan berhitung, dan mereka tetap dalam kondisi mereka yang pertama tersebut (hingga dewasa). Dalam hadits disebutkan : ‘Aku diutus kepada umat yang ummiy’[2]. Orang ‘Arab dikatakan sebagai al-ummiyyuun, karena pengetahuan menulis di sisi mereka merupakan sesuatu yang sangat jarang. Dari hal tersebut adalah firman-Nya : ‘yang mengutus kepada kaum yang ummiy (buta huruf) seorang Rasul dari kalangan mereka sendiri’ (QS. Al-Jumu’ah : 2)....” [Lisaanul-‘Arab, 12/22]. Begitulah umumnya keadaan orang ‘Arab dahulu. Bahkan ketika Islam datang, orang yang bisa membaca dan menulis hanya berjumlah 17 orang saja, diantaranya : ‘Umar, ‘Utsmaan, ‘Aliy, Abu ah, dan bin Abi Sufyaan. Baca juga: Kolom Gus Nadir: Benarkah Nabi Muhammad itu Sesat Sebelum Menjadi Nabi? - Tuhfah Al Ahwadzi, 8/264 : Imam Alusi berkata, “Dan yang dimaksud dengan itu (Ummi) adalah karena mereka pada asal kelahiran ibu mereka tidak mengetahui tulisan dan berhitung.” - Tafsir Qurthuby : : : ; . : ; : . : . . : ; . -Tafsir Baghowi : : ( ) - - . . - - : " " . : . - Ath-Thabariy rahimahullah berkata : :( ) () : ( ) : ( ) : ( ) : ( ) : - - “Makna firman Allah ta’ala tersebut adalah : ‘Dan engkau, wahai Muhammad, tidak pernah membaca kitab sebelum kitab ini yang turun kepadamu. Dan engkau tidak pernah menulis dengan tangan kananmu, karena engkau seorang yang ummiy. ‘Apabila (engkau pernah membaca dan menulis), benar-benar ragulah orang yang mengingkari (mu)’ – maksudnya : seandainya engkau sebelum diwahyukan pernah membaca kitab atau menulisnya dengan tangan kananmu. ‘Niscaya benar-benar ragulah orang yang mengingkarimu’ – maksudnya : maka mereka sungguh akan ragu-ragu dengan sebab itu dalam urusanmu. Dan tidaklah engkau mendatangi mereka dengan kitab ini yang berasal dari sisi Rabbmu yang engkau bacakan kepada mereka, mereka akan mengingkari dengan mengatakan bahwa itu hanyalah sajak, dukun, dan dongeng orang-orang terdahulu” [Tafsiir Ath-Thabariy ]. Baca Juga: Para Abdal (5): Khabar-Khabar dari Kanjeng Nabi Muhammad - Ibnu Katsiir rahimahullah berkata : : { } : - - . : { } [: 157]. “Kemudian Allah ta’ala berfirman : ‘Dan engkau tidak pernah membaca sebelumnya (Al Qur'an) sesuatu Kitab pun dan engkau tidak (pernah) menulis suatu kitab dengan tangan kananmu ; yaitu : sungguh engkau telah tinggal di kaummu – wahai Muhammad – sebelum diberikan Al-Qur’an ini kepadamu beberapa masa, engkau belum pernah membaca kitab dan engkau tidak pandai menulis. Bahkan, setiap seorang dari kaummu atau selain kaummu mengetahui bahwa engkau adalah seorang laki-laki yang ummiy, tidak bisa membaca dan menulis. Demikianlah sifatnya yang ada dalam kitab terdahulu, sebagaimana firman Allah ta’ala : ‘“(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummiy yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang makruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar’ (QS. Al-A’raaf : 157). [Tafsiir Ibni Katsiir]. Wallohu a'lam. Sumber: Pustaka Ilmu Sunni Salafiya | PERTANYAAN Assalamualaikum mau tanya, maksud dari Nabi yang Ummi itu apa ya JAWABAN Waalaikumussalam warohmatullohi wabaarokatuh. Nabi disifati dengan alummiyi ak berarti Nabi tidak bisa baca tulis dan berhitung. Menurut sebagian pendapat sifat tersebut disandarkan pada nabi karena nabi di utus pada kaum yang ummiy. Kata ummi, menurut Alquran adalah orangorang yang tidak, atau belum diberi satupun Kitab oleh Allah. Sedangkan orangorang Arab, belum diberi satupun kitab sebelum Alquran diturunkan kepada Nabi Muhammad yang orang Arab. Hal ini dijelaskanNya dalam FirmanNya Dan katakanlah kepada orangorang yang telah diberi kitab, dan orangorang ummi yang tidak diberi kitab, sudahkah kamu tunduk patuh Qs Ali Imran 20. Lantas, apakah Rasulullah buta huruf Alquran membantah pendapat ini secara terangterangan dan berkalikali. Banyak ayat di dalam Alquran yang mengisahkan nabi diperintahkan supaya membaca ayatayatNya kepada orangorang yang berada di sekelilingnya. Baca Juga Penjelasan tentang Thariqah yang Mempunyai Sanad sampai Nabi Muhammad dan Perbedaan dengan Lainnya Secara bahasa, alummiy maknanya adalah Merupakan nisbah kepada alumm atau alummah dan orang yang tidak bisa membaca dan menulis. Juga dinisbatkan kepada orang yang susah bicara dan kasar perangainya AlMujamulWasiith, 158. Alummiy adalah orang yang tidak bisa menulis. AzZujaaj berkata Alummiy adalah orang yang berada pada kondisi awal umat ketika dilahirkan yang tidak mempelajari kitab dan tetap dalam keadaannya seperti itu hingga dewasa. AlBaqarah 78 Dulu, orangorang yang dapat menulis dari kalangan bangsa Arab dari penduduk Thaaif mempelajari ilmu tersebut dari lakilaki penduduk Hiirah, dimana penduduk Hiirah mengambil ilmu tersebut dari penduduk Anbaar. Dalam hadits disebutkan Sesungguhnya kami adalah umat yang ummiy, tidak pandai menulis dan tidak pula berhitung1 maksudnya bahwa mereka bangsa Arab berada dalam kondisi awal seperti saat dilahirkan oleh ibu mereka yang tidak belajar menulis dan berhitung, dan mereka tetap dalam kondisi mereka yang pertama tersebut hingga dewasa. Dari hal tersebut adalah firmanNya yang mengutus kepada kaum yang ummiy buta huruf seorang Rasul dari kalangan mereka sendiri QS. Begitulah umumnya keadaan orang Arab dahulu. Baca juga Kolom Gus Nadir Benarkah Nabi Muhammad itu Sesat Sebelum Menjadi Nabi Tuhfah Al Ahwadzi, 8264 Imam Alusi berkata, Dan yang dimaksud dengan itu Ummi adalah karena mereka pada asal kelahiran ibu mereka tidak mengetahui tulisan dan berhitung. Dan engkau tidak pernah menulis dengan tangan kananmu, karena engkau seorang yang ummiy. Apabila engkau pernah membaca dan menulis, benarbenar ragulah orang yang mengingkari mu maksudnya seandainya engkau sebelum diwahyukan pernah membaca kitab atau menulisnya dengan tangan kananmu. Niscaya benarbenar ragulah orang yang mengingkarimu maksudnya maka mereka sungguh akan raguragu dengan sebab itu dalam urusanmu. Dan tidaklah engkau mendatangi mereka dengan kitab ini yang berasal dari sisi Rabbmu yang engkau bacakan kepada mereka, mereka akan mengingkari dengan mengatakan bahwa itu hanyalah sajak, dukun, dan dongeng orangorang terdahulu Tafsiir AthThabariy . Baca Juga Para Abdal 5 KhabarKhabar dari Kanjeng Nabi Muhammad Ibnu Katsiir rahimahullah berkata . Kemudian Allah taala berfirman Dan engkau tidak pernah membaca sebelumnya Al Quran sesuatu Kitab pun dan engkau tidak pernah menulis suatu kitab dengan tangan kananmu yaitu sungguh engkau telah tinggal di kaummu wahai Muhammad sebelum diberikan AlQuran ini kepadamu beberapa masa, engkau belum pernah membaca kitab dan engkau tidak pandai menulis. Bahkan, setiap seorang dari kaummu atau selain kaummu mengetahui bahwa engkau adalah seorang lakilaki yang ummiy, tidak bisa membaca dan menulis. |
Fikih Azan (2): Keutamaan Azan | https://muslim.or.id/19987-fikih-azan-2-keutamaan-azan.html | Daftar Isi Azan adalah di antara syiar Islam untuk memanggil orang shalat. Apa saja keutamaan azan? Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, ia berkata bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, . Apabila azan dikumandangkan, maka setan berpaling sambil kentut hingga dia tidak mendengar azan tersebut. Apabila azan selesai dikumandangkan, maka ia pun kembali. Apabila dikumandangkan iqomah, setan pun berpaling lagi. Apabila iqamah selesai dikumandangkan, setan pun kembali, ia akan melintas di antara seseorang dan nafsunya. Dia berkata, Ingatlah demikian, ingatlah demikian untuk sesuatu yang sebelumnya dia tidak mengingatnya, hingga laki-laki tersebut senantiasa tidak mengetahui berapa rakaat dia shalat. Apabila salah seorang dari kalian tidak mengetahui berapa rakaat dia shalat, hendaklah dia bersujud dua kali dalam keadaan duduk. (HR. Bukhari no. 608 dan Muslim no. 389) Ibnul Jauzi mengatakan, Suara azan membuat setan takut sehingga pergi jauh. Karena dalam kumandang azan sulit terjangkit riya dan kelalaian. Hal ini berbeda dengan shalat, hati mudah diserang oleh setan dan ia selalu memberikan pintu was-was. Sampai-sampai Abu Awanah membuat judul suatu bab Dalil bahwa orang mengumandangkan azan dan iqomah tidak dihinggapi was-was setan dan sulit terjangkit riya karena setan menjauh darinya. (Fathul Bari, 2: 87). Dari Abu Said Al Khudri, ia berkata bahwa ia mendengar Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Tidaklah suara azan yang keras dari yang mengumandangkan azan didengar oleh jin, manusia, segala sesuatu yang mendegarnya melainkan itu semua akan menjadi saksi pada hari kiamat. (HR. Bukhari no. 609). Termasuk juga di sini jika yang mendengar adalah hewan dan benda mati sebagaimana ditegaskan dalam riwayat Ibnu Khuzaimah. Dalam riwayat lain disebutkan, Muadzin diberi ampunan dari suara kerasnya saat azan serta segala yang basah maupun yang kering akan menjadi saksi baginya pada hari kiamat. (HR. Abu Daud no. 515, Ibnu Majah no. 724, dan An Nasai no. 646. Sanad hadits ini hasan sebagaimana dinilai oleh Al Hafizh Abu Thohir). Termasuk juga yang mendengarnya adalah malaikat karena sama-sama tidak terlihat seperti jin. Lihat Fathul Bari, 2: 88-89. Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Seandainya setiap orang tahu keutamaan adzan dan shaf pertama, kemudian mereka ingin memperebutkannya, tentu mereka akan memperebutkannya dengan berundi. (HR. Bukhari no. 615 dan Muslim no. 437) Imam Nawawi rahimahullah berkata, Yang dimaksud hadits adalah seandainya mereka mengetahui keutamaan azan, keagungan dan balasannya yang besar, kemudian waktu azan sudah sempit atau masjid hanyalah satu, pastilah mereka saling merebut untuk azan dengan cara mengundi. (Syarh Shahih Muslim, 4: 142). Semoga bermanfaat. Insya Allah masih tersisa beberapa keutamaan azan yang akan dilanjutkan pada serial berikutnya. Hanya Allah yang memberi taufik. — Selesai disusun di pagi hari penuh berkah, 6 Rabiuts Tsani 1435 H di Warak, Girisekar Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal Artikel Muslim.Or.Id [serialposts] | Daftar Isi Azan adalah di antara syiar Islam untuk memanggil orang shalat. Apa saja keutamaan azan Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, ia berkata bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, . Apabila azan dikumandangkan, maka setan berpaling sambil kentut hingga dia tidak mendengar azan tersebut. Apabila azan selesai dikumandangkan, maka ia pun kembali. Apabila dikumandangkan iqomah, setan pun berpaling lagi. Apabila iqamah selesai dikumandangkan, setan pun kembali, ia akan melintas di antara seseorang dan nafsunya. Dia berkata, Ingatlah demikian, ingatlah demikian untuk sesuatu yang sebelumnya dia tidak mengingatnya, hingga lakilaki tersebut senantiasa tidak mengetahui berapa rakaat dia shalat. Apabila salah seorang dari kalian tidak mengetahui berapa rakaat dia shalat, hendaklah dia bersujud dua kali dalam keadaan duduk. 389 Ibnul Jauzi mengatakan, Suara azan membuat setan takut sehingga pergi jauh. Karena dalam kumandang azan sulit terjangkit riya dan kelalaian. Hal ini berbeda dengan shalat, hati mudah diserang oleh setan dan ia selalu memberikan pintu waswas. Sampaisampai Abu Awanah membuat judul suatu bab Dalil bahwa orang mengumandangkan azan dan iqomah tidak dihinggapi waswas setan dan sulit terjangkit riya karena setan menjauh darinya. Dari Abu Said Al Khudri, ia berkata bahwa ia mendengar Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Tidaklah suara azan yang keras dari yang mengumandangkan azan didengar oleh jin, manusia, segala sesuatu yang mendegarnya melainkan itu semua akan menjadi saksi pada hari kiamat. Termasuk juga di sini jika yang mendengar adalah hewan dan benda mati sebagaimana ditegaskan dalam riwayat Ibnu Khuzaimah. Dalam riwayat lain disebutkan, Muadzin diberi ampunan dari suara kerasnya saat azan serta segala yang basah maupun yang kering akan menjadi saksi baginya pada hari kiamat. Sanad hadits ini hasan sebagaimana dinilai oleh Al Hafizh Abu Thohir. Termasuk juga yang mendengarnya adalah malaikat karena samasama tidak terlihat seperti jin. Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Seandainya setiap orang tahu keutamaan adzan dan shaf pertama, kemudian mereka ingin memperebutkannya, tentu mereka akan memperebutkannya dengan berundi. 437 Imam Nawawi rahimahullah berkata, Yang dimaksud hadits adalah seandainya mereka mengetahui keutamaan azan, keagungan dan balasannya yang besar, kemudian waktu azan sudah sempit atau masjid hanyalah satu, pastilah mereka saling merebut untuk azan dengan cara mengundi. Insya Allah masih tersisa beberapa keutamaan azan yang akan dilanjutkan pada serial berikutnya. Selesai disusun di pagi hari penuh berkah, 6 Rabiuts Tsani 1435 H di Warak, Girisekar Penulis Muhammad Abduh Tuasikal Artikel Muslim. |
Buka WA Suami Tanpa Sepengetahuannya | https://bimbinganislam.com/buka-wa-suami-tanpa-sepengetahuannya/ | Buka WA Suami Tanpa Sepengetahuannya Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan tanya jawab, serta pembahasan tentang Buka WA Suami Tanpa Sepengetahuannya, selamat membaca. Pertanyaan: Semoga Allah selalu menjaga Ustadz. Saya telah melakukan kesalahan dengan membuka WA suami saya tanpa sepengetahuannya karena rasa ingin tahu tentang suami saya dan masa lalunya. Akhirnya, saya sendiri yang kecewa. Dari kejujuran suami, ada beberapa yang berbeda dengan apa yang saya baca di pesan WA-nya. Apakah suami tidak menceritakan sejujur-jujurnya karena takut saya cemburu? Tapi kalau tidak dijelaskan, saya sudah terlanjur membaca tanpa sepengetahuannya. Apakah saya berdosa, Ustadz, membuka WA tanpa sepengetahuan suami? Apakah saya harus jujur dengan suami jika telah membaca pesan-pesannya dan ingin mendapatkan kejelasan? Tapi saya takut ini juga malah jadi panjang masalahnya. Jadi, bagaimana Ustadz agar saya bebas dari prasangka yang tidak-tidak dan sedikit rasa kecewa ini? Mohon pencerahannya, Ustadz. (Ditanyakan oleh Sahabat AISHAH (Akademi Shalihah)) Jawaban: Alhamdulillh Washshaltu wassalmu al raslillh, wa al lihi wa ash hbihi ajmain 1. Ya, membuka hp suami tanpa izinnya adalah sebuah kesalahan. Ada hal rahasia, aib yang perlu ditutup, kalau dibuka maka mereka tidak suka, maka jangan mencari aib dan memata-matai (tajassus). Pada asalnya, semua bentuk tajassus dilarang; karena pada dasarnya seorang Muslim bersih dari aib dan perkara tercela Namun ada tajassus yang diperbolehkan untuk mewujudkan maslahat tertentu atau menghindarkan mafsadat. Misalnya spionase terhadap musuh negara Islam, Mengantisipasi pencurian dan perampokan, menghindarkan aksi teroris dan membasmi penyakit akhlak di masyarakat. Di antara dalilnya adalah hadits berikut: : : : : : : : . Saat Perang Ahzb, Raslullh Shallallahu alaihi wa sallam bertanya, Siapa yang bisa membawa kabar dari musuh (memata-matai mereka)? Az-Zubair (bin Awwam) berkata, Saya. Beliau bertanya lagi, Siapa yang bisa membawa kabar musuh? Az-Zubair berkata, Saya. Beliau bertanya lagi, Siapa yang bisa membawa kabar musuh? Az-Zubair menjawab, Saya. Kemudian Raslullh bersabda, Sungguh setiap nabi punya penolong, dan penolong saya adalah az-Zubair. (HR. Al-Bukhri no. 4113 dan Muslim no. 2.414) 2. Tidak perlu melapor kepada suami, Kesalahan anda dengan membuka HP suami tutup rapat-rapat, dan jadilah muslimah yang terus memperbaiki diri. Siapa di dunia ini yang tidak punya aib dan kesalahan? 3. Isteri tidak boleh memata-matai suami hanya karena kecurigaan semata. Selayaknya prasangka-prasangka dihindarkan dalam rumah tangga, karena sebagian prasangka adalah dosa. Jangan sampai kecemburuan menyeret kepada prasangka yang bisa merusak rumah tangga. Nabi Shallallahu alaihi wa sallam melarang kecurigaan seperti ini seperti dijelaskan dalam hadits: : Dari Jabir beliau berkata, Raslullh Shallallahu alaihi wa sallam melarang orang yang pulang dari perjalanan jauh untuk mendatangi keluarganya di malam hari dengan tiba-tiba karena menyangka mereka berkhianat atau untuk mencari (memergoki) kesalahan-kesalahan mereka. (HR. Muslim, no. 715) Sebaliknya saling percaya dan berbaik sangka (husnuzhan) di antara pasangan akan membuat rumah tangga harmonis. Lebih baik mendoakan pasangan hidup agar dijauhkan dari dosa dan maksiat. Seorang wanita bercerita bahwa ia pernah memata-matai suaminya, dan selama itu dia merasakan kegundahan. Saat mendengar bahwa hal itu dilarang agama, dia meninggalkannya dan mendoakan kebaikan untuk suaminya. Maka kehidupan rumahtangganya menjadi harmonis dan bahagia. Referensi: Wallahu Taala Alam. Dijawab dengan ringkas oleh: Ustadz Fadly Gugul S.Ag. | Buka WA Suami Tanpa Sepengetahuannya Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan tanya jawab, serta pembahasan tentang Buka WA Suami Tanpa Sepengetahuannya, selamat membaca. Pertanyaan Semoga Allah selalu menjaga Ustadz. Dari kejujuran suami, ada beberapa yang berbeda dengan apa yang saya baca di pesan WAnya. Apakah suami tidak menceritakan sejujurjujurnya karena takut saya cemburu Tapi kalau tidak dijelaskan, saya sudah terlanjur membaca tanpa sepengetahuannya. Jadi, bagaimana Ustadz agar saya bebas dari prasangka yang tidaktidak dan sedikit rasa kecewa ini Mohon pencerahannya, Ustadz. Ditanyakan oleh Sahabat AISHAH Akademi Shalihah Jawaban Alhamdulillh Washshaltu wassalmu al raslillh, wa al lihi wa ash hbihi ajmain 1. Ya, membuka hp suami tanpa izinnya adalah sebuah kesalahan. Ada hal rahasia, aib yang perlu ditutup, kalau dibuka maka mereka tidak suka, maka jangan mencari aib dan mematamatai tajassus. Misalnya spionase terhadap musuh negara Islam, Mengantisipasi pencurian dan perampokan, menghindarkan aksi teroris dan membasmi penyakit akhlak di masyarakat. Di antara dalilnya adalah hadits berikut . Beliau bertanya lagi, Siapa yang bisa membawa kabar musuh AzZubair berkata, Saya. Kemudian Raslullh bersabda, Sungguh setiap nabi punya penolong, dan penolong saya adalah azZubair. Siapa di dunia ini yang tidak punya aib dan kesalahan 3. Isteri tidak boleh mematamatai suami hanya karena kecurigaan semata. Selayaknya prasangkaprasangka dihindarkan dalam rumah tangga, karena sebagian prasangka adalah dosa. Nabi Shallallahu alaihi wa sallam melarang kecurigaan seperti ini seperti dijelaskan dalam hadits Dari Jabir beliau berkata, Raslullh Shallallahu alaihi wa sallam melarang orang yang pulang dari perjalanan jauh untuk mendatangi keluarganya di malam hari dengan tibatiba karena menyangka mereka berkhianat atau untuk mencari memergoki kesalahankesalahan mereka. 715 Sebaliknya saling percaya dan berbaik sangka husnuzhan di antara pasangan akan membuat rumah tangga harmonis. Lebih baik mendoakan pasangan hidup agar dijauhkan dari dosa dan maksiat. Seorang wanita bercerita bahwa ia pernah mematamatai suaminya, dan selama itu dia merasakan kegundahan. Saat mendengar bahwa hal itu dilarang agama, dia meninggalkannya dan mendoakan kebaikan untuk suaminya. Maka kehidupan rumahtangganya menjadi harmonis dan bahagia. Dijawab dengan ringkas oleh Ustadz Fadly Gugul S.Ag. |
Tongkat Saat Khutbah Jumat Bid’ah? | https://konsultasisyariah.com/29855-tongkat-saat-khutbah-jumat-bidah.html | Bismillah wassholaatu wassalam ‘ala Rasulillah, wa ba’du. Berkhutbah dengan bertumpu pada tongkat, adalah perkara asing menurut sebagian orang. Sehingga karena aktahuan dan memandangannya sebagai hal yang asing, membawanya tergesa dalam menilai, bahwa tindakan tersebut adalah bid’ah. Atau sebagian yang lain memandang, memegang tongkat saat khutbah adalah suatu keharusan. Tidak sah khutbah tanpanya. Benarlah pepatah arab yang menyatakan, Manusia itu musuh untuk sesuatu yang belum dia ketahui. Bila kita pelajari penjelasan para ulama terkait masalah ini, ternyata mereka berbeda pendapat. Namun dari pendapat yang ada, tak ada satupun yang berpandangan bid’ah atau menyatakan wajib. Artinya, permasalahan ini adalah masalah ijtihadi, yang sepatutnya kita saling menghargai dan berlapang dada. Pendapat pertama, disunahkan membawa tongkat saat khutbah. Pendapat ini dipegang oleh mayoritas ulama (jumhur), Malikiyah, Syafi’iyyah dan Hanabilah. Imam Malik menyatakan, Diantara hal yang dianjurkan bagi para khotib adalah, membawa tongkat saat berkhutbah jumat. Untuk bertumpu di saat mereka berdiri. (Al-Mudawwanah Al-Kubra 1/232) Demikian pula Imam Syafi’i berpandangan senada, – – Saya suka (menganjurkan) para khotib -khutbah apapun itu- untuk bertumpu pada sesuatu. (Al-Umm 1/396). Dari ulama mazhab hambali, Al-Buhuti menyatakan Disunahkan bertumpu pada pedang, busur panah atau tongkat (saat berkhutbah) dengan salahsatu tangan. (Kasyaf Al-Qona’ 2/36). Mereka berdalil dengan beberapa hadis, diantaranya adalah hadis dari Fatimah bintu Qais Radhiyallahu ‘anha: bahwa beliau pernah menghadiri khutbah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam di Nabawi, saat menyampaikan berita tentang Dajjal yang diceritakan oleh Tamim ad-Dari. Fatimah mengatakan, - - …. - - Saya berada di shaf terdepan dari barisan wanita, belakang shaf terahir dari barisan shaf lelaki. Saya mendengar Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkhutbah atas mimbar… saya melihat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengarahkan tongkat beliau ke tanah. (HR. Muslim). Pendapat kedua, makruh membawa tongkat saat khutbah. Inilah yang dipilih oleh mazhab Hanafi. Sebagaimana dinyatakan dalam Fatawa Al-Hindiyyah (1/148), .. Makruh hukumnya berkhutbah serambi bertumpu pada busur panah atau tongkat. Kesimpulan: Bertumpu pada tongkat saat khutbah, bukanlah perkara bid’ah, bukan pula syarat sah khutbah atau suatu keharusan. Pendapat yang tepat –wal’ilmu ‘indallah– adalah pendapat mayoritas ulama, yang menyatakan bahwa membawa tongkat saat khutbah adalah sunah. Karena kuatnya dalil yang mendukung pendapat ini. Bahkan tiga khalifah setelah Rasulullah shallallahualaihiwasallam (khulafa’ in); yakni Abu Bakar, Umar bin Khatab dan Utsman bin Affan, membawa tongkat yang biasa Nabi bawa saat berkhutbah, dalam khutbah-khutbah mereka. Seperti diceritakan Ibnul Qayyim, . Nabi –Shallallahu alaihi wa sallam– apabila berdiri untuk khutbah, beliau mengambil tongkat lalu beliau bertumpu pada tongkat tersebut saat beliau di atas mimbar. Demikian yang diceritakan oleh Abu Dawud dan Ibnu Syihab. Kemudian perbuatan ini diikuti oleh 3 khulafa ar in sepeninggal Nabi. (Zadul Ma’ad 1/179). Syaikh Muhammad bin Ibrahim Alu Syaikh (Mufti Kerajaan Saudi Arabia sebelum Syaikh Ibnu Baz), menegaskan saat menerangkan hadis dari Hakam bin Hizam, yang menceritakan bahwa Nabi berkhutbah dengan bertumpu pada tongkat (HR. Abu Dawud), : . . . Ada beberapa pelajaran dari hadis ini. Diantaranya, disyariatkan bertumpu pada busur panah atau tongkat saat khutbah. Hal ini karena lebih meringankan khatib dan lebih menstabilkannya (saat berdiri). Terlebih apabila khutbahnya panjang atau karena suatu tujuan penting. Maka bertumpu pada busur panah atau tongkat, hukumnya sunah. (Fatawa Wa Rasa-il Syaikh Muhammad bin Ibrahim 1/21). Ada pula ulama yang menyimpulkan, bahwa membawa tongkat saat khutbah adalah masalah yang kondisioner. Saat tongkat atau benda lainnya yang sefungsi dibutuhkan, maka disunahkan membawanya. Bila tidak dibutuhkan, maka tidak perlu membawa tongkat saat khutbah. Mari simak pemaparan Syaikh Ibnu ‘Utsaimin berikut, Bertumpu pada tongkat, hanya dilakukan di saat dibutuhkan. Jika khatib butuh tumpuan, bisa jadi karena fisiknya lemah, sehingga butuh pegangan tongkat, maka bertumpu pada tongkat pada kondisi ini hukumnya sunah. Karena tongkat ini membantunya untuk berdiri, yang itu hukumnya sunah. (As-Syarhu al-Mumthi’, 5/63). Wallahua’lam bis showab. Oleh: Ustadz Ahmad Anshori, Lc. Anda bisa membaca artikel ini melalui aplikasi Tanya Ustadz untuk . Download Sekarang !! didukung oleh Zahir Accounting Software Akuntansi Terbaik di Indonesia. Dukung dengan menjadi SPONSOR dan DONATUR. SPONSOR hubungi: 081 326 333 328 DONASI hubungi: 087 882 888 727 REKENING DONASI : BNI SYARIAH 0381346658 / BANK SYARIAH MANDIRI 7086882242 a.n. YAYASAN YUFID NETWORK | Bismillah wassholaatu wassalam ala Rasulillah, wa badu. Berkhutbah dengan bertumpu pada tongkat, adalah perkara asing menurut sebagian orang. Sehingga karena aktahuan dan memandangannya sebagai hal yang asing, membawanya tergesa dalam menilai, bahwa tindakan tersebut adalah bidah. Benarlah pepatah arab yang menyatakan, Manusia itu musuh untuk sesuatu yang belum dia ketahui. Namun dari pendapat yang ada, tak ada satupun yang berpandangan bidah atau menyatakan wajib. Artinya, permasalahan ini adalah masalah ijtihadi, yang sepatutnya kita saling menghargai dan berlapang dada. Pendapat pertama, disunahkan membawa tongkat saat khutbah. Pendapat ini dipegang oleh mayoritas ulama jumhur, Malikiyah, Syafiiyyah dan Hanabilah. Imam Malik menyatakan, Diantara hal yang dianjurkan bagi para khotib adalah, membawa tongkat saat berkhutbah jumat. Mereka berdalil dengan beberapa hadis, diantaranya adalah hadis dari Fatimah bintu Qais Radhiyallahu anha bahwa beliau pernah menghadiri khutbah Nabi Shallallahu alaihi wa sallam di Nabawi, saat menyampaikan berita tentang Dajjal yang diceritakan oleh Tamim adDari. Saya berada di shaf terdepan dari barisan wanita, belakang shaf terahir dari barisan shaf lelaki. Karena kuatnya dalil yang mendukung pendapat ini. Nabi Shallallahu alaihi wa sallam apabila berdiri untuk khutbah, beliau mengambil tongkat lalu beliau bertumpu pada tongkat tersebut saat beliau di atas mimbar. Demikian yang diceritakan oleh Abu Dawud dan Ibnu Syihab. Kemudian perbuatan ini diikuti oleh 3 khulafa ar in sepeninggal Nabi. Diantaranya, disyariatkan bertumpu pada busur panah atau tongkat saat khutbah. Hal ini karena lebih meringankan khatib dan lebih menstabilkannya saat berdiri. Terlebih apabila khutbahnya panjang atau karena suatu tujuan penting. Fatawa Wa Rasail Syaikh Muhammad bin Ibrahim 121. Mari simak pemaparan Syaikh Ibnu Utsaimin berikut, Bertumpu pada tongkat, hanya dilakukan di saat dibutuhkan. Jika khatib butuh tumpuan, bisa jadi karena fisiknya lemah, sehingga butuh pegangan tongkat, maka bertumpu pada tongkat pada kondisi ini hukumnya sunah. Karena tongkat ini membantunya untuk berdiri, yang itu hukumnya sunah. Anda bisa membaca artikel ini melalui aplikasi Tanya Ustadz untuk . Download Sekarang didukung oleh Zahir Accounting Software Akuntansi Terbaik di Indonesia. Dukung dengan menjadi SPONSOR dan DONATUR. SPONSOR hubungi 081 326 333 328 DONASI hubungi 087 882 888 727 REKENING DONASI BNI SYARIAH 0381346658 BANK SYARIAH MANDIRI 7086882242 a.n. |
Fawaid Hadist #29 | Musibah Membawa Kebaikan Dengan Kesabaran | https://bimbinganislam.com/fawaid-hadist-29-musibah-membawa-kebaikan-dengan-kesabaran/ | Fawaid Hadist #29 | Musibah Membawa Kebaikan Dengan Kesabaran Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan serial fawaid hadist, Fawaid Hadist #29 | Musibah Membawa Kebaikan Dengan Kesabaran. Selamat membaca. [div class=fawaid-hadis] : : Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, ia berkata: Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: Barangsiapa yang dikehendaki oleh Allah Taala akan memperoleh kebaikan, maka Allah akan menimpakan musibah padanya (mengujinya). (HR. Al Bukhari, no. 5645). [/div] Faedah Hadist Hadist ini memberikan faedah-faedah berharga, di antaranya; 1. Musibah itu mendatangkan kebaikan, jika seorang muslim menghadapi musibah itu dengan sabar, dan ini adalah tanda kebaikan baginya berupa mendidik jiwa dan menyucikannya dari dosa dan kemaksiatan. Allah Taala berfirman; Apa saja musibah yang menimpa kamu maka disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu). (Asy-Syura/42: 30). 2. Seorang mukmin itu tidak akan lepas dari musibah, kekurangan, penyakit dan gangguan manusia, semua ini akan menjadikannnya insan yang lebih baik bila ia menghadapinya dengan tuntunan syariat yang mulia (kesabaran serta rida terhadap takdir Allah Taala). 3. Musibah dapat menyebabkan seorang hamba berdoa dengan sungguh-sungguh, tawakkal dan ikhlas dalam memohon. Dengan kembali kepada Allah (inabah) seorang hamba akan merasakan manisnya iman, yang lebih nikmat dari lenyapnya penyakit yang diderita serta hatinya akan semakin tertaut dan menghamba pada Allah Yang Maha Kuasa. 4. Jika seseorang selalu dalam keadaan senang dan sehat maka ia secara garis besar tidak akan mengetahui derita orang yang tertimpa cobaan dan kesusahan, dan ia tidak akan tahu pula besarnya nikmat yang ia peroleh. Maka ketika seorang hamba terkena musibah, diharapkan agar ia bisa merenung betapa mahalnya nikmat keselamatan dan afiat yang selama ini ia terima dari Allah Subhanahu wa Taala. 5. Musibah itu dapat memunculkan berbagai macam ibadah yang menyertainya. Misalnya saja ibadah hati berupa khasyyah (rasa takut) kepada Allah Taala. Berapa banyak musibah yang menyebabkan seorang hamba menjadi istiqamah dalam agamanya, berlari mendekat kepada Allah Azza wa Jalla dan berhasil mendapatkan kecintaan-Nya. Dari sahabat Anas radhiyallahu anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, . . . Sesungguhnya Allah taala jika mencintai suatu kaum, maka Dia akan memberi mereka cobaan. (HR. Tirmidzi, no. 2320 dan lainnya, dengan sanad hasan). Ya Allah, anugerahkanlah kepada kami keyakinan dan kesabaran yang akan meringankan segala musibah dunia ini. Aamiin. Wallahu Taala Alam. Referensi: Syarah Riyadhus Shalihin karya syaikh Shalih al Utsaimin rahimahullah dan Kitab Bahjatun Naadziriin Syarh Riyaadhish Shaalihiin karya Syaikh Salim bin Ied Al Hilaliy. [div class=fawaid-hadis] Yuk dukung operasional & pengembangan dakwah Bimbingan Islam, bagikan juga faedah hadist ini kepada kerabat dan teman-teman. Demi Allah, jika Allah memberi hidayah kepada satu orang dengan sebab perantara dirimu, hal itu lebih baik bagimu daripada unta-unta merah. (HR. Bukhari dan Muslim). *unta merah adalah harta yang paling istimewa di kalangan orang Arab kala itu (di masa Nabi ). [/div] | Fawaid Hadist 29 Musibah Membawa Kebaikan Dengan Kesabaran Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan serial fawaid hadist, Fawaid Hadist 29 Musibah Membawa Kebaikan Dengan Kesabaran. div classfawaidhadis Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, ia berkata Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda Barangsiapa yang dikehendaki oleh Allah Taala akan memperoleh kebaikan, maka Allah akan menimpakan musibah padanya mengujinya. div Faedah Hadist Hadist ini memberikan faedahfaedah berharga, di antaranya 1. Musibah itu mendatangkan kebaikan, jika seorang muslim menghadapi musibah itu dengan sabar, dan ini adalah tanda kebaikan baginya berupa mendidik jiwa dan menyucikannya dari dosa dan kemaksiatan. Allah Taala berfirman Apa saja musibah yang menimpa kamu maka disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar dari kesalahankesalahanmu. Seorang mukmin itu tidak akan lepas dari musibah, kekurangan, penyakit dan gangguan manusia, semua ini akan menjadikannnya insan yang lebih baik bila ia menghadapinya dengan tuntunan syariat yang mulia kesabaran serta rida terhadap takdir Allah Taala. Musibah dapat menyebabkan seorang hamba berdoa dengan sungguhsungguh, tawakkal dan ikhlas dalam memohon. Dengan kembali kepada Allah inabah seorang hamba akan merasakan manisnya iman, yang lebih nikmat dari lenyapnya penyakit yang diderita serta hatinya akan semakin tertaut dan menghamba pada Allah Yang Maha Kuasa. Jika seseorang selalu dalam keadaan senang dan sehat maka ia secara garis besar tidak akan mengetahui derita orang yang tertimpa cobaan dan kesusahan, dan ia tidak akan tahu pula besarnya nikmat yang ia peroleh. Maka ketika seorang hamba terkena musibah, diharapkan agar ia bisa merenung betapa mahalnya nikmat keselamatan dan afiat yang selama ini ia terima dari Allah Subhanahu wa Taala. Musibah itu dapat memunculkan berbagai macam ibadah yang menyertainya. Misalnya saja ibadah hati berupa khasyyah rasa takut kepada Allah Taala. Berapa banyak musibah yang menyebabkan seorang hamba menjadi istiqamah dalam agamanya, berlari mendekat kepada Allah Azza wa Jalla dan berhasil mendapatkan kecintaanNya. Dari sahabat Anas radhiyallahu anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, . . . Sesungguhnya Allah taala jika mencintai suatu kaum, maka Dia akan memberi mereka cobaan. Ya Allah, anugerahkanlah kepada kami keyakinan dan kesabaran yang akan meringankan segala musibah dunia ini. Referensi Syarah Riyadhus Shalihin karya syaikh Shalih al Utsaimin rahimahullah dan Kitab Bahjatun Naadziriin Syarh Riyaadhish Shaalihiin karya Syaikh Salim bin Ied Al Hilaliy. div classfawaidhadis Yuk dukung operasional pengembangan dakwah Bimbingan Islam, bagikan juga faedah hadist ini kepada kerabat dan temanteman. Demi Allah, jika Allah memberi hidayah kepada satu orang dengan sebab perantara dirimu, hal itu lebih baik bagimu daripada untaunta merah. unta merah adalah harta yang paling istimewa di kalangan orang Arab kala itu di masa Nabi . |
Hukum Cicilan Dalam Islam dan Dalilnya | https://dalamislam.com/hukum-islam/hukum-cicilan-dalam-islam | Berniaga merupakan salah satu cara mencari nafkah yang di anjurkan oleh dan Rasulullah SAW. pun pada masa hidupnya berniaga untuk mencari nafkah. Beliau beniaga dengan cara yang jujur dan sesuai . Dan dalam berniaga ada beberapa strategi dan jenis transaksi yang dapat digunakan, salah satu jenis transaksi yang sering terjadi dan dipakai adalah cicil atau biasa disebut dengan kredit.Kredit atau cicil adalah suatu transaksi yang dilakukan dengan cara di angsur dalam jangka waktu tertentu dan kredit dapat berlaku pada transaksi jual beli barang ataupun dalam pinjaman uang. Lalu apakah hukum cicil atau kredit dalam jual beli menurut Islam?Cicilan Menurut IslamDalam ilmu fiqih, akad jual beli kredit lebih dikenal dengan istilah taqsith yang secara bahasa berarti membagi atau menjadikan sesuatu beberapa bagian. Allah SWT. telah membolehkan segala bentuk jual beli dalam Islam jika berdasarkan pada kaidah dalam muamalah. Sebagaimana firman Allah dalam (QS. Al-Baqarah : 275) : “Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan .”Maksud dari ayat tersebut adalah setiap jual beli yang tidak mengandung riba (baca: ) dan keburukan didalamnya diperbolehkan dalam Islam. Jadi, kredit dalam Islam hukumnya adalah diperbolehkan selama didalamnya tidak mengandung unsur keburukan dan riba dalam Islam. Kredit dalam Islam memang diperbolehkan, namun ada beberapa barang yang haram atau tidak boleh untuk dikredit dalam Islam, yaitu :Emas dengan emasPerak dengan perakEmas dengan perakUang dengan emasUang dengan perakUang dengan uangMakanan dengan makanan baik yang sejenis atau tidakLarangan tersebut berdasarkan pada sebuah hadits, Rasulullah SAW. bersabda :“Menukarkan emas dengan emas, perak dengan perak, gandum burr dengan gandum burr, gandum sya’ir dengan gandum sya’ir, kurma dengan kurma dan garam dengan garam adalah termasuk akad riba, kecuali dengan dua syariat, yaitu ukurannya sama dan dilakukan secara tunai. Namun, jika jenisnya berbeda (dan masih dalam satu kelompok) maka tukarlah sekehendakmu dengan satu syarat, yaitu harus diserahkan secara tunai.” (HR. Muslim) Maksud dari hadits diatas, tidak boleh ada kredit dalam jual beli barang diatas karena agar tidak terjadi penipuan dan praktik riba nasi’ah.Dalil jual beli dengan sistem kredit diperbolehkan dalam Islam dan syariat, diperbolehkannya sistem kredit berdasarkan pada beberapa dalil berikut :Dalam (QS. Al-Baqarah : 282), Allah SWT. berfirman : “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu beruamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menulikannya.”Dari ayat tersebut dapat disimpulkan akad jual beli dengan sistem utang-piutang sepeti kredit diperbolehkan dalam Islam. Lalu, perlu adanya catatan dalam perihal utang-piutang untuk menghindari hal-hal buruk yang tidak diinginkan.Dan dalam sebuah hadits, Aisyah ra. berkata : “Rasulullah SAW. membeli sebagian bahan makanan dari seorang Yahudi dengan pembayaran dihutang dan beliau juga menggadaikan perisai kepadanya.” (HR. Bukhari dan Muslim) Dalam kredit juga terdapat beberapa aturan yang berdasarkan dan , diantaranya adalah :Harus ada kesepakatan harga diawal dan persetujuan dari kedua belah pihakMeskipun pelunasan dilakukan diakhir namun kesepakatan harga harus ditetapkan diawal pembelian. Dan baik pembeli maupun penjual harus saling sepakat dengan harga yang akan digunakan.Tidak ada dua akad dalam satu transaksiUntuk memudahkan, berikut ilustrasinya : seorang penjual menawarkan kepada seorang pembeli “Aku jual sepeda ini seharga Rp. 1000.000 apabila tunai, dan Rp. 1500.000 apabila kredit atau dicicil.” Lalu, keduanya berpisah namun belum menentukan diawal harga mana yang disepakati dan sedangkan barang sudah dibawa oleh pembeli. Hal tersebut tidak diperbolehkan dalam Islam.Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW. bersabda :“Barang siapa menjual dua transaksi dalam satu transaksi, maka baginya kerugiannya atau riba.” (HR. At-Tirmidzi, Abu Dawud dan Al-Baihaqi)Tidak boleh ada sistem bungaApabila pelunasan telah jatuh pada tempo dan pembeli belum bisa melunasinya, maka tidak diperbolehkan adanya bunga atau tambahan uang yang harus dibayar karena terlambat melunasi.Dari beberapa dalil diatas dapat disimpulkan bahwa hukum cicilan dalam Islam adalah diperbolehkan namun harus sesuai kaidah dalam Islam. Dan sebagai muslim yang baik alangkah baiknya dalam berniaga kita mengambil teladan dari . agar mendapat keberkahan dan di ridhai oleh Allah SWT. Sekian, semoga bermanfaat (: | Berniaga merupakan salah satu cara mencari nafkah yang di anjurkan oleh dan Rasulullah SAW. pun pada masa hidupnya berniaga untuk mencari nafkah. Beliau beniaga dengan cara yang jujur dan sesuai . Kredit atau cicil adalah suatu transaksi yang dilakukan dengan cara di angsur dalam jangka waktu tertentu dan kredit dapat berlaku pada transaksi jual beli barang ataupun dalam pinjaman uang. telah membolehkan segala bentuk jual beli dalam Islam jika berdasarkan pada kaidah dalam muamalah. AlBaqarah 275 Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan .Maksud dari ayat tersebut adalah setiap jual beli yang tidak mengandung riba baca dan keburukan didalamnya diperbolehkan dalam Islam. Kredit dalam Islam memang diperbolehkan, namun ada beberapa barang yang haram atau tidak boleh untuk dikredit dalam Islam, yaitu Emas dengan emasPerak dengan perakEmas dengan perakUang dengan emasUang dengan perakUang dengan uangMakanan dengan makanan baik yang sejenis atau tidakLarangan tersebut berdasarkan pada sebuah hadits, Rasulullah SAW. Namun, jika jenisnya berbeda dan masih dalam satu kelompok maka tukarlah sekehendakmu dengan satu syarat, yaitu harus diserahkan secara tunai. Dalil jual beli dengan sistem kredit diperbolehkan dalam Islam dan syariat, diperbolehkannya sistem kredit berdasarkan pada beberapa dalil berikut Dalam QS. berfirman Hai orangorang yang beriman, apabila kamu beruamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menulikannya. Lalu, perlu adanya catatan dalam perihal utangpiutang untuk menghindari halhal buruk yang tidak diinginkan. membeli sebagian bahan makanan dari seorang Yahudi dengan pembayaran dihutang dan beliau juga menggadaikan perisai kepadanya. Dan baik pembeli maupun penjual harus saling sepakat dengan harga yang akan digunakan. Tidak ada dua akad dalam satu transaksiUntuk memudahkan, berikut ilustrasinya seorang penjual menawarkan kepada seorang pembeli Aku jual sepeda ini seharga Rp. Lalu, keduanya berpisah namun belum menentukan diawal harga mana yang disepakati dan sedangkan barang sudah dibawa oleh pembeli. Hal tersebut tidak diperbolehkan dalam Islam. AtTirmidzi, Abu Dawud dan AlBaihaqiTidak boleh ada sistem bungaApabila pelunasan telah jatuh pada tempo dan pembeli belum bisa melunasinya, maka tidak diperbolehkan adanya bunga atau tambahan uang yang harus dibayar karena terlambat melunasi. Dan sebagai muslim yang baik alangkah baiknya dalam berniaga kita mengambil teladan dari . agar mendapat keberkahan dan di ridhai oleh Allah SWT. |
Khutbah Jumat: Sucinya Hati Tergantung pada Lingkungan yang Bersih | https://islami.co/khutbah-jumat-sucinya-hati-tergantung-pada-lingkungan-yang-bersih/ | Menjaga kebersihan lingkungan ternyata sama pentingnya dengan menjaga kesucian hati. Karena, kesucian hati itu juga bergantung pada kualitas lingkungan yang bersih. Khutbah Pertama , , , , . , , . . , , . , , : Hadirin sidang Jumat yang dirahmati oleh Allah, Dikisahkan bahwa pada masa Nabi Muhammad Saw, terdapat seseorang dari golongan Anshar yang disebut oleh Nabi sebagai calon penghuni surga. Bahkan Nabi menyebut berulang-ulang hingga tiga kali di hadapan para sahabatnya. Hal ini membuat salah seorang sahabat bernama Abdullah bin Amr bin Ash penasaran akan amal ibadah yang dilakukan oleh orang tersebut, sehingga membuat dirinya dijamin masuk surga. Akhirnya, pada suatu kesempatan, Abdullah bin Amr bin Ash mencoba membuntuti orang dari golongan Anshor itu hingga ke rumahnya. Ia bermaksud untuk bermalam di rumah orang tersebut. Harapannya, ia dapat melihat langsung amalan rutinnya. Setelah diizinkan, Abdullah bin Amr bermalam di sana kurang lebih tiga malam. Selama bermalam, Abdullah bin Amr mendapati bahwa orang Anshor itu hanya berzikir sebelum tidur, berwudlu menjelang subuh, dan tidak berkata kecuali hal-hal baik. Ia tidak mendapatinya bangun untuk beribadah sepanjang malam. Mengetahui hal ini, Abdullah bin Amr hampir saja menganggap remeh amalan itu, hingga pada saat ia berpamitan ia bertanya, Jadi, apa sebenarnya yang menjadikanmu ahli surga hingga Rasulullah Saw. memberitakannya kepada para sahabat? Orang Anshor itu menjawab, Tidaklah aku melakukan amal ibadah kecuali yang telah engkau lihat. Setelah mendapat jawaban itu, Abdullah bin Amr pergi. Namun, belum jauh ia melangkah, Orang Anshor itu memanggilnya kembali, lalu berkata kepadanya, Wahai Abdullah, tidak ada amal ibadah yang aku lakukan kecuali yang telah engkau lihat. Hanya saja, aku tidak mendapati dendam dan kedengkian kepada sesama muslim di dalam diriku. Aku juga tidak menyimpan hasad atas segala sesuatu yang dikaruniakan oleh Allah kepada mereka. Mendengar pernyataan itu, Abdullah bin Amr langsung menimpali, ternyata inilah amal baik yang membuatmu mencapai derajat ahli surga. Amal yang berat bagi kami. Kisah ini diriwayatkan oleh sahabat Anas bin Malik dan dapat ditemukan dalam kitab-kitab hadis seperti al-Muwatta`, Sunan an-Nasa`i, dan Musnad Ahmad. Maasyiral Muslimin Rahimakumullah, Dendam dan dengki merupakan contoh penyakit yang menjangkiti hati. Di samping itu, ada pula tamak, rakus, sombong dan ujub atau berbangga diri. Penyakit-penyakit itu bisa menjangkiti hati siapapun, termasuk kita yang ada di sini. Maka tak heran orang Anshor yang mengaku tidak mendapati penyakit-penyakit itu di dalam hatinya memiliki kedudukan tinggi dan mencapai derajat ahli surga. Lalu, bagaimana cara menyucikan hati kita dari penyakit-penyakit itu? Menurut Said Hawwa, seorang ulama kontemporer asal Syria, penyucian hati dapat dilakukan dengan cara mengerjakan amal ibadah dengan sempurna. Sholat yang dilakukan dengan khusyuk dan penuh ketundukan, bisa menjadi wasilah atau sarana untuk menyucikan hati. Demikian juga puasa, jika dilaksanakan dengan sungguh-sungguh, tidak hanya menahan lapar dan haus saja, maka itu dapat menjadi sarana untuk menyucikan hati. Orang-orang yang bersungguh-sungguh dalam beribadah, memerhatikan kesempurnaan ibadahnya, akan menampakkan sifat-sifat yang mulia. Sifat-sifat yang tak lain berasal dari hati yang bersih dan suci. Allah Swt. Berfirman dalam Qs. Al-Ankabut: 45, Artinya: Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Dalam tafsir Kementerian Agama RI, dikatakan bahwa shalat yang mampu mencegah pelakunya dari perbuatan keji dan mungkar adalah shalat yang dikerjakan dengan sempurna. Seperti apa shalat yang sempurna? Yaitu shalat yang dikerjakan sesuai dengan rukun dan syaratnya serta dijalankan dengan penuh kekhusyukan. Hadirin sidang Jumat yang berbahagia, Salah satu aspek yang penting untuk meraih kesempurnaan ibadah, yang dapat melahirkan hati yang bersih, atau rohani yang bersih, adalah kebersihan dan kesucian jasmani atau lahiriah. Misalnya, untuk melaksanakan shalat, kita perlu berwudhu terlebih dahulu jika berhadats kecil, dan mandi wajib jika berhadats besar. Pakaian yang kita kenakan saat shalat harus bersih dan suci. Dan Tempat shalat juga harus bersih dan suci. Ada satu kebersihan yang tidak terkait secara langsung tapi juga turut mempengaruhi kesempurnaan ibadah, yaitu kebersihan lingkungan. Air suci dan mensucikan yang digunakan berwudhu, akan sulit didapatkan jika lingkungan tidak bersih. Shalat pun menjadi tidak sempurna. Berdzikir menjadi tidak khusyuk jika kebersihan lingkungan sekitar tidak terjaga akibat sampah yang berserakan dan menimbulkan bau busuk yang menyengat. Udara yang penuh polusi dapat mengancam kesehatan yang selanjutnya dapat mengganggu keseluruhan aktivitas, termasuk bekerja memenuhi kebutuhan keluarga yang juga bernilai ibadah. Keterkaitan antara kesucian hati dengan lingkungan yang bersih ini tersirat dalam Sabda Nabi Muhammad Saw. yang terdapat dalam kitab Shahih Muslim yang berbunyi, at-thahūru syathrul īmān, kesucian atau kebersihan itu merupakan sebagian dari Iman. Orang yang menjaga kebersihan, dan tentunya termasuk kebersihan lingkungan, berarti ia sedang menyempurnakan keimanannya. Orang yang menjaga kebersihan lingkungan, di saat yang sama juga menjaga kebersihan hatinya. Begitu eratnya keterkaitan antara kesucian hati dengan lingkungan yang bersih, hingga membuat seorang ulama kontemporer bernama Sayyed Hossein Nasr, menyimpulkan bahwa kerusakan lingkungan yang terjadi merupakan akibat dari kondisi spiritual atau hati manusia yang rusak. Hati manusia yang rusak karena dipenuhi penyakit hati yang berupa tamak dan rakus dinilainya menjadi penyebab kerusakan lingkungan. Jamaah sidang Jumat yang dirahmati oleh Allah, Imam Besar Masjid Istiqlal, K.H. Nasaruddin Umar, pernah berpesan: Ketika kita membasuh anggota tubuh saat berwudhu, lakukanlah seolah-olah sedang membersihkan hati. Ketika membasuh wajah, niatkan pula membasuh wajah hati. Ketika membasuh tangan, niatkan pula membasuh tangan hati. Demikian pula ketika membasuh kaki, kita niatkan juga membasuh kaki hati. Demikian pula ketika kita menjaga kebersihan lingkungan. Kita niatkan juga untuk menjaga kebersihan lingkungan hati kita dari berbagai sampah, kotoran, dan penyakit yang bersarang di dalamnya. Sampah yang berupa kesombongan kita buang. Kotoran yang berupa kedengkian kita sapu. Dan penyakit yang berupa kerakusan dan ketamakan kita tumpas. Mari kita semua selalu berusaha untuk menjaga kebersihan jasmani maupun rohani, menjaga kebersihan lingkungan hati kita sekaligus lingkungan di sekitar kita. Mari kita lakukan semua itu sebagai bentuk syukur dan ketaatan kita kepada Allah Swt, sehingga kita bisa meraih Ridha-Nya dan kelak diizinkan untuk merasakan nikmat tertinggi, yaitu surga. , . , , , , Khutbah Kedua , . , , . , . . : , , . : , . . . . . . . . . , , , , , . | Menjaga kebersihan lingkungan ternyata sama pentingnya dengan menjaga kesucian hati. Karena, kesucian hati itu juga bergantung pada kualitas lingkungan yang bersih. Khutbah Pertama , , , , . , , . . , , . , , Hadirin sidang Jumat yang dirahmati oleh Allah, Dikisahkan bahwa pada masa Nabi Muhammad Saw, terdapat seseorang dari golongan Anshar yang disebut oleh Nabi sebagai calon penghuni surga. Bahkan Nabi menyebut berulangulang hingga tiga kali di hadapan para sahabatnya. Akhirnya, pada suatu kesempatan, Abdullah bin Amr bin Ash mencoba membuntuti orang dari golongan Anshor itu hingga ke rumahnya. Selama bermalam, Abdullah bin Amr mendapati bahwa orang Anshor itu hanya berzikir sebelum tidur, berwudlu menjelang subuh, dan tidak berkata kecuali halhal baik. Mengetahui hal ini, Abdullah bin Amr hampir saja menganggap remeh amalan itu, hingga pada saat ia berpamitan ia bertanya, Jadi, apa sebenarnya yang menjadikanmu ahli surga hingga Rasulullah Saw. Namun, belum jauh ia melangkah, Orang Anshor itu memanggilnya kembali, lalu berkata kepadanya, Wahai Abdullah, tidak ada amal ibadah yang aku lakukan kecuali yang telah engkau lihat. Hanya saja, aku tidak mendapati dendam dan kedengkian kepada sesama muslim di dalam diriku. Maasyiral Muslimin Rahimakumullah, Dendam dan dengki merupakan contoh penyakit yang menjangkiti hati. Di samping itu, ada pula tamak, rakus, sombong dan ujub atau berbangga diri. Penyakitpenyakit itu bisa menjangkiti hati siapapun, termasuk kita yang ada di sini. Lalu, bagaimana cara menyucikan hati kita dari penyakitpenyakit itu Menurut Said Hawwa, seorang ulama kontemporer asal Syria, penyucian hati dapat dilakukan dengan cara mengerjakan amal ibadah dengan sempurna. Orangorang yang bersungguhsungguh dalam beribadah, memerhatikan kesempurnaan ibadahnya, akan menampakkan sifatsifat yang mulia. AlAnkabut 45, Artinya Sesungguhnya salat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Dalam tafsir Kementerian Agama RI, dikatakan bahwa shalat yang mampu mencegah pelakunya dari perbuatan keji dan mungkar adalah shalat yang dikerjakan dengan sempurna. Hadirin sidang Jumat yang berbahagia, Salah satu aspek yang penting untuk meraih kesempurnaan ibadah, yang dapat melahirkan hati yang bersih, atau rohani yang bersih, adalah kebersihan dan kesucian jasmani atau lahiriah. Misalnya, untuk melaksanakan shalat, kita perlu berwudhu terlebih dahulu jika berhadats kecil, dan mandi wajib jika berhadats besar. Ada satu kebersihan yang tidak terkait secara langsung tapi juga turut mempengaruhi kesempurnaan ibadah, yaitu kebersihan lingkungan. Air suci dan mensucikan yang digunakan berwudhu, akan sulit didapatkan jika lingkungan tidak bersih. Udara yang penuh polusi dapat mengancam kesehatan yang selanjutnya dapat mengganggu keseluruhan aktivitas, termasuk bekerja memenuhi kebutuhan keluarga yang juga bernilai ibadah. Ketika membasuh tangan, niatkan pula membasuh tangan hati. Kita niatkan juga untuk menjaga kebersihan lingkungan hati kita dari berbagai sampah, kotoran, dan penyakit yang bersarang di dalamnya. Sampah yang berupa kesombongan kita buang. Mari kita lakukan semua itu sebagai bentuk syukur dan ketaatan kita kepada Allah Swt, sehingga kita bisa meraih RidhaNya dan kelak diizinkan untuk merasakan nikmat tertinggi, yaitu surga. , . , , , , |
Bolehkan Menyimpan Daging Kurban Lebih Dari 3 Hari? Ini Hukumnya Dalam Islam | https://www.detik.com/hikmah/khazanah/d-7421012/bolehkan-menyimpan-daging-kurban-lebih-dari-3-hari-ini-hukumnya-dalam-islam | Setelah momen Idul Adha, daging kurban akan dibagikan kepada keluarga, tetangga, dan mereka yang membutuhkan. Namun, tidak jarang jumlah daging yang diterima cukup banyak. Hal ini tentu membuat kita membutuhkan penyimpanan lebih di freezer, agar daging tetap segar dan layak konsumsi. Lalu, bagaimana berapa lama maksimal penyimpanan hewan kurban menurut Islam? Rasulullah SAW memberikan waktu 3 hari para sahabat yang mempunyai kelebihan daging untuk dibagikan kepada mereka yang membutuhkan. "Rasulullah SAW memberikan waktu 3 hari kepada para sahabat yang mempunyai kelebihan daging, untuk mendistribusikannya kepada mereka yang membutuhkan karena kondisi kritis di masyarakat," kata Ustadz Alhafiz Kurniawan, Wakil Sekretaris LBM PBNU, dikutip dari NU Online. Mengenai ketentuan menyimpan daging kurban, Ustadz Alhafiz menjelaskan bahwa awalnya Rasulullah SAW melarang sahabat untuk menyimpan daging kurban melebihi 3 hari. Sebetulnya, para ulama fikih sendiri ada yang berselisih pendapat mengenai waktu maksimal penyimpanan daging kurban. Dalam Kitab Fikih Sehari-hari susunan A R Shohibul Ulum, disebutkan bahwa perbedaan pendapat ini timbul karena hadits yang melarang menyimpan daging kurban melebihi 3 hari Tasyrik, yakni pada 11, 12 dan 13 Zulhijah. Didasarkan dari mayoritas ulama kalangan sahabat, tabi'in, serta 4 imam mazhab, mereka memperbolehkan menyimpan daging kurban lebih dari 3 hari Tasyrik. Ketentuan itu bersandar dari sejumlah hadits Rasulullah SAW, salah satunya dari Salamah bin Al Akwa. "Barang siapa yang berkurban di antara kalian, maka janganlah pada pagi hari setelah hari ketiga di rumahnya masih tersisa sedikit dari daging kurban. Saat datang tahun setelahnya, mereka berkata, 'Wahai Rasulullah, kami akan melakukan sebagaimana yang dilakukan tahun yang lalu (yaitu tidak menyimpan daging kurban lebih dari 3 hari),' beliau kemudian bersabda, '(Tidak), tetapi sekarang silahkan kalian makan, memberi makan, dan menyimpannya, karena sesungguhnya pada tahun lalu manusia ditimpa kesulitan (kelaparan/krisis pangan), sehingga aku ingin kalian membantu mereka (yang membutuhkan makanan)," (HR Bukhari dan Muslim) Ada juga pendapat yang melarang menyimpan atau mengawetkan daging kurban lebih dari 3 hari Tasyrik. Pendapat tersebut mengacu dari pendapat Ali dan Ibnu Umar. Mereka tidak memperbolehkan daging kurban disimpan lebih dari 3 hari. Tapi, riwayat Ali dikomentari oleh Imam Syafi'i melalui al-I'tibar fi Nasikh wa Mansukh. Menurutnya, kemungkinan besar Ali tidak mendengar Rasulullah SAW telah menghapus hukum larangan memakan daging kurban lebih dari 3 hari. Dalam kitab al-Mausu'ah al-Fiqhiyyah Juz 2 disebutkan bahwa Ali dan Umar mendengar mengenai hadits larangan memakan daging kurban lebih dari 3 hari. Oleh karena itu, mereka meriwayatkan apa yang mereka dengar. Meskipun begitu, pendapat yang lebih kuat adalah yang memperbolehkan mengawetkan atau menyimpan daging kurban lebih dari 3 hari Tasyrik. Kala itu, Rasulullah SAW memberikan waktu 3 hari karena kondisi kritis di masyarakat. Namun, di masa kemudian kondisi pangan masyarakat telah membaik. Dengan demikian, Rasulullah SAW pun mencabut larangan penyimpanan daging 3 hari. Setelah itu, beliau mempersilahkan para sahabatnya untuk mengawetkan daging kurban melebihi hari tasyrik. Ulama fiqih kemudian memutuskan bahwa penyimpanan daging kurban tidak dilarang. Mereka menganjurkan penyimpanan sepertiga daging kurban yang menjadi kuota konsumsinya, bukan dua pertiga daging kurban (yang seharusnya diberikan sebagai sedekah kepada orang lain). : Artinya: "Peringatan: tidak makruh menyimpan daging kurban dan daging dam. Orang yang berkurban dianjurkan menyimpan sepertiga daging yang memang dialokasikan untuk dikonsumsi. Dulu penyimpanan daging melebihi 3 hari sempat diharamkan, namun kemudian dibolehkan berdasarkan sabda Rasulullah SAW ketika para sahabat kembali bertanya kepadanya, 'Dulu memang kularang kalian menyimpannya karena tamu. Kini Allah SWT memberikan kelapangan-Nya. Oleh sebab itu, simpanlah daging yang telah jelas bagimu,'" (As-Syarbini, Mughnil Muhtaj ila Ma'rifati Ma'anil Minhaj, [Beirut, Darul Ma'rifah: 1997 M/1418 H], juz IV, hal 388). Dari penjelasan tadi, diketahui bahwa dulunya penyimpanan daging melebihi 3 hari sempat diharamkan. Namun, melihat kondisi pangan masyarakat kala itu membaik. Rasulullah SAW mencabut larangan penyimpanan daging tersebut. Wallahu a'lam bish shawab. | Setelah momen Idul Adha, daging kurban akan dibagikan kepada keluarga, tetangga, dan mereka yang membutuhkan. Namun, tidak jarang jumlah daging yang diterima cukup banyak. Hal ini tentu membuat kita membutuhkan penyimpanan lebih di freezer, agar daging tetap segar dan layak konsumsi. Rasulullah SAW memberikan waktu 3 hari kepada para sahabat yang mempunyai kelebihan daging, untuk mendistribusikannya kepada mereka yang membutuhkan karena kondisi kritis di masyarakat, kata Ustadz Alhafiz Kurniawan, Wakil Sekretaris LBM PBNU, dikutip dari NU Online. Mengenai ketentuan menyimpan daging kurban, Ustadz Alhafiz menjelaskan bahwa awalnya Rasulullah SAW melarang sahabat untuk menyimpan daging kurban melebihi 3 hari. Didasarkan dari mayoritas ulama kalangan sahabat, tabiin, serta 4 imam mazhab, mereka memperbolehkan menyimpan daging kurban lebih dari 3 hari Tasyrik. Ketentuan itu bersandar dari sejumlah hadits Rasulullah SAW, salah satunya dari Salamah bin Al Akwa. Barang siapa yang berkurban di antara kalian, maka janganlah pada pagi hari setelah hari ketiga di rumahnya masih tersisa sedikit dari daging kurban. Pendapat tersebut mengacu dari pendapat Ali dan Ibnu Umar. Tapi, riwayat Ali dikomentari oleh Imam Syafii melalui alItibar fi Nasikh wa Mansukh. Dalam kitab alMausuah alFiqhiyyah Juz 2 disebutkan bahwa Ali dan Umar mendengar mengenai hadits larangan memakan daging kurban lebih dari 3 hari. Oleh karena itu, mereka meriwayatkan apa yang mereka dengar. Kala itu, Rasulullah SAW memberikan waktu 3 hari karena kondisi kritis di masyarakat. Namun, di masa kemudian kondisi pangan masyarakat telah membaik. Setelah itu, beliau mempersilahkan para sahabatnya untuk mengawetkan daging kurban melebihi hari tasyrik. Ulama fiqih kemudian memutuskan bahwa penyimpanan daging kurban tidak dilarang. Artinya Peringatan tidak makruh menyimpan daging kurban dan daging dam. Orang yang berkurban dianjurkan menyimpan sepertiga daging yang memang dialokasikan untuk dikonsumsi. Oleh sebab itu, simpanlah daging yang telah jelas bagimu, AsSyarbini, Mughnil Muhtaj ila Marifati Maanil Minhaj, Beirut, Darul Marifah 1997 M1418 H, juz IV, hal 388. Dari penjelasan tadi, diketahui bahwa dulunya penyimpanan daging melebihi 3 hari sempat diharamkan. |
Doa Mandi Junub | https://konsultasisyariah.com/5634-doa-mandi-junub.html | Pertanyaan: Assalamu ‘alaikum. Doa apa yang harus dibaca ketika mandi junub? Selama ini saya hanya membaca basmalah saja. Mohon penjelasannya. Terimakasih atas jawabannya. Rosmiati (rosmiati**@yahoo.***) Jawaban: Wa’alaikumussalam warahmatullah. Kami tidak mengetahui adanya doa apapun baik sebelum maupun sesudah mandi junub. Yang ada adalah membaca basmalah sebelum mandi. Ulama berbeda pendapat, apakah ada anjuran untuk membaca basmalah sebelum mandi junub? Terdapat sebuah hadis dari Abu al-Khudri radhiallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ak ada wudhu bagi orang yang tidak menyebut nama Allah (membaca basmalah) sebelum wudhu.” Status hadis: Hadis ini diriwayatkan oleh Ahmad 11371, Ibnu Majah 429, dan yang lainnya. Dan ulama berbeda pendapat dalam menilai hadis ini. Sebagian ulama menilainya sebagai hadis hasan. Seperti al-Albani. Dan ulama lain menilainya dhaif. Karena dalam sanadnya terdapat perawi bernama Rubaih bin Abdurrahman dan Katsir bin yang statusnya dhaif jika sendirian. (Ta’liqat Musnad Ahmad, 17/464). Bagi ulama yang menshahihkan hadis ini, mereka berbeda pendapat, apakah hukum membaca basmalah sebelum mandi junub? Pertama, sebagian ulama berpendapat bahwa membaca basmalah hukumnya wajib, baik ketika wudhu, mandi, maupun tayamum. Ini adalah pendapat Imam Ahmad dalam salah satu riwayat, pendapat Abu Bakr, Hasan al-Bashri, dan Ishaq bin Rahuyah. Kedua, basamalah hukumnya anjuran dalam semua kegiatan mensucikan diri dari hadats. Baik wudhu, mandi, maupun, tayammum. Ini merupakan pendapat Imam Ahmad menurut riwayat yang masyhur. Al-Khallal mengatakan, Riwayat-riwayat yang shahih dari Imam Ahmad, bahwa tidak membaca basamalah hukumnya boleh. (al-Mughni, 1/114) Dan ini pendapat at-Tsauri, Imam Malik, Imam as-Syafii, Abu bin Sallam, Ibnul Mundzir, dan ulama Kufah. (al-Mughni, 1/114) Sebagian ulama yang lain berpendapat bahwa membaca basmalah tidak wajib ketika mandi, karena mandi junub tidak sebagaimana wudhu. Jika kita mengambil pendapat mayoritas ulama, maka di sana ada anjuran untuk membaca basmalah sebelum mandi. Dan boleh saja orang menyebutnya sebagai doa mandi junub. Allahu a’lam Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina ) Anda bisa membaca artikel ini melalui aplikasi Tanya Ustadz untuk . Download Sekarang !! didukung oleh Zahir Accounting Software Akuntansi Terbaik di Indonesia. Dukung dengan menjadi SPONSOR dan DONATUR. SPONSOR hubungi: 081 326 333 328 DONASI hubungi: 087 882 888 727 REKENING DONASI : BNI SYARIAH 0381346658 / BANK SYARIAH MANDIRI 7086882242 a.n. YAYASAN YUFID NETWORK | Doa apa yang harus dibaca ketika mandi junub Selama ini saya hanya membaca basmalah saja. Kami tidak mengetahui adanya doa apapun baik sebelum maupun sesudah mandi junub. Yang ada adalah membaca basmalah sebelum mandi. Status hadis Hadis ini diriwayatkan oleh Ahmad 11371, Ibnu Majah 429, dan yang lainnya. Dan ulama berbeda pendapat dalam menilai hadis ini. Sebagian ulama menilainya sebagai hadis hasan. Karena dalam sanadnya terdapat perawi bernama Rubaih bin Abdurrahman dan Katsir bin yang statusnya dhaif jika sendirian. Ini adalah pendapat Imam Ahmad dalam salah satu riwayat, pendapat Abu Bakr, Hasan alBashri, dan Ishaq bin Rahuyah. Kedua, basamalah hukumnya anjuran dalam semua kegiatan mensucikan diri dari hadats. AlKhallal mengatakan, Riwayatriwayat yang shahih dari Imam Ahmad, bahwa tidak membaca basamalah hukumnya boleh. alMughni, 1114 Dan ini pendapat atTsauri, Imam Malik, Imam asSyafii, Abu bin Sallam, Ibnul Mundzir, dan ulama Kufah. alMughni, 1114 Sebagian ulama yang lain berpendapat bahwa membaca basmalah tidak wajib ketika mandi, karena mandi junub tidak sebagaimana wudhu. Jika kita mengambil pendapat mayoritas ulama, maka di sana ada anjuran untuk membaca basmalah sebelum mandi. Dan boleh saja orang menyebutnya sebagai doa mandi junub. Allahu alam Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits Dewan Pembina Anda bisa membaca artikel ini melalui aplikasi Tanya Ustadz untuk . Download Sekarang didukung oleh Zahir Accounting Software Akuntansi Terbaik di Indonesia. Dukung dengan menjadi SPONSOR dan DONATUR. SPONSOR hubungi 081 326 333 328 DONASI hubungi 087 882 888 727 REKENING DONASI BNI SYARIAH 0381346658 BANK SYARIAH MANDIRI 7086882242 a.n. |
Khutbah Jumat Singkat: Cara Membangkitkan Semangat Beramal | https://www.dakwah.id/khutbah-jumat-singkat-cara-membangkitkan-semangat-beramal/ | Khutbah Jumat Singkat Cara Membangkitkan Semangat BeramalPemateri: Sodiq Fajar*) Link download file PDF untuk print ada di akhir tulisan . . . . : Saudaraku, jamaah shalat Jumat rahimakumullahKami wasiatkan kepada diri kami juga kepada jamaah sekalian, mari kita tingkatkan kualitas iman dan takwa kepada Allah subhanahu wataala, dengan cara melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.Melaksanakan ibadah-ibadah wajib dan sunnah, serta menjauhi perbuatan-perbuatan haram.Saudaraku, jamaah shalat Jumat rahimakumullahDalam mengamalkan ibadah harian, atau amal saleh apa pun bentuknya, terkadang kita merasa semangat sekali dalam melaksanakannya.Tidak jarang pula, ketika semangat beramal tersebut berjalan beberapa waktu, kemudian tiba-tiba kita merasa lesu, lemah, down, atau dalam istilah bahasa anak muda zaman sekarang, bad mood.Dalam Islam, inilah yang disebut dengan istilah futur. Kondisi di mana saat seseorang merasa lesu dan tidak semangat untuk beramal.Dalam kondisi seperti itu, yang kita butuhkan adalah cara membangkitkan semangat, supaya diri kita bergairah kembali untuk beramal dan beribadah. Berikut ini beberapa cara yang dapat ditempuh untuk memompa semangat kita dalam beramal dan beribadah.Seorang muslim itu, setiap kali bertambah ilmunya, maka ia akan semakin mengenal Allah subhanahu wataala. Jika semakin kenal dengan Allah subhanahu wataala, maka semangatnya dalam beramal akan semakin meningkat.Berbeda dengan orang jahil yang bermalas-malasan dalam menambah ilmu, sedikitnya ilmu yang dia pahami menjadikan dirinya kurang semangat beramal, karena ia tidak memiliki faktor pemompa semangat beramal.Allah subhanahu wataala berfirman, Katakanlah, Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui? (QS. Az-Zumar: 9)DR. Nashir bin Sulaiman al-Umar memiliki penjelasan yang cukup menarik dalam bukunya yang berjudul Al-Futhur al-Mazhahir al-Asbab halaman 45. Beliau menuliskan,Setiap kali penguasaan ilmu syari melemah pada diri seorang muslim, maka ia akan semakin mudah terjangkiti dengan penyakit futur. Dia menjadi mudah down.Kenapa bisa begitu? Beliau menjelaskan, Karena ia jahil, tidak tahu tentang petunjuk-petunjuk syariat Islam yang memotivasi dirinya untuk beribadah dan mempelajari ilmu. Dengan kejahilannya, ia juga tidak mengerti dampak positif dari beramal saleh hal mana amal saleh itu dapat melipatgandakan tekad dan semangatnya.Sebagaimana juga, dia tidak mengerti bahwa sebenarnya di balik karakter sabar itu tersimpan nilai yang cukup mulia, pahala yang besar, dan dampak positif yang luar biasa.Maka, mari terus belajar. Sebab, ilmu itu dapat memompa semangat beramal dan mengangkat derajat pencarinya dari level taklid ke level yang lebih tinggi. Selain itu, ilmu juga akan semakin memurnikan niat.Di antara faktor penyebab lemahnya semangat adalah sibuk dengan urusan dunia sehingga lupa dengan urusan akhirat, lupa dengan akan tibanya waktu ketika manusia dikumpulkan di hadapan Allah subhanahu wataala.Nah, agar semangat beramal seorang muslim meningkat, maka ia harus memperbaiki visi hidupnya. Dari visi yang semula hanya berorientasi duniawi dan melupakan akhirat, menuju visi yang berorientasi pada akhirat dan mengambil dunia hanya sekedar mencukupi kebutuhan kehidupannya.Surat al-Isra ayat 19. Mari kita ingat-ingat betul ayat ini. Mari kita renungi sedalam-dalamnya. Allah subhanahu wataala berfirman, Dan barang siapa menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh, sedangkan dia beriman, maka mereka itulah orang yang usahanya dibalas dengan baik.Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, sebagaimana tercatat dalam kitab Sunan Ibnu Majah, hadits nomor 4105, Barang siapa tujuan hidupnya adalah dunia, maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya, menjadikan kefakiran di kedua pelupuk matanya, dan ia tidak mendapatkan dunia kecuali menurut ketentuan yang telah ditetapkan baginya. Barang siapa yang tujuan hidupnya adalah negeri akhirat, Allah akan mengumpulkan urusannya, menjadikan kekayaan di hatinya, dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina.Jika di antara kita masih ada yang visi hidupnya orientasi duniawi, maka, mari kita perbaiki visi itu agar berorientasi pada akhirat.Berdoa adalah salah satu bentuk tawakal yang tidak boleh diabaikan. Doa merupakan salah satu cara untuk memompa semangat beramal.Barang kali kita pernah merasakan, sudah berdoa dengan sungguh-sungguh, akan tetapi apa yang kita minta ternyata belum terwujud, lalu akhirnya kita tidak berdoa lagi.Ini merupakan bentuk ketidaktahuan kita terhadap ilmu Allah subhanahu wataala. Ini keliru. Yang kita lakukan semestinya terus berdoa kepada Allah subhanahu wataala, terus berprasangka baik kepada Allah subhanahu wataala, sembari memperbaiki diri jangan-jangan ada yang salah dengan cara kita berdoa.Mari perbanyak doa. Kesungguhan kita dalam berdoa merupakan salah satu ciri pribadi yang semangat dalam beramal.Abu Hurairah radhiyallahu anhu berkata, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Ibnu Hibban dalam kitabnya, Shahih Ibni Hibban, hadits nomor 6097, Orang yang paling lemah adalah orang yang lemah dalam berdoa.Dari Aisyah radhiyallahu anha, ia berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, sebagaimana diriwayatkan oleh imam Ibnu Hibban, hadits nomor 889, Jika seorang dari kalian meminta kepada Allah, mintalah yang banyak. Karena ia sedang meminta kepada Rabbnya.Lingkungan memiliki pengaruh yang cukup kuat terhadap pribadi seseorang. Sehingga, jika lingkungan tempat kita tinggal, tempat kita bergaul, tempat kita bekerja cenderung dengan perilaku malas beramal, lemah beribadah, atau karakter negatif lainnya, maka itu dapat mempengaruhi diri kita ke arah yang sama.Oleh sebab itu, jika kita merasa berada di lingkungan yang sulit untuk membangkitkan semangat beramal, maka kita perlu hijrah, dalam arti berpindah ke lingkungan yang lebih baik. Pindah ke lingkungan yang memancarkan energi positif, penuh semangat, lingkungan yang taat ibadah, dan bersih dari kemaksiatan.Jalan ilmu, jalan dakwah, dan jalan ibadah adalah jalan yang cukup berat dan terjal. Penuh dengan halangan dan rintangan.Sebagaimana Allah subhanahu wataala kabarkan dalam al-Quran surat al-Ankabut ayat 2, Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, Kami telah beriman, dan mereka tidak diuji?Ketika sifat sabar itu memiliki pengaruh yang sangat besar dalam menjaga keteguhan di atas jalan juang, perisai dari berbagai kesesatan, penyelewengan, ketergesa-gesaan, dan kelemahan, hadirlah banyak ayat yang menjelaskan keutamaan dan motivasi untuk menghiasi diri dengan sifat sabar.Allah subhanahu wataala berfirman dalam surat Asy-Syura ayat 43, Tetapi barang siapa bersabar dan memaafkan, sungguh yang demikian itu termasuk perbuatan yang mulia.Dalam surat ar-Rad ayat 24 Allah subhanahu wataala juga berfirman, Selamat sejahtera atasmu karena kesabaranmu. Maka alangkah nikmatnya tempat kesudahan itu.Maka, mari tanamkan sifat sabar ini pada diri kita. Mari latih diri kita untuk bersabar dalam menghadapi ujian, cobaan, dan rintangan. Semoga, dengan kesabaran itu berbuah semangat beramal dan beribadah.Cara lain untuk memompa semangat beramal adalah bersahabat dengan orang yang memiliki kesamaan visi.Ketika kita telah mengubah arah visi yang tadinya berorientasi duniawi menuju visi yang berorientasi akhirat, selanjutnya adalah mencari sahabat yang memiliki visi yang sama. Sahabat yang bervisi akhirat. sahabat yang semangat beramal. Sahabat yang selalu mengingatkan di kala kita sedang alpa. Sahabat yang selalu bersama kita dalam suka duka menghadapi ujian ketaatan.Setiap kali Imam Ahmad mendapat informasi tentang keberadaan orang yang saleh, atau orang yang zuhud, atau orang yang menegakkan kebenaran, atau orang yang taat, beliau akan berusaha mencari tahu keberadaannya, mencari tahu kehidupannya, lalu bersahabat dengannya.Imam Ibnul Qayyim rahimahullah pernah menceritakan pengalamannya, ketika beliau sedang ditimpa rasa takut yang luar biasa, kemudian pikiran selalu mengajak untuk berprasangka buruk, atau ketika dada terasa sempit, beliau mendatangi Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, hanya untuk sekedar bersua dengan beliau, atau mendengar nasihat beliau, seketika itu pula dada menjadi lapang, hati menjadi tenang.Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, sebagaimana diriwayatkan oleh imam Abu Daud ath-Thayalisi, hadits nomor 2696, Kondisi agama seseorang sesuai dengan kondisi agama teman dekatnya. Maka, lihatlah kepada siapa orang tersebut bergaul.Demikian materi khutbah Jumat tentang cara membangkitkan semangat beramal yang dapat kami sampaikan pada siang hari ini. semoga Allah subhanahu wataala menjaga kita selalu dalam kondisi prima dan semangat dalam beramal hingga akhir hayat kelak. Amin. .KHUTBAH KEDUA . . . . . Download PDF Materi Khutbah Jumat Cara Membangkitkan Semangat Beramal di sini:Semoga bermanfaat!Materi khutbah Jumat lainnya: | Khutbah Jumat Singkat Cara Membangkitkan Semangat BeramalPemateri Sodiq Fajar Link download file PDF untuk print ada di akhir tulisan . . . . Tidak jarang pula, ketika semangat beramal tersebut berjalan beberapa waktu, kemudian tibatiba kita merasa lesu, lemah, down, atau dalam istilah bahasa anak muda zaman sekarang, bad mood. Berikut ini beberapa cara yang dapat ditempuh untuk memompa semangat kita dalam beramal dan beribadah. Berbeda dengan orang jahil yang bermalasmalasan dalam menambah ilmu, sedikitnya ilmu yang dia pahami menjadikan dirinya kurang semangat beramal, karena ia tidak memiliki faktor pemompa semangat beramal. Nashir bin Sulaiman alUmar memiliki penjelasan yang cukup menarik dalam bukunya yang berjudul AlFuthur alMazhahir alAsbab halaman 45. Beliau menuliskan,Setiap kali penguasaan ilmu syari melemah pada diri seorang muslim, maka ia akan semakin mudah terjangkiti dengan penyakit futur. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, sebagaimana tercatat dalam kitab Sunan Ibnu Majah, hadits nomor 4105, Barang siapa tujuan hidupnya adalah dunia, maka Allah akan menceraiberaikan urusannya, menjadikan kefakiran di kedua pelupuk matanya, dan ia tidak mendapatkan dunia kecuali menurut ketentuan yang telah ditetapkan baginya. Jika di antara kita masih ada yang visi hidupnya orientasi duniawi, maka, mari kita perbaiki visi itu agar berorientasi pada akhirat. Barang kali kita pernah merasakan, sudah berdoa dengan sungguhsungguh, akan tetapi apa yang kita minta ternyata belum terwujud, lalu akhirnya kita tidak berdoa lagi. Ini merupakan bentuk ketidaktahuan kita terhadap ilmu Allah subhanahu wataala. Abu Hurairah radhiyallahu anhu berkata, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Ibnu Hibban dalam kitabnya, Shahih Ibni Hibban, hadits nomor 6097, Orang yang paling lemah adalah orang yang lemah dalam berdoa. Sehingga, jika lingkungan tempat kita tinggal, tempat kita bergaul, tempat kita bekerja cenderung dengan perilaku malas beramal, lemah beribadah, atau karakter negatif lainnya, maka itu dapat mempengaruhi diri kita ke arah yang sama. Jalan ilmu, jalan dakwah, dan jalan ibadah adalah jalan yang cukup berat dan terjal. Allah subhanahu wataala berfirman dalam surat AsySyura ayat 43, Tetapi barang siapa bersabar dan memaafkan, sungguh yang demikian itu termasuk perbuatan yang mulia. Maka alangkah nikmatnya tempat kesudahan itu. Maka, mari tanamkan sifat sabar ini pada diri kita. Mari latih diri kita untuk bersabar dalam menghadapi ujian, cobaan, dan rintangan. Sahabat yang selalu mengingatkan di kala kita sedang alpa. Setiap kali Imam Ahmad mendapat informasi tentang keberadaan orang yang saleh, atau orang yang zuhud, atau orang yang menegakkan kebenaran, atau orang yang taat, beliau akan berusaha mencari tahu keberadaannya, mencari tahu kehidupannya, lalu bersahabat dengannya. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, sebagaimana diriwayatkan oleh imam Abu Daud athThayalisi, hadits nomor 2696, Kondisi agama seseorang sesuai dengan kondisi agama teman dekatnya. Maka, lihatlah kepada siapa orang tersebut bergaul. Demikian materi khutbah Jumat tentang cara membangkitkan semangat beramal yang dapat kami sampaikan pada siang hari ini. |
Hukum Memberi Nama dengan Nama Malaikat | https://konsultasisyariah.com/9136-memberi-nama-dengan-nama-malaikat.html | Pertanyaan: Bolehkah seseorang memberi nama anaknya dengan Jibril, Mika-il atau Israfil? Bagaimana dengan nama malaikat penjaga neraka, yakni Malik, yang banyak digunakan di berbagai Negara. Apakah harus diganti dengan nama yang lain? Jawaban: Berikut ini jawaban yang disampaikan oleh Dr. Muhammad bin ‘Abdul Wahhab Al-‘Aqil hafizhahullah dalam kitab beliau, Mu’taqad Firaqil Muslimiin wal Yahuud wan Nasharaa wal Falaasifah wal Watsaniyyiin fil Malaaikatil Muqorrobiin. Sebagian ulama berpendapat bahwa hukum memberi nama dengan nama para malaikat adalah makruh. Di antara ulama yang berpendapat demikian adalah Ibnul Qoyyim rahimahullah. Beliau mengatakan, “Di antara nama-nama yang makruh (digunakan) adalah nama para malaikat, seperti Jibril, Mika-il, dan Israfil. Makruh hukumnya menamai seseorang dengan nama-nama tersebut.” Ibnul Qoyyim rahimahullah melanjutkan, “Asyhab mengatakan bahwa Malik pernah ditanya tentang hukum memberi nama Jibril (untuk manusia). Maka Malik pun memakruhkan hal itu dan tidak menyukainya.” (Tuhfatul Mauduud, Hal. 94 dan Al-Muntaqaa, karya Al-Baji, VII:296) Al-Baghowi rahimahullah mengatakan, “Makruh hukumnya memberi nama dengan nama para malaikat, seperti Jibril dan Mika-il, karena ‘Umar bin Khaththab membenci hal tersebut. Selain itu, tidak pernah pula diriwayatkan dari salah seorang sahabat atau tabi’in bahwa ia menamakan puteranya dengan nama salah satu malaikat. Ini pendapat bin Zanjawaih.” Al-Baghowi rahimahullah melanjutkan, “Ada yang berpendapat bahwa hal itu dimakruhkan karena khawatir jika orang tersebut dicela, dilaknat atau dicaci (oleh sesama manusia) sementara ia menyandang nama malaikat.” (Syarhus Sunnah, XII:335-336) Boleh jadi para ulama di atas berargumen dengan hadis, “Namailah dengan nama-nama para Nabi dan janganlah kalian menamai dengan nama-nama para malaikat.” (Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam At-Taariikhul Kabir, V:35. Al-Bukhari mengatakan, “Sanadnya masih perlu diteliti.”) ‘Abdurrazaq rahimahullah mengatakan, “Dari Ma’mar, ia bercerita, “Aku pernah bertanya kepada Hammad bin Sulaiman, “Bagaimana pendapatmu mengenai seseorang yang bernama Jibril atau Mika-il? Ia menjawab, ak mengapa.” (Al-Mushonnaf, XI:40) An-Nawawi rahimahullah berpendapat, “Madzhab kami dan madzhab jumhur membolehkan seseorang memberi nama dengan nama para nabi dan malaikat… Karena larangan tersebut tidak ada dasarnya yang shahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Oleh karena itu, penamaan tersebut tidaklah makruh.” (Al-Majmuu’, VIII:436) Pendapat yang paling kuat –Wallahu a’lam– adalah dengan memberikan rincian, yakni di antara nama malaikat ada yang bersifat musytarok, artinya nama tersebut juga lazim digunakan oleh manusia, tetapi ada juga yang khusus bagi malaikat. Untuk nama-nama yang bersifat musytarok, seperti Malik, hukum yang tampak jelas adalah boleh menggunakannya untuk nama manusia. Sebab, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mengubah nama Malik yang sangat terkenal pada zaman beliau. Seandainya nama tersebut makruh, niscaya beliau pasti mengubahnya sebagaimana yang dilakukan terhadap nama-nama lainnya. Adapun nama-nama yang khusus untuk malaikat, seperti Jibril, Israfil dan Mika-il, maka hukum yang tampak jelas –Wallahu a’lam– adalah makruh menggunakannya. Sebab, tidak ada seorang pun sahabat maupun tabi’in yang mempergunakan nama tersebut. Sementara itu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kita untuk mengikuti jalan dan petunjuk mereka. Jadi, meninggalkan perbuatan tersebut adalah lebih utama. Wallahu a’lam. Sudah menjadi kebiasaan banyak orang menyebut wanita-wanita yang bekerja di berbagai rumah sakit dengan Malaikat Rahmat. Penamaan seperti itu tentu tidak diperbolehkan karena para malaikat bukanlah perempuan. Kebiasaan yang merupakan (ikut-ikutan tanpa dasar dalil yang shohih) kepada orang-orang non muslim ini wajib ditinggalkan. Wallahu a’lam. Sumber : Menyelisik Alam Malaikat, Bagian dari Rukun Iman Yang Sering Disalah-pahami dan dilupakan Banyak Orang, karya Dr. Muhammad bin ‘Abdul Wahhab al-‘Aqil hafizhahullah, penerjemah: Muslim Arif, Lc, penerbit: Pustaka Imam Asy-Syafi’I, hal. 84-85. (Edit bahasa oleh tim Konsultasi Syariah) Artikel | Pertanyaan Bolehkah seseorang memberi nama anaknya dengan Jibril, Mikail atau Israfil Bagaimana dengan nama malaikat penjaga neraka, yakni Malik, yang banyak digunakan di berbagai Negara. Sebagian ulama berpendapat bahwa hukum memberi nama dengan nama para malaikat adalah makruh. Di antara ulama yang berpendapat demikian adalah Ibnul Qoyyim rahimahullah. Beliau mengatakan, Di antara namanama yang makruh digunakan adalah nama para malaikat, seperti Jibril, Mikail, dan Israfil. Makruh hukumnya menamai seseorang dengan namanama tersebut. Ibnul Qoyyim rahimahullah melanjutkan, Asyhab mengatakan bahwa Malik pernah ditanya tentang hukum memberi nama Jibril untuk manusia. Maka Malik pun memakruhkan hal itu dan tidak menyukainya. AlBaghowi rahimahullah melanjutkan, Ada yang berpendapat bahwa hal itu dimakruhkan karena khawatir jika orang tersebut dicela, dilaknat atau dicaci oleh sesama manusia sementara ia menyandang nama malaikat. Diriwayatkan oleh AlBukhari dalam AtTaariikhul Kabir, V35. AlBukhari mengatakan, Sanadnya masih perlu diteliti. Abdurrazaq rahimahullah mengatakan, Dari Mamar, ia bercerita, Aku pernah bertanya kepada Hammad bin Sulaiman, Bagaimana pendapatmu mengenai seseorang yang bernama Jibril atau Mikail Ia menjawab, ak mengapa. AlMushonnaf, XI40 AnNawawi rahimahullah berpendapat, Madzhab kami dan madzhab jumhur membolehkan seseorang memberi nama dengan nama para nabi dan malaikat Karena larangan tersebut tidak ada dasarnya yang shahih dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Sebab, Nabi shallallahu alaihi wa sallam tidak mengubah nama Malik yang sangat terkenal pada zaman beliau. Seandainya nama tersebut makruh, niscaya beliau pasti mengubahnya sebagaimana yang dilakukan terhadap namanama lainnya. Sebab, tidak ada seorang pun sahabat maupun tabiin yang mempergunakan nama tersebut. Sementara itu Nabi shallallahu alaihi wa sallam memerintahkan kita untuk mengikuti jalan dan petunjuk mereka. Jadi, meninggalkan perbuatan tersebut adalah lebih utama. Sudah menjadi kebiasaan banyak orang menyebut wanitawanita yang bekerja di berbagai rumah sakit dengan Malaikat Rahmat. Kebiasaan yang merupakan ikutikutan tanpa dasar dalil yang shohih kepada orangorang non muslim ini wajib ditinggalkan. Sumber Menyelisik Alam Malaikat, Bagian dari Rukun Iman Yang Sering Disalahpahami dan dilupakan Banyak Orang, karya Dr. Muhammad bin Abdul Wahhab alAqil hafizhahullah, penerjemah Muslim Arif, Lc, penerbit Pustaka Imam AsySyafiI, hal. Edit bahasa oleh tim Konsultasi Syariah Artikel |
Hukum Donor Darah Ketika Puasa | https://pecihitam.org/hukum-donor-darah-ketika-puasa/ | PeciHitam.org – Donor darah merupakan proses pengambilan darah dari seseorang tanpa paksaan untuk disimpan oleh bank darah sebagai persediaan darah untuk digunakan dalam transfusi darah orang yang membutuhkan, yang mana kadang muncul pertanyaan bagaimana islam memandang hukum donor darah ketika puasa yang mana aktifitas tersebut terkadang sangat dibutuhkan. Proses transfusi darah tidak bisa dilepaskan dari injeksi pada bagian tangan disamping berbuat kebaikan untuk orang lain yang membutuhkan dalam bentuk apapun merupakan hal yang sangat dianjurkan dalam Islam dan donor darah termasuk di antaranya. Allah SWT memerintahkan agar saling tolong-menolong dalam hal kebaikan dan Rasulullah SAW juga menegaskan bahwa orang yang menghilangkan kesusahan orang lain di dunia maka kelak akan dihilangkan penderitaannya oleh Allah SWT di akhirat. Tentang donor darah ketika puasa yang dilakukan dengan proses injeksi di bagian tangan tidak membatalkan puasa karena tidak ada benda yang masuk ke anggota tubuh bagian dalam melalui rongga terbuka. Donor darah merupakan proses melukai sebagian kecil bagian tubuh untuk diambil darahnya yang mana tidak mempengaruhi sahnya puasa jadi maksudnya tidak berdosa karena melukai tubuh berdasarkan kebutuhan yang jelas dibenarkan syariat dan bukan karena tujuan yang tidak jelas. Donor darah tidak memiliki ketentuan hukum yang sama dengan hijamah atau bekam, menurut mayoritas ulama tidak membatalkan puasa dan bila merujuk pendapat mayoritas ulama, maka persoalan menjadi jelas bahwa donor darah tidak membatalkan puasa sebagaimana bekam. Salah seorang pembesar ulama Hanabilah yaitu Syekh Manshur bin Yunus al-Bahuti membedakan antara hijamah dan tindakan melukai tubuh lainnya serta Menurut al-Bahuti melukai tubuh dengan selain hijamah tidak dapat membatalkan puasa karena dua alasan diantaranya yaitu tidak ada nashnya dan tidak didukung analogi atau qiyas yang cukup. () ( ) ( ) () ( ) () ( ) Artinya: “Dan tidak batal puasa bila orang yang berpuasa melukai dirinya atau dilukai orang lain atas izinnya dan tidak ada sesuatu apapun dari alat melukai yang sampai ke bagian tubuh bagian dalam, meski tindakan melukai sebagai ganti dari hijamah, tidak pula membatalkan puasa disebabkan al-Fashdu (mengeluarkan darah dengan merobek otot), al-Syarthu (menyayat kulit untuk menyedot darah), dan mengeluarkan darah dengan mimisan, sebab tidak ada nash di dalamnya sedangkan metode qiyas tidak menuntutnya.” (Lihat: Kassyaf al-Qina’, juz 2, Syekh Manshur bin Yunus al-Bahuti) Di dalam karya fiqih Syekh Wahbah al-Zuhaili yang mengkomparasikan berbagai mazhab menjelaskan tindakan melukai tubuh selain hijamah masuk ke dalam hal yang tidak dapat membatalkan puasa serta tidak menyebutkan terdapat ikhtilaf ulama dalam kasus tersebut dan berbeda dengan hijamah yang disebutkan ikhtilafnya. Beliau menegaskan bahwa: – - . Artinya: “Orang yang berpuasa tidak batal dengan hal-hal sebagai berikut; dan mengeluarkan darah sebab mimisan, melukai diri atau dilukai orang lain atas seizinnya dan tidak ada sesuatu dari alatnya yang masuk pada lubang tubuh, meski sebagai ganti dari hijamah, sebab tidak ada nash di dalam hal tersebut dan qiyas tidak menuntutnya”. (Lihat: al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, juz. 3, Syekh Wahbah al-Zuhaili) Maka demikianlah penjelasan mengenai hukum donor darah ketika puasa karena tidak mengandung hal-hal yang dapat membatalkan puasa serta dalam Islam selalu dianjurkan untuk saling tolong menolong yang salah satunya melalui donor darah. | PeciHitam.org Donor darah merupakan proses pengambilan darah dari seseorang tanpa paksaan untuk disimpan oleh bank darah sebagai persediaan darah untuk digunakan dalam transfusi darah orang yang membutuhkan, yang mana kadang muncul pertanyaan bagaimana islam memandang hukum donor darah ketika puasa yang mana aktifitas tersebut terkadang sangat dibutuhkan. Proses transfusi darah tidak bisa dilepaskan dari injeksi pada bagian tangan disamping berbuat kebaikan untuk orang lain yang membutuhkan dalam bentuk apapun merupakan hal yang sangat dianjurkan dalam Islam dan donor darah termasuk di antaranya. Allah SWT memerintahkan agar saling tolongmenolong dalam hal kebaikan dan Rasulullah SAW juga menegaskan bahwa orang yang menghilangkan kesusahan orang lain di dunia maka kelak akan dihilangkan penderitaannya oleh Allah SWT di akhirat. Donor darah merupakan proses melukai sebagian kecil bagian tubuh untuk diambil darahnya yang mana tidak mempengaruhi sahnya puasa jadi maksudnya tidak berdosa karena melukai tubuh berdasarkan kebutuhan yang jelas dibenarkan syariat dan bukan karena tujuan yang tidak jelas. Donor darah tidak memiliki ketentuan hukum yang sama dengan hijamah atau bekam, menurut mayoritas ulama tidak membatalkan puasa dan bila merujuk pendapat mayoritas ulama, maka persoalan menjadi jelas bahwa donor darah tidak membatalkan puasa sebagaimana bekam. Salah seorang pembesar ulama Hanabilah yaitu Syekh Manshur bin Yunus alBahuti membedakan antara hijamah dan tindakan melukai tubuh lainnya serta Menurut alBahuti melukai tubuh dengan selain hijamah tidak dapat membatalkan puasa karena dua alasan diantaranya yaitu tidak ada nashnya dan tidak didukung analogi atau qiyas yang cukup. Lihat alFiqh alIslami wa Adillatuhu, juz. |
Suara Terompet dari Langit, Sangkakala? | https://konsultasisyariah.com/24901-suara-terompet-dari-langit-sangkakala.html | Assalamualaikum Ustadz, akhir akhir ini di media muncul berita tentang suara seperti terompet terdengar dari langit,apakah itu peringatan kecil bahwa kiamat sudah dekat atau hanya suara terompet biasa. mohon penjelasannya ustadz Dari: Albarr Saputra Jawaban: Wa ‘alaikumus salam Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du, Sebelumnya kita akan mengenal beberapa dalil yang menyebutkan tentang tiupan sangkakala. Dalam al-Quran, Allah menyebut sangkakala dengan as-Shur []. Secara bahasa as-Shur berarti tanduk. Sedangkan menurut istilah syariat, yang dimaksud as-Shur adalah sangkakala yang sangat besar yang akan ditiup malaikat yang bertugas untuk meniupnya. (Syarh Lum’atul I’tiqad, Imam Ibnu Utsaimin, hlm. 114) Ada beberapa dalil yang menunjukkan bahwa sangkakala yang ditiupkan bentuknya seperti terompet. Diantaranya, Hadis dari Abdullah bin Amr Radhiyallahu ‘anhu, beliau menceritakan, : : Ada orang arab badui bertanya, “Ya Rasulullah, apa itu as-Shur (sangkakala)?” Beliau menjawab, “Tanduk yang akan ditiup.” (HR. Ahmad 6507, Abu Daud 4744, dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth). Juga disebutkan dalam hadis Abu al-Khudri Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bagaimana aku akan senang hidup di dunia, sementara pemegang sangkakala telah memasukkannya ke mulutnya. Dia memasang pendengaran menunggu diizinkan (meniupnya). Kapanpun dia diperintah meniupnya, dia akan meniupnya.” (HR. Turmudzi 2628, dan dishahihkan al-Albani) Terdapat banyak dalil dari al-Quran yang menunjukkan bahwa sangkakala akan ditiup pada awal terjadinya hari kiamat. Diantaranya, Firman Allah, ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (hisab). (QS. az-Zumar: 68). Demikian pula firman Allah, “Dan ditiuplah sangkakala, maka tiba-tiba mereka ke luar dengan segera dari kuburnya (menuju) kepada Rabb mereka.” (QS. Yasin: 51) Dalam hadis yang panjang, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan, - - “Kemudian ditiuplah sangkakala, tidak ada seorangpun yang mendengarnya kecuali akan mengarahkan pendengarannya dan menjulurkan lehernya (memerhatikannya). Lalu, tidak tersisa seorangpun kecuali dia mati. Kemudian Allah menurunkan hujan seperti gerimis. Kemudian tumbuhlah jasad-jasad manusia setelah disirami. Lalu ditiuplah sangkakala untuk kali berikutnya, tiba-tiba mereka bangkit dari kuburnya dalam keadaan menanti (hisab).” (HR. Ahmad 6712 dan Muslim 7568). Kita bisa perhatikan beberapa dalil di atas, bahwa yang terjadi ketika sangkakala itu ditiup ada dua, Pertama, semua makhluk di langit dan di bumi akan mati kecuali yang dikehendaki Allah. Kedua, terjadi kebangkitan dari alam kubur setelah mereka dihancurkan. Ini terjadi setelah tiupan kedua. Hingga kini, malaikat petugas meniup sangkakala sedang menunggu perintah Allah. Dia selalu siaga kapan saja dia diperintahkan untuk meniup sangkakala. Anda bisa simak keterangannya di: Sangkakala Sudah Berada di Mulut Malaikat Ulama berbeda pendapat tentang berapa kali sangkakala ditiupkan? Pertama, sangkakala ditiupkan 3 kali Jika kita rinci, 3 kali itu adalah Tiupan faza’ (tiupan yang membuat seisi alam kaget dan terkejut) Allah berfirman, “Dan (ingatlah) hari ketika ditiup sangkakala, terkejutlah segala yang di langit dan segala yang di bumi, kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Dan semua mereka datang menghadap-Nya dengan merendahkan diri.” (An-Naml: 87). Tiupan ash-Sha’q (tiupan mematikan dan membinasakan) Allah berfirman, Ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. (QS. az-Zumar: 68). Tiupan al-Ba’ats (tiupan kebangkitan) Allah berfirman, Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (hisab). (QS. az-Zumar: 68). Pendapat ini didukung hadis dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu. Dalam hadis itu dinyatakan, “Malaikat itu meniup sangkakala tiga tiupan. Tiupan yang pertama mengejutkan. Tiupan kedua mematikan, dan tiupan ketiga membangkitan (makhluk) menghadap Rabbul ‘alamin.” Hadis ini sangat panjang, diriwayatkan oleh at-Thabrani dalam al-Ahadits at-Thiwal, dan dinilai dhaif oleh sebagian ulama, karena di sana ada perawi Ismail bin Rafi’ al-Madani yang dinilai dhaif oleh ad-Daruquthni. Hingga z Ibnu Katsir mengatakan tentang status hadis ini, “Gharib jiddan” (sangat asing). (Tafsir Ibn Katsir, 3/287). Mengingat hadis ini dhaif, maka tidak dijadikan dalil. Pendapat Kedua, Sangkakala Ditiupkan 2 Kali Dua tiupan itu: Tiupan al-Faza’ (kaget) sekaligus tiupan ash-Sha’q (mati) Menurut al-Qurthubi, antara peristiwa al-Faza’ (kaget) dengan as-Sha’q (mati) berlangsung secara bersambung. Tidak ada jeda di sana. Sehingga ketika sangkakala ditiupkan, mereka kaget dan langsung binasa. kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Tiupan al-Ba’ats Kebangkitan terjadi setelah tiupan kedua. Dan pendapat kedua ini yang lebih kuat. Sehingga kata faza’ (kaget) yang disebutkan di surat an-Naml dan kata as-Sha’q (mati) yang disebutkan di surat az-Zumar adalah sama. Tiupan pertama, yang mengagetkan dan menyebabkan semuanya mati. Karena itu, Allah menyebut tiupan itu terjadi sekali. Lalu diikuti dengan kehancuran alam semesta. . Apabila sangkakala ditiup sekali tiup, dan diangkatlah bumi dan gunung-gunung, lalu dibenturkan keduanya sekali bentur (QS. al-Haqqah: 13 – 14) Al-Qurthubi mengatakan, Yang benar, tiupan sangkakala terjadi dua kali, bukan tiga kali. Dan tiupan al-Faza’ (kaget) diikuti dengan as-Sha’aq (kematian). Karena kedua tiupan itu tidak ada waktu jedanya. Artinya, mereka kaget langsung mati. (Tafsir al-Qurthubi, 13/240) Kami tegaskan sekali lagi, bahwa semua tiupan ini terjadi di akhir zaman. Baik pendapat yang mengatakan 3 kali tiupan atau dua kali tiupan, semua terjadi di akhir zaman. Karena itu menjadi batas terakhir upan dunia. Suara Terompet dari Langit Kita tidak tahu dengan pasti sumber suara seperti terompet yang terdengar aneh di berbagai daerah. Yang jelas itu bukan sangkakala. Karena jika itu sangkakala, seharusnya semua permukaan bumi ini mendengarnya. Laporan yang ada, suara itu baru didengar oleh sebagian masyarakat di beberapa negara, diantaranya Australia, Amerika, Australia, Kanada dan Jerman. Masyarakat Indonesia, nyaman-nyaman saja, tidak mendengar suara itu. Bukti lain bahwa itu bukan sangkakala, sebagaimana yang dilaporkan bahwa kejadian ini bukan yang pertama kalinya. Ini pernah terjadi di tahun 2013, dan sebelumnnya lagi 2012. Sementara sangkakala ditiup dua kali disusul peristiwa besar kiamat. Sebagian ahli menganalisis suara tersebut dan menemukan bahwa sebagian besar spektrum asal suara tersebut terletak dalam kisaran infrasonik, yang tidak terdengar oleh manusia. Frekuensi antara 17 Hz ke bawah. Manusia bisa mendengar suara pada frekuensi antara 20 Hz sampai 20.000 Hz. Sementara apa yang didengar oleh manusia hanyalah sebagian kecil dari kekuataan sebenarnya dari suara-suara tersebut, karena adanya emisi akustik di frekuensi rendah dalam kisaran antara 20 Hz hingga 100 Hz yang dimodulasi (dikuatkan) oleh gelombang infrasonik ultra rendah 0,1 Hz sampai 15 Hz. Namun apapun itu, bagi orang yang beriman, kita meyakini ini sebagai salah satu tanda kekuasaan Allah. Dan terkadang Allah tunjukkan fenomena alam yang luar biasa, agar kita semakin takut kepada-Nya. Itulah tujuan utama ketika kita menyimak fenomena alam. Bukan hanya jadi bahan wacana dan perbincangan. Allah berfirman, Aku tidak mengirim tanda-tanda itu melainkan untuk menakuti. (QS. al-Isra: 59). Allahu a’lam. Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina ) Anda bisa membaca artikel ini melalui aplikasi Tanya Ustadz untuk . Download Sekarang !! didukung oleh Zahir Accounting Software Akuntansi Terbaik di Indonesia. Dukung dengan menjadi SPONSOR dan DONATUR. SPONSOR hubungi: 081 326 333 328 DONASI hubungi: 087 882 888 727 Donasi dapat disalurkan ke rekening: 4564807232 (BCA) / 7051601496 (Syariah Mandiri) / 1370006372474 (Mandiri). a.n. Hendri Syahrial | Assalamualaikum Ustadz, akhir akhir ini di media muncul berita tentang suara seperti terompet terdengar dari langit,apakah itu peringatan kecil bahwa kiamat sudah dekat atau hanya suara terompet biasa. Syarh Lumatul Itiqad, Imam Ibnu Utsaimin, hlm. 114 Ada beberapa dalil yang menunjukkan bahwa sangkakala yang ditiupkan bentuknya seperti terompet. Kapanpun dia diperintah meniupnya, dia akan meniupnya. Diantaranya, Firman Allah, ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi maka tibatiba mereka berdiri menunggu hisab. Yasin 51 Dalam hadis yang panjang, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam menyebutkan, Kemudian ditiuplah sangkakala, tidak ada seorangpun yang mendengarnya kecuali akan mengarahkan pendengarannya dan menjulurkan lehernya memerhatikannya. Kemudian Allah menurunkan hujan seperti gerimis. Hadis ini sangat panjang, diriwayatkan oleh atThabrani dalam alAhadits atThiwal, dan dinilai dhaif oleh sebagian ulama, karena di sana ada perawi Ismail bin Rafi alMadani yang dinilai dhaif oleh adDaruquthni. Mengingat hadis ini dhaif, maka tidak dijadikan dalil. Pendapat Kedua, Sangkakala Ditiupkan 2 Kali Dua tiupan itu Tiupan alFaza kaget sekaligus tiupan ashShaq mati Menurut alQurthubi, antara peristiwa alFaza kaget dengan asShaq mati berlangsung secara bersambung. Sehingga kata faza kaget yang disebutkan di surat anNaml dan kata asShaq mati yang disebutkan di surat azZumar adalah sama. Tiupan pertama, yang mengagetkan dan menyebabkan semuanya mati. Lalu diikuti dengan kehancuran alam semesta. . Apabila sangkakala ditiup sekali tiup, dan diangkatlah bumi dan gununggunung, lalu dibenturkan keduanya sekali bentur QS. Baik pendapat yang mengatakan 3 kali tiupan atau dua kali tiupan, semua terjadi di akhir zaman. Laporan yang ada, suara itu baru didengar oleh sebagian masyarakat di beberapa negara, diantaranya Australia, Amerika, Australia, Kanada dan Jerman. Ini pernah terjadi di tahun 2013, dan sebelumnnya lagi 2012. Sebagian ahli menganalisis suara tersebut dan menemukan bahwa sebagian besar spektrum asal suara tersebut terletak dalam kisaran infrasonik, yang tidak terdengar oleh manusia. Namun apapun itu, bagi orang yang beriman, kita meyakini ini sebagai salah satu tanda kekuasaan Allah. Dan terkadang Allah tunjukkan fenomena alam yang luar biasa, agar kita semakin takut kepadaNya. Bukan hanya jadi bahan wacana dan perbincangan. Allah berfirman, Aku tidak mengirim tandatanda itu melainkan untuk menakuti. Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits Dewan Pembina Anda bisa membaca artikel ini melalui aplikasi Tanya Ustadz untuk . Download Sekarang didukung oleh Zahir Accounting Software Akuntansi Terbaik di Indonesia. Dukung dengan menjadi SPONSOR dan DONATUR. |
Apakah Suami Saya Terkena Guna-guna Wanita Lain? | https://konsultasisyariah.com/3840-apakah-suami-saya-terkena-guna-guna-wanita-lain.html | Pertanyaan: Ustaz, saya punya masalah yang sangat berat sekali. Singkat cerita, saya sudah pisah ranjang selama enam bulan. Saat ini, suami saya sudah menggugat cerai dan itu sudah berjalan tiga kali. Awalnya, sebelum bulan puasa, suami saya menunjukkan tingkah yang aneh: sering memasang password di handphone-nya padahal biasanya tidak pernah, sering meminjam handphone pada teman wanitanya. Kalau saya tanya, “Kenapa kok pinjam?” Katanya, baterai handphone-nya mudah habis. Pernah, ada foto wanita itu. Lalu, saya beri tahu ke suami saya untuk berhati-hati. Suami saya jadi sering pulang malam-malam. Pas malam itu, saya tanyai dia dan tiba-tiba dia bilang bahwa dia sudah tidak cinta lagi, tidak sayang lagi, pokoknya dia benci. Katanya, hatinya tertutup untuk saya, yang ada cuma anaknya. Dia juga tidak bisa melihat keindahan saya lagi, yang ada hanya wanita itu. Dia selalu–dan selalu–menyalahkan saya; tidak ada kebaikan dari saya lagi. Suami saya mengungkit-ungkit masa lalu. Padahal, kalau saya tanya hanya dengan masalah kecil, suami saya malah pergi (minggat) dari rumah saya ke rumah mertua. Waktu itu sekitar minggu kedua bulan puasa. Pada bulan Desember, dia disuruh pergi dari rumah mertua karena dia sudah susah untuk mendengar nasihat dari orang tua. Dia pun mengurus perceraian diam-diam, tanpa memberitahu saya dan keluarganya. Padahal, waktu itu anaknya sedang diopname. Dia lebih memilih membayar pengacara, Ustaz. Saya datang ke kiai. Katanya, suami saya kena guna-guna satu keluarga. Wanita itu memberi (sesuatu) ke suami saya supaya suami saya melupakan istri, anak, dan keluarganya. Saya selalu shalat tahajud supaya diberikan petunjuk oleh Allah. Tapi, saat ini hati saya masih berat untuk mengambil keputusan, Ustaz. Saya belum genap setahun ini memakai jilbab. Saya ingin ada di jalan Allah. Saya ingin suami saya kembali ke keluarganya. Kesalahan saya sangat kecil sekali, dan kesalahan seperti itu bisa dilakukan siapa saja. Saya berusaha meminta maaf ke suami saya tapi suami saya tidak mau memaafkan. Dia sangat egois; tidak bisa kembali (pada kami). Dia selalu membela wanita itu. Sungguh, saya sangat sakit hati, Ustaz. Yang saya tanyakan: 1. Apakah suami saya kena guna-guna? 2. Apakah suami saya, ke depan nantinya, baik untuk saya dan anak saya? 3. Apakah suami saya masih mencintai saya lagi? Tolong berikan saran dan solusi, Ustaz. Jawaban: Bismillah. Salawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Amma ba’du …. Ibu yang kami hormati, kami turut memahami kesedihan yang Ibu alami. Namun, apa pun itu, kita harus sadar bahwa ini semua adalah ujian dari Allah. Sikap yang tepat adalah berusaha memosisikan diri pada keadaan yang paling aman, untuk upan dunia dan akhirat. Kalaupun tidak memungkinkan untuk berada di posisi aman bagi kedua upan maka prioritaskan untuk memilih posisi aman bagi upan akhirat. Insya Allah, Allah akan mengganti upan dunia yang telah hilang. Para ulama mengatakan, “Barang siapa yang meninggalkan sesuatu yang dia inginkan karena takut kepada Allah, niscaya Allah akan memberi ganti kepadanya dengan yang lebih baik.” Langkah yang Ibu tempuh, dengan bertanya terlebih dahulu kepada orang yang Ibu nilai paham agama, merupakan langkah tepat untuk mendapatkan posisi aman ketika mendapat musibah. Oleh karena itu, sebagai mukadimah, kami menyarankan agar Ibu tidak mendatangi dukun, peramal, tukang santet, kiai ilmu putih, atau siapa pun orangnya, yang membuka praktik pengobatan dengan bantuan khadam (baca: jin) atau dengan menggunakan cara yang tidak lazim. Mendatangi mereka justru akan membahayakan posisi upan akhirat kita, sementara posisi aman untuk upan dunia belum tentu tercapai. Di antara ciri mereka: 1. Mereka membuka praktik pengobatan (ditawar-tawarkan, bahkan sampai diiklankan). 2. Menggunakan syarat-syarat khusus, seperti: pasien diminta untuk membawa barang tertentu atau melakukan ibadah tertentu. 3. Solusi yang dia berikan bukan nasihat, bukan penjelasan hukum-hukum syariat. 4. Biasanya, solusi yang diberikan adalah: – Air yang sudah diberi doa, tulisan arab yang dibungkus rapi, kertas-kertas bertuliskan ayat Alquran, makanan tertentu, atau dan bacaan tertentu (tanpa ada dalilnya). – Hanya keterangan yang justru membuat pasien semakin menggantungkan dirinya kepada kiai. Sekali lagi, jangan sampai kita mendatangi mereka, karena keberadaan mereka tidaklah memberikan solusi, namun justru memperparah keadaan. Selanjutnya, terkait dengan masalah yang Ibu utarakan. Pertama: Sesungguhnya, memungkinkan bagi manusia untuk diguna-gunai, sehingga dia membenci keluarganya dan mencintai orang lain. Ini merupakan bahasa sihir yang Allah sebutkan di Alquran. Allah berfirman, “Mereka (orang Yahudi) belajar kepada dua orang itu tentang ilmu sihir yang mereka gunakan untuk memisahkan seseorang dari pasangannya. Padahal, mereka tidak mampu memberikan bahaya (dampak negatif) kepada orang lain kecuali dengan izin Allah.” (QS. Al-Baqarah:102) Kedua: Ayat di atas memberi pelajaran kepada kita bahwa apa pun yang dilakukan oleh seseorang, niscaya tidak akan memberi pengaruh kepada orang lain, keculi dengan takdir dari Allah. Ketiga: Dalam menyelesaikan masalah ini, mohon jangan dihadapi sendiri. Ibu memerlukan teman “curhat” dan pemberi solusi. Sebisa mungkin, jangan berkonsultasi kepada teman yang tidak paham agama, karena bisa jadi, dia justru merasa senang dengan kondisi yang Ibu alami. Yang paling aman adalah bermusyawarah dengan keluarga Ibu atau keluarga suami Ibu, karena bisa dipastikan bahwa mereka sangat menginginkan agar keluarga Ibu kembali utuh sejahtera. Keempat: Dekati keluarga suami (orang tuanya). Jika mereka sudah berpihak pada Ibu, ini akan memberi kekuatan posisi bagi Ibu ketika Ibu menghadapi suami. Ibu punya kesempatan yang besar untuk mencari pendukung di kalangan keluarga Ibu sendiri atau keluarga suami Ibu. Adapun tentang kondisi suami Ibu. Pertama: Kami tidak bisa memastikan apakah suami ibu diguna-gunai ataukah tidak, karena dalam kondisi semacam ini, ada banyak kemungkinan yang menyebabkan seorang lelaki bisa melakukan tindakan sebagaimana yang dilakukan oleh suami Ibu. Bisa jadi, karena memang dia tertarik dengan wanita lain, sehingga dia ingin berpisah dari keluarganya, atau bisa juga karena disihir. Namun, apa pun itu, insya Allah, semuanya bisa diobati, jika Allah berkehendak. Kedua: Untuk langkah mudahnya, Ibu bisa perhatikan kondisi suami Ibu, sebelum dan sesudah kasus ini. Mencintai dan tertarik pada wanita lain, sifatnya tidak seketika, namun prosesnya lama. Apalagi, jika pertemuan suami Ibu dengan wanita tersebut sebelumnya jarang berlangsung. Kalau kejadiannya semacam ini, lalu tiba-tiba sang suami begitu tertarik dengan wanita tersebut maka bisa jadi itu adalah guna-guna. Jika kasusnya karena guna-guna, mudah-mudahan penyembuhannya lebih mudah dibanding ketika sang suami mencintai wanita tersebut secara alami. Ketiga: Penyembuhan guna-guna; berikut ini adalah beberapa langkah yang bisa dilakukan ketika hendak mengobati orang yang terkena sihir: 1. Biasanya, sihir itu mempunyai simpul (pusat jin yang mengganggu). Simpul ini diletakkan oleh pelaku sihir di tempat yang aman dan dekat dengan aktivitas orang yang ingin dijadikan sasaran sihir. Bisa juga, bentuknya adalah sihir tanpa simpul. 2. Untuk sihir yang menggunakan simpul, pelaku menggunakan salah satu bagian anggota badan sasaran. Misalnya: Rambut atau yang lainnya. 3. Jika kita mengetahui tempat simpul sihir itu diletakkan, untuk pengobatannya: hancurkan simpul itu dengan cara dibakar. Ini cara yang paling mujarab untuk mengobati sihir. 4. Jika kita tidak mengetahui tempat simpul sihir tersebut, jangan membebani diri untuk mencarinya dan jangan bertanya kepada dukun atau kiai, karena hal ini akan menyibukkan kita. Dalam kondisi ini, korban bisa diobati dengan cara diruqyah. Untuk tata cara ruqyah, Ibu bisa pelajari di situs: Bisa juga dengan memperbanyak doa kepada Allah secara sungguh-sungguh. Insya Allah, Allah akan mengubah hati suami Ibu dan memberikan keteguhan bagi Ibu. Sebelumnya, kami ingatkan agar Ibu tidak meminta ruqyah kepada orang lain, karena itu hukumnya makruh. Ibu dan keluarga, masing-masing berdoa memohon kepada Allah agar sang suami disembuhkan. Apakah suami Ibu adalah orang yang baik bagi keluarga? Saya tidak bisa menilainya. Bisa jadi, dia bersikap semacam itu karena jiwanya tertutup oleh emosinya. Langkah mudahnya, dilihat dari pergaulan beliau sebelumnya. Jika sebelumnya beliau baik-baik saja dan mendukung keluarga untuk menjadi baik maka, insya Allah, suami Ibu ke depannya tetap baik bagi keluarganya. Apakah suami Ibu masih mencintai Ibu? Seratus persen, kami tidak tahu, karena ini adalah masalah hati; yang mengetahuinya hanya Allah. Sementara, sikapnya saat ini bisa jadi hanya karena luapan emosinya. Berikan sikap yang terbaik bagi suami Ibu, berpenampilanlah secara menarik di hadapannya. Semoga ini akan mengembalikan cintanya kepada keluarganya. aknya, anak akan menjadi pengikat kuat bagi keutuhan keluarga Ibu. Saran: 1. Banyak-banyak memohon ampunan dan beristigfar kepada Allah. Bisa jadi, ujian ini merupakan akibat dari kemaksiatan yang pernah kita lakukan. Bukan karena Allah tidak sayang, namun Allah hendak membersihkan dosa kita di dunia, sebelum nantinya menjadi bahan siksaan di akhirat. Imam Abu Hanifah mengatakan, aklah aku menjumpai kondisi buruk pada keluargaku kecuali karena kemaksiatan yang aku lakukan.” 2. Banyak memohon keselamatan dari dampak buruk musibah. Semoga musibah ini tidak menimpa agama kita. Semoga Allah mengampuni kita, tanpa harus menguji kita dengan musibah ini. Amin. Allahu a’lam. Semoga bermanfaat. Dijawab oleh Tim Dakwah Konsultasi Syariah. Artikel | Pertanyaan Ustaz, saya punya masalah yang sangat berat sekali. Saat ini, suami saya sudah menggugat cerai dan itu sudah berjalan tiga kali. Awalnya, sebelum bulan puasa, suami saya menunjukkan tingkah yang aneh sering memasang password di handphonenya padahal biasanya tidak pernah, sering meminjam handphone pada teman wanitanya. Kalau saya tanya, Kenapa kok pinjam Katanya, baterai handphonenya mudah habis. Dia selaludan selalumenyalahkan saya tidak ada kebaikan dari saya lagi. Padahal, kalau saya tanya hanya dengan masalah kecil, suami saya malah pergi minggat dari rumah saya ke rumah mertua. Dia lebih memilih membayar pengacara, Ustaz. Katanya, suami saya kena gunaguna satu keluarga. Saya belum genap setahun ini memakai jilbab. Mendatangi mereka justru akan membahayakan posisi upan akhirat kita, sementara posisi aman untuk upan dunia belum tentu tercapai. Menggunakan syaratsyarat khusus, seperti pasien diminta untuk membawa barang tertentu atau melakukan ibadah tertentu. Hanya keterangan yang justru membuat pasien semakin menggantungkan dirinya kepada kiai. Selanjutnya, terkait dengan masalah yang Ibu utarakan. Padahal, mereka tidak mampu memberikan bahaya dampak negatif kepada orang lain kecuali dengan izin Allah. Sebisa mungkin, jangan berkonsultasi kepada teman yang tidak paham agama, karena bisa jadi, dia justru merasa senang dengan kondisi yang Ibu alami. Kalau kejadiannya semacam ini, lalu tibatiba sang suami begitu tertarik dengan wanita tersebut maka bisa jadi itu adalah gunaguna. Simpul ini diletakkan oleh pelaku sihir di tempat yang aman dan dekat dengan aktivitas orang yang ingin dijadikan sasaran sihir. Ini cara yang paling mujarab untuk mengobati sihir. Insya Allah, Allah akan mengubah hati suami Ibu dan memberikan keteguhan bagi Ibu. Sebelumnya, kami ingatkan agar Ibu tidak meminta ruqyah kepada orang lain, karena itu hukumnya makruh. Apakah suami Ibu adalah orang yang baik bagi keluarga Saya tidak bisa menilainya. Bisa jadi, dia bersikap semacam itu karena jiwanya tertutup oleh emosinya. Langkah mudahnya, dilihat dari pergaulan beliau sebelumnya. Banyakbanyak memohon ampunan dan beristigfar kepada Allah. Bisa jadi, ujian ini merupakan akibat dari kemaksiatan yang pernah kita lakukan. Semoga musibah ini tidak menimpa agama kita. |
Saya ingin mengetahui penjelasan hadits ini: “Jika suatu kaum selalu terlambat (shalat), maka Allah akan memperlambat mereka” | https://islamqa.info/id/answers/34852/penjelasan-hadits-jika-suatu-kaum-sering-terlambat-shalat-maka-allah-akan-melambatkan-urusan-mereka | Alhamdulillah.Hadits ini diriwayatkan oleh Muslim (438): Dari Abu Said Al Khudri bahwa Rasulullah –shallallahu alaihi wa sallam- melihat para sahabatnya terlambat, lalu beliau bersabda kepada mereka: “Majulah dan ikutlah bermakmum kepadaku, lalu orang-orang setelah kalian mengikuti kalian. Jika suatu kaum senantiasa terlambat, Allah akan memperlambat mereka.” Makna dari hadits ini adalah: Bahwa Nabi –shallallahu alaihi wa sallam- telah mendapatkan sebagian sahabatnya terlambat dari shaf (barisan) pertama (dalam shalat). Maka beliau menyuruh mereka untuk maju ke shaf pertama, agar mereka dapat mengikuti gerak beliau dan mereka akan menjadi panduan bagi orang yang datang setelah mereka yang berada di shaf belakang, karena mereka tidak bisa melihat Nabi –shallallahu alaihi wa sallam-. Ada juga kemungkinan bermakna: “Bahwa mereka akan menjadi qudwah bagi generasi umat yang datang setelah mereka, karena mereka menukil kepada mereka tata cara shalatnya Nabi –shallallahu alaihi wa sallam- yang telah mereka lihat. Telah dinyatakan oleh As Sandi –rahimahullah-. Kemudian Rasulullah –shallallahu alaihi wa sallam- bersabda: “Suatu kaum yang biasa terlambat, Allah akan memperlambat mereka.” Yaitu; Apabila suatu kaum terbiasa terlambat dari shaf pertama, Allah ta’ala akan memberikan sanksi kepada mereka dengan menjadikan mereka terlambat. Ada juga maknanya, “Allah akan mengakhirkan Rahmat atau surga-Nya atau besarnya karunia atau tingginya kedudukan atau ilmu mereka”. Tidak masalah memahami hadits ini dengan semua makna di atas. Syeikh Ibnu Utsaimin berkata tentang makna hadits ini: “Nabi –shallallahu alaihi wa sallam- melihat suatu kaum yang terlambat ke masjid, maksudnya tidak maju ke shaf pertama, maka beliau bersabda: “Tidaklah suatu kaum senantiasa terlambat, melainkan Allah akan memperlambat mereka”. Atas dasar ini maka dikhawatirkan bagi seseorang jika ia telah membiasakan dirinya terlambar dalam ibadah, maka akan diuji Allah Azza wa Jalla akan mengakhirkannya semua peluang kebaikan. Disadur dari Fatawa Ibnu Utsaimin: 13/54 Sebagian ulama telah berpendapat bahwa maksudnya adalah kelompok munafik. Namun yang benar adalah bahwa hadits ini berlaku umum dan tidak khusus bagi mereka orang-orang munafik. As Syaukani berkata di dalam Nail Authar: “Ada yang mengatakan, ini termasuk orang-orang munafik. Tapi yang kuat, hal ini berlaku umum bagi mereka dan orang lain. Di dalamnya ada perintah untuk mendapatkan shaf pertama dan peringatan agar tidak terlambat.” Kesimpulannya, hadits ini merupakan anjuran dalam shalat agar seseorang mendapatkan shaf pertama dan teguran kepada siapa saja yang biasa shalat pada shaf belakang. Semoga Allah Taala memberikan taufik kepada kita untuk bersegera kepada kebaikan dan berlomba untuk itu. Wallahu Taala a’lam | Alhamdulillah.Hadits ini diriwayatkan oleh Muslim 438 Dari Abu Said Al Khudri bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam melihat para sahabatnya terlambat, lalu beliau bersabda kepada mereka Majulah dan ikutlah bermakmum kepadaku, lalu orangorang setelah kalian mengikuti kalian. Jika suatu kaum senantiasa terlambat, Allah akan memperlambat mereka. Makna dari hadits ini adalah Bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam telah mendapatkan sebagian sahabatnya terlambat dari shaf barisan pertama dalam shalat. Maka beliau menyuruh mereka untuk maju ke shaf pertama, agar mereka dapat mengikuti gerak beliau dan mereka akan menjadi panduan bagi orang yang datang setelah mereka yang berada di shaf belakang, karena mereka tidak bisa melihat Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Ada juga kemungkinan bermakna Bahwa mereka akan menjadi qudwah bagi generasi umat yang datang setelah mereka, karena mereka menukil kepada mereka tata cara shalatnya Nabi shallallahu alaihi wa sallam yang telah mereka lihat. Telah dinyatakan oleh As Sandi rahimahullah. Kemudian Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda Suatu kaum yang biasa terlambat, Allah akan memperlambat mereka. Yaitu Apabila suatu kaum terbiasa terlambat dari shaf pertama, Allah taala akan memberikan sanksi kepada mereka dengan menjadikan mereka terlambat. Ada juga maknanya, Allah akan mengakhirkan Rahmat atau surgaNya atau besarnya karunia atau tingginya kedudukan atau ilmu mereka. Tidak masalah memahami hadits ini dengan semua makna di atas. Syeikh Ibnu Utsaimin berkata tentang makna hadits ini Nabi shallallahu alaihi wa sallam melihat suatu kaum yang terlambat ke masjid, maksudnya tidak maju ke shaf pertama, maka beliau bersabda Tidaklah suatu kaum senantiasa terlambat, melainkan Allah akan memperlambat mereka. Atas dasar ini maka dikhawatirkan bagi seseorang jika ia telah membiasakan dirinya terlambar dalam ibadah, maka akan diuji Allah Azza wa Jalla akan mengakhirkannya semua peluang kebaikan. Disadur dari Fatawa Ibnu Utsaimin 1354 Sebagian ulama telah berpendapat bahwa maksudnya adalah kelompok munafik. Namun yang benar adalah bahwa hadits ini berlaku umum dan tidak khusus bagi mereka orangorang munafik. As Syaukani berkata di dalam Nail Authar Ada yang mengatakan, ini termasuk orangorang munafik. Tapi yang kuat, hal ini berlaku umum bagi mereka dan orang lain. Di dalamnya ada perintah untuk mendapatkan shaf pertama dan peringatan agar tidak terlambat. Kesimpulannya, hadits ini merupakan anjuran dalam shalat agar seseorang mendapatkan shaf pertama dan teguran kepada siapa saja yang biasa shalat pada shaf belakang. Semoga Allah Taala memberikan taufik kepada kita untuk bersegera kepada kebaikan dan berlomba untuk itu. Wallahu Taala alam |
3738. BOLEHKAH PENGANGGURAN MENERIMA ZAKAT ? | https://www.piss-ktb.com/2015/01/3738-zakat-bolehkah-pengangguran.html | PERTANYAAN : Assalamualaikum. Sebuah pertanyaan dan mohon bantu menjawab : Aku adalah seorang anak dari ibu yang berkecukupan, meski sudah menikah dan mempunyai anak, aku juga bisa dibilang pengangguran, setiap harinya memang tak ada uang yang bisa dihasilkan, semua kebutuhan hanya nebeng sama orang tua. Pertanyaannya : Bolehkah aku menerima zakat dari orang ? Dan bolehkah aku mengambil bantuan seperti raskin dan lainnya ? Apakah aku termasuk orang yang mustahiq zakat ? [Rahil Memed]. JAWABAN : Waalaikum Salam Wr Wb. Orang yang mampu bekerja tidak halal menerima Zakat dan yang bisa pekerjaan layak untuknya. Bagi orang yang sudah punya pekerjaan tiap hari tidak diperbolehkan mengambil Zakat. Orang yang mampu bekerja tidak berhaq / tidak boleh menerima zakat atas nama faqir miskin. Dan jangan menyalurkan zakat kepada orang fakir yang mampu bekerja, karena seseorang tidak dianggap fakir kalau dia masih mampu mencari nafkah dengan pekerjaannya dan bisa menafkahi keluarganya. Adapun mengambil bantuan semisal raskin dari pemerintah, maka diperbolehkan karena itu bukan zakat. Wallohu a'lam. [Muhib Salaf Soleh, Yai Gandeng, Ghufron Bkl, Abdullah Afif]. Ibarot : - al Majmu syarah al muhadzab juz 6 hal 228 : 6 228 Dan adapun orang yang kuat / mampu untuk bekerja maka tidak halal baginya mengambil zakat. Sedangkan definisi orang yang kuat / mampu untuk bekerja adalah : orang yang badannya sehat dan dia mendapatkan pekerjaaan yang dapat menutup keperluan dia sehari hari , maka orang seperti ini tidak diberi zakat karena yang wajib baginya adalah bekerja agar dapat mencukupi bagi dirinya dan keluarganya dan tidak boleh pula bagi dia bermalas malasan untuk tidak bekerja dan tidak boleh pula bagi dia meminta minta zakat. Dan ini adalah madzhab jumhur ahlul ilmi. - Roudhotut Tholibin : 2 310 : - Syarh Muwatho' : - - 152 ( ) - Nihayatul Mukhtaj : : : - kitab Kifayatul Akhyar 1/194: ( ) www.fb.com/groups/piss.ktb/903312046358271/ www.fb.com/notes/905442399478569 | PERTANYAAN Assalamualaikum. Sebuah pertanyaan dan mohon bantu menjawab Aku adalah seorang anak dari ibu yang berkecukupan, meski sudah menikah dan mempunyai anak, aku juga bisa dibilang pengangguran, setiap harinya memang tak ada uang yang bisa dihasilkan, semua kebutuhan hanya nebeng sama orang tua. Pertanyaannya Bolehkah aku menerima zakat dari orang Dan bolehkah aku mengambil bantuan seperti raskin dan lainnya Apakah aku termasuk orang yang mustahiq zakat Rahil Memed. JAWABAN Waalaikum Salam Wr Wb. Orang yang mampu bekerja tidak halal menerima Zakat dan yang bisa pekerjaan layak untuknya. Bagi orang yang sudah punya pekerjaan tiap hari tidak diperbolehkan mengambil Zakat. Orang yang mampu bekerja tidak berhaq tidak boleh menerima zakat atas nama faqir miskin. Dan jangan menyalurkan zakat kepada orang fakir yang mampu bekerja, karena seseorang tidak dianggap fakir kalau dia masih mampu mencari nafkah dengan pekerjaannya dan bisa menafkahi keluarganya. Adapun mengambil bantuan semisal raskin dari pemerintah, maka diperbolehkan karena itu bukan zakat. Wallohu alam. Muhib Salaf Soleh, Yai Gandeng, Ghufron Bkl, Abdullah Afif. Ibarot al Majmu syarah al muhadzab juz 6 hal 228 6 228 Dan adapun orang yang kuat mampu untuk bekerja maka tidak halal baginya mengambil zakat. Sedangkan definisi orang yang kuat mampu untuk bekerja adalah orang yang badannya sehat dan dia mendapatkan pekerjaaan yang dapat menutup keperluan dia sehari hari , maka orang seperti ini tidak diberi zakat karena yang wajib baginya adalah bekerja agar dapat mencukupi bagi dirinya dan keluarganya dan tidak boleh pula bagi dia bermalas malasan untuk tidak bekerja dan tidak boleh pula bagi dia meminta minta zakat. Dan ini adalah madzhab jumhur ahlul ilmi. Roudhotut Tholibin 2 310 Syarh Muwatho 152 Nihayatul Mukhtaj kitab Kifayatul Akhyar 1194 www.fb.comgroupspiss.ktb903312046358271 www.fb.comnotes905442399478569 |
Hukum Mengenakan Tas dan Jaket Berbahan Kulit | https://muslim.or.id/61519-hukum-mengenakan-tas-dan-jaket-berbahan-kulit.html | Daftar Isi Bahan kulit untuk pembuatan tas, jaket, sepatu, dan aksesoris, serta berbagai perlengkapan banyak ditemui di sekitar kita. Secara umum, bahan kulit hewan berdasarkan dari mana asalnya terbagi menjadi tiga macam: Boleh dan tidaknya digunakan tergantung dari mana asalnya. Mari kita ulas satu persatu-satu. [lwptoc] Contohnya, seperti kulit kambing, sapi, dan binatang halal lainnya. Kulit hewan jenis ini, tidak membutuhkan kajian panjang, ia halal dan suci dipergunakan. Sebagaimana daging hewannya halal, maka kulit yang menjadi bagian dari hewan tersebut pun menjadi halal dan suci. Dalilnya hadis Nabi shallallahu alaihi wa sallam, Samaknya kulit hewan yang halal dimakan adalah proses sembelihnya (HR. Ahmad, dinilai sahih oleh Syaikh Al-Albani dalam Ghoyatul Murom). Proses samak adalah syarat agar kulit hewan yang najis menjadi suci. Khusus hewan yang mati tidak sebagai bangkai dan tergolong yang halal dimakan, maka samak ini sudah terganti dengan proses meyembelih yang sesuai syariat. Sehingga begitu hewan disembelih, kulitnya otomatis menjadi halal dan suci. Tanpa harus melalui proses samak yang kita kenal. Baca Juga: Mencampur Pakaian Najis dengan Pakaian Lain Ketika Mencuci Suatu hari Nabi shallallahu alaihi wa sallam melihat seorang menyeret kambingnya yang sudah mati, lalu bertanya kepada Sang Tuan, Alangkah baik jika Anda manfaatkan kulitnya. Ini kulit bangkai, ya Rasulullah. Jawab tuan sang pemilik kambing. Bisa disucikan dengan air dan dedaunan untuk menyamak (HR. Abu Dawud, dinilai sahih oleh Syaikh Al-Albani dalam Shilshilah As-Ashahihah no. 2163). Hadis ini menunjukkan bahwa kulit bangkai yang awalnya najis, bisa menjadi suci jika disamak. Sehingga boleh dijadikan jaket, tas, sepatu, dompet, dan lain sebagainya. Begitu pun suci dipakai ketika salat. Sebagaimana keterangan dalam kitab Bidayatul Faqih (ringkasan Syarah Al-Mumti karya Syaikh Ibnu Utsaimin Rahimahullah) berikut, Jika kulit bangkai telah disamak, maka ia berubah menjadi suci dan halal dipergunakan baik saat basah maupun kering (Bidayatul Faqih hal. 17). Seperti kulit babi, anjing, ular dan binatang buas lainnya, maka tidak suci digunakan meskipun sudah disamak. Dalilnya adalah sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam yang telah kami sebut di atas, Samaknya kulit hewan yang halal dimakan adalah proses sembelihnya (HR. Ahmad, dinilai sahih oleh Syaikh Al-Albani dalam Ghoyatul Murom). Nabi shalallahu alaihi wa sallam mennyebut hewan yang kulitnya halal dan suci dipergunakan, dengan sebutan dzakaah, yang artinya sembelihan. Kita ketahui bersama bahwa dzakaah hanya dapat menjadikan halal dan suci hewan-hewan yang dagingnya halal, seperti kambing, sapi, dan lain sebagainya. Tidak dapat menghalalkan hewan yang haram, seperti babi dan anjing. Ini menunjukkan bahwa kulit hewan yang haram dimakan, tidak halal dan suci meskipun telah disembelih atau disamak. Baca Juga: Wallahu alam bis showab. Ditulis oleh: Ahmad Anshori Artikel: Muslim.or.id Referensi: Bidayatul Faqih, karya Dr. Salim Al-Ajmi, penerbit Maktabah Ahlul Atsar. | Daftar Isi Bahan kulit untuk pembuatan tas, jaket, sepatu, dan aksesoris, serta berbagai perlengkapan banyak ditemui di sekitar kita. Secara umum, bahan kulit hewan berdasarkan dari mana asalnya terbagi menjadi tiga macam Boleh dan tidaknya digunakan tergantung dari mana asalnya. lwptoc Contohnya, seperti kulit kambing, sapi, dan binatang halal lainnya. Kulit hewan jenis ini, tidak membutuhkan kajian panjang, ia halal dan suci dipergunakan. Sebagaimana daging hewannya halal, maka kulit yang menjadi bagian dari hewan tersebut pun menjadi halal dan suci. Ahmad, dinilai sahih oleh Syaikh AlAlbani dalam Ghoyatul Murom. Proses samak adalah syarat agar kulit hewan yang najis menjadi suci. Khusus hewan yang mati tidak sebagai bangkai dan tergolong yang halal dimakan, maka samak ini sudah terganti dengan proses meyembelih yang sesuai syariat. Tanpa harus melalui proses samak yang kita kenal. Baca Juga Mencampur Pakaian Najis dengan Pakaian Lain Ketika Mencuci Suatu hari Nabi shallallahu alaihi wa sallam melihat seorang menyeret kambingnya yang sudah mati, lalu bertanya kepada Sang Tuan, Alangkah baik jika Anda manfaatkan kulitnya. Bisa disucikan dengan air dan dedaunan untuk menyamak HR. Abu Dawud, dinilai sahih oleh Syaikh AlAlbani dalam Shilshilah AsAshahihah no. Hadis ini menunjukkan bahwa kulit bangkai yang awalnya najis, bisa menjadi suci jika disamak. Sehingga boleh dijadikan jaket, tas, sepatu, dompet, dan lain sebagainya. Seperti kulit babi, anjing, ular dan binatang buas lainnya, maka tidak suci digunakan meskipun sudah disamak. Dalilnya adalah sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam yang telah kami sebut di atas, Samaknya kulit hewan yang halal dimakan adalah proses sembelihnya HR. Nabi shalallahu alaihi wa sallam mennyebut hewan yang kulitnya halal dan suci dipergunakan, dengan sebutan dzakaah, yang artinya sembelihan. Tidak dapat menghalalkan hewan yang haram, seperti babi dan anjing. Ditulis oleh Ahmad Anshori Artikel Muslim.or.id Referensi Bidayatul Faqih, karya Dr. Salim AlAjmi, penerbit Maktabah Ahlul Atsar. |
Hukum Makan Kelelawar | https://rumaysho.com/2164-hukum-makan-kelelawar.html | Di sebagian daerah, makanan ini amat laris. Salah satu warung makan penjaja makanan kelelawar di daerah kami (Gunung Kidul) bahkan pernah masuk TV. Yang tidak tahu halal- haram atau tidak ingin mengetahuinya, mungkin saja tidak mempedulikan makanan yang masuk dalam perutnya. Orang beriman yang ingin tubuhnya bersih dari yang haram pasti akan peduli akan hal ini. Segala sesuatu yang masuk dalam perutnya pasti diinginkan yang halal, bukan yang haram.Ulama Hanafiyah membolehkan memakan kelelawar, sedangkan ulama Malikiyah menyatakan makruh. Yang menyatakan haram memakan kelelawar adalah ulama Hambali dan Syafiiyah. Pendapat yang tepat dalam masalah ini, kelelawar haram dimakan karena dilarang untuk dibunuh sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut ini. : : Dari Abdullah bin Amru, ia berkata, Janganlah kalian membunuh katak, karena suaranya adalah tasbiih. Jangan kalian pula membunuh kelelawar, karena ketika Baitul-Maqdis roboh ia berkata : Wahai Rabb, berikanlah kekuasaan padaku atas lautan hingga aku dapat menenggelamkan mereka (HR. Al Baihaqi dalam Al-Kubraa 9: 318 dan Ash-Shughraa 8: 293 no. 3907, dan Al-Marifah hal. 456. Al Baihaqi berkata bahwa sanad hadits ini shahih)Imam Nawawi rahimahullah berkata, Kelelawar itu haram secara mutlak. Ar Rofii menyatakan bahwa mengenai hukum masalah ini ada khilaf (perselisihan di antara para ulama) (Al Majmu, 9: 22)Dalam Al Mughni (11: 66) disebutkan, : : . : , .Imam Ahmad ditanya mengenai orang yang makan kelelawar dan ditanyakan pula mengenai khuthof (sejenis kelelawar). Imam Ahmad menjawab, Saya tidak tahu (mengenai hukumnya). An Nakhoi mengatakan, Setiap burung itu halal kecuali kelelawar. Kelelawar diharamkan karena khobits (kotor), orang Arab menganggapnya demikian dan tidak memakannya. Allah Taala berfirman, Dan diharamkan bagi mereka segala yang khobits (buruk) (QS. Al-Araf : 157).Penulis Aunul Mabud (10: 252) mengatakan, Segala hewan yang dilarang untuk dibunuh disebabkan karena dua alasan. Pertama, karena hewan tersebut adalah terhormat (seperti semut dan lebah, pen) sebagaimana manusia. Kedua, boleh jadi pula karena alasan daging hewan tersebut haram untuk dimakan seperti pada burung Shurod, burung Hudhud dan semacamnya.Wallaahu alam. Wallahu waliyyut taufiq was sadaad.@ Ummul Hamam, Riyadh, KSA, 9 Shofar 1433 Hwww.rumaysho.com | Di sebagian daerah, makanan ini amat laris. Salah satu warung makan penjaja makanan kelelawar di daerah kami Gunung Kidul bahkan pernah masuk TV. Yang tidak tahu halal haram atau tidak ingin mengetahuinya, mungkin saja tidak mempedulikan makanan yang masuk dalam perutnya. Orang beriman yang ingin tubuhnya bersih dari yang haram pasti akan peduli akan hal ini. Segala sesuatu yang masuk dalam perutnya pasti diinginkan yang halal, bukan yang haram.Ulama Hanafiyah membolehkan memakan kelelawar, sedangkan ulama Malikiyah menyatakan makruh. Yang menyatakan haram memakan kelelawar adalah ulama Hambali dan Syafiiyah. Pendapat yang tepat dalam masalah ini, kelelawar haram dimakan karena dilarang untuk dibunuh sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut ini. Dari Abdullah bin Amru, ia berkata, Janganlah kalian membunuh katak, karena suaranya adalah tasbiih. Jangan kalian pula membunuh kelelawar, karena ketika BaitulMaqdis roboh ia berkata Wahai Rabb, berikanlah kekuasaan padaku atas lautan hingga aku dapat menenggelamkan mereka HR. Al Baihaqi dalam AlKubraa 9 318 dan AshShughraa 8 293 no. 3907, dan AlMarifah hal. 456. Al Baihaqi berkata bahwa sanad hadits ini shahihImam Nawawi rahimahullah berkata, Kelelawar itu haram secara mutlak. Ar Rofii menyatakan bahwa mengenai hukum masalah ini ada khilaf perselisihan di antara para ulama Al Majmu, 9 22Dalam Al Mughni 11 66 disebutkan, . , .Imam Ahmad ditanya mengenai orang yang makan kelelawar dan ditanyakan pula mengenai khuthof sejenis kelelawar. Imam Ahmad menjawab, Saya tidak tahu mengenai hukumnya. An Nakhoi mengatakan, Setiap burung itu halal kecuali kelelawar. Kelelawar diharamkan karena khobits kotor, orang Arab menganggapnya demikian dan tidak memakannya. Allah Taala berfirman, Dan diharamkan bagi mereka segala yang khobits buruk QS. AlAraf 157.Penulis Aunul Mabud 10 252 mengatakan, Segala hewan yang dilarang untuk dibunuh disebabkan karena dua alasan. Pertama, karena hewan tersebut adalah terhormat seperti semut dan lebah, pen sebagaimana manusia. Kedua, boleh jadi pula karena alasan daging hewan tersebut haram untuk dimakan seperti pada burung Shurod, burung Hudhud dan semacamnya.Wallaahu alam. Wallahu waliyyut taufiq was sadaad. Ummul Hamam, Riyadh, KSA, 9 Shofar 1433 Hwww.rumaysho.com |
Hukum Tarawih Sendirian | https://konsultasisyariah.com/25070-hukum-tarawih-sendirian.html | Assalaamu’alaikum, Ustadz mau nanya nih, saya karyawan shift malam, pada saat ramadhan saay tidak dapat mengikuti sholat terawih berjamaah, boleh tidak saya sholat terawih sendiri pada waktu jam istirahat (jam 12 malam)? dan kalau boleh bagaimana tata caranya ? terimakasih Dari Saddam Jawaban: Wa ‘alaikumus salam Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du, Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa melakukan qiyam Ramadhan (beribadah di malam ramadhan) karena iman dan mencari pahala, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari 37 dan Muslim 759) Dan para ulama menjelaskan, bahwa shalat tarawih termasuk qiyam ramadhan, mengisi malam ramadhan dengan ibadah. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan janji yang besar, berupa ampunan dosa. Karena itulah, shalat tarawih termasuk shalat sunah muakkad (shalat sunah yang sangat ditekankan). Para ulama menegaskan bahwa shalat tarawih boleh dikerjakan sendirian. Karena bukan syarat sahnya shalat tarawih, harus dikerjakan berjamaah. An-Nawawi mengatakan, … Shalat tarawih adalah sunah dengan sepakat ulama… boleh dikerjakan sendirian atau berjamaah. (al-Majmu, 4/31). Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memotivasi agar shalat tarawih dikerjakan berjamaah. Dalam hadis dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, bahwa ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat hingga pertengahan malam, sebagian sahabat minta agar beliau memperlama hingga akhir malam. Kemudian beliau menyebutkan keutamaan shalat tarawih berjamaah, “Barangsiapa yang shalat tarawih berjamaah bersama imam hingga selesai, maka dia mendapat pahala shalat tahajud semalam suntuk.” (HR. Nasai 1605, Ibn Majah 1327 dan dishahihkan Al-Albani). Allahu akbar, shalat tarawih berjamaah bersama imama sampai selesai, pahalanya seperti shalat semalam suntuk. Yang itu hampir tidak mungkin pernah kita kerjakan. Karena itulah, mayoritas ulama mengatakan, lebih utama mengerjakan shalat tarawih secara berjamaah. Kita simak penjelasan as-Syaukani dalam Nailul Authar, : Ulama berbeda pendapat, mana yang afdhal, shalat tarawih sendirian ataukah berjamaah di . As-Syafii dan mayoritas ulama madzhabnya, Abu Hanifah, Ahmad, sebagian Malikiyah dan yang lainnya berpendapat, yang lebih afdhal dikerjakan berjamaah. Sebagaimana yang dikerjakan Umar bin Khatab dan para sahabat Radhiyallahu ‘anhum. Dan itu turun-temurun dipraktekkan kaum muslimin. Karena termasuk bagian dari syiar yang lahir. Kemudian as-Syaukani menyebutkan pendapat kedua, : : Sementara Imam Malik, Abu Yusuf, sebagian syafiiyah, serta ulama lainnya berpendapat, shalat tarawih sendirian di rumah lebih utama. Berdasarkan hadis Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Shalat yang paling utama adalah shalat yang dikerjakan seseorang di rumahnya, kecuali shalat wajib.” (Nailul Authar, 3/59). Dan kita bisa menilai, pendapat mayoritas ulama lebih kuat dalam hal ini. Mengingat adanya motivasi khusus dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk mengerjakannya berjamaah di . Di beberapa beberapa tempat di indonesia, ada yang shalat tarawihnya sangat ngebut. Mungkin karena mengerjar target jumlah rakaat yang banyak. Yang unik, di rakaat kedua selalu membaca surat al-ikhlas. Rukuk, al, sujud dan duduk diantara dua sujud, sering jadi korban. Karena dikerjakan tidak thumakninah. Suatu ketika, Rasulullah melihat orang shalat yang tidak menyempurnakan rukuknya dan seperti mematuk ketika sujud. Kemudian beliau bersabda, “Tahukah kamu orang ini. Siapa yang meninggal dengan keadaan (shalatnya) seperti ini maka dia mati di atas selain agama Muhammad. Dia mematuk dalam shalatnya sebagaimana burung gagak mematuk darah.” (HR. Ibnu Khuzaimah 665 dan dihasankan al-Albani). Jika anda menjumpai semacam ini, sebaiknya ditinggalkan, bisa mencari yang lain atau shalat sendiri di rumah. Dari pada anda tarawih dengan model shalat yang sangat tidak berkualitas. Kesimpulan dari keterangan di atas, Shalat tarawih boleh dikerjakan di rumah atau di selain , baik sendirian atau berjamaah bersama keluarga. Jika memungkinkan, shalat tarawih dikerjakan berjamaah bersama imam , lebih utama. Karena bernilai pahala seperti shalat semalam suntuk Jika pelaksanaan shalat tarawih di sekitar kita tidak berkualitas, dan tidak ada pilihan lain, maka sebaiknya shalat tarawih di rumah sendirian atau bersama keluarga, dengan berusaha menjaga kualitas shalat Allahu a’lam. Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina ) Anda bisa membaca artikel ini melalui aplikasi Tanya Ustadz untuk . Download Sekarang !! didukung oleh Zahir Accounting Software Akuntansi Terbaik di Indonesia. Dukung dengan menjadi SPONSOR dan DONATUR. SPONSOR hubungi: 081 326 333 328 DONASI hubungi: 087 882 888 727 Donasi dapat disalurkan ke rekening: 4564807232 (BCA) / 7051601496 (Syariah Mandiri) / 1370006372474 (Mandiri). a.n. Hendri Syahrial | Assalaamualaikum, Ustadz mau nanya nih, saya karyawan shift malam, pada saat ramadhan saay tidak dapat mengikuti sholat terawih berjamaah, boleh tidak saya sholat terawih sendiri pada waktu jam istirahat jam 12 malam dan kalau boleh bagaimana tata caranya terimakasih Dari Saddam Jawaban Wa alaikumus salam Bismillah was shalatu was salamu ala Rasulillah, amma badu, Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Barangsiapa melakukan qiyam Ramadhan beribadah di malam ramadhan karena iman dan mencari pahala, maka dosadosanya yang telah lalu akan diampuni. Nabi Shallallahu alaihi wa sallam memberikan janji yang besar, berupa ampunan dosa. Dalam hadis dari Abu Dzar radhiyallahu anhu, bahwa ketika Nabi shallallahu alaihi wa sallam shalat hingga pertengahan malam, sebagian sahabat minta agar beliau memperlama hingga akhir malam. Nasai 1605, Ibn Majah 1327 dan dishahihkan AlAlbani. Yang itu hampir tidak mungkin pernah kita kerjakan. Karena itulah, mayoritas ulama mengatakan, lebih utama mengerjakan shalat tarawih secara berjamaah. Sebagaimana yang dikerjakan Umar bin Khatab dan para sahabat Radhiyallahu anhum. Dan itu turuntemurun dipraktekkan kaum muslimin. Karena termasuk bagian dari syiar yang lahir. Berdasarkan hadis Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, Shalat yang paling utama adalah shalat yang dikerjakan seseorang di rumahnya, kecuali shalat wajib. Dan kita bisa menilai, pendapat mayoritas ulama lebih kuat dalam hal ini. Di beberapa beberapa tempat di indonesia, ada yang shalat tarawihnya sangat ngebut. Mungkin karena mengerjar target jumlah rakaat yang banyak. Yang unik, di rakaat kedua selalu membaca surat alikhlas. Rukuk, al, sujud dan duduk diantara dua sujud, sering jadi korban. Suatu ketika, Rasulullah melihat orang shalat yang tidak menyempurnakan rukuknya dan seperti mematuk ketika sujud. Kemudian beliau bersabda, Tahukah kamu orang ini. Siapa yang meninggal dengan keadaan shalatnya seperti ini maka dia mati di atas selain agama Muhammad. Dia mematuk dalam shalatnya sebagaimana burung gagak mematuk darah. Jika anda menjumpai semacam ini, sebaiknya ditinggalkan, bisa mencari yang lain atau shalat sendiri di rumah. Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits Dewan Pembina Anda bisa membaca artikel ini melalui aplikasi Tanya Ustadz untuk . Download Sekarang didukung oleh Zahir Accounting Software Akuntansi Terbaik di Indonesia. Dukung dengan menjadi SPONSOR dan DONATUR. SPONSOR hubungi 081 326 333 328 DONASI hubungi 087 882 888 727 Donasi dapat disalurkan ke rekening 4564807232 BCA 7051601496 Syariah Mandiri 1370006372474 Mandiri. |
Perlakuan Islam Pada 4 Wanita Istimewa | https://bimbinganislam.com/perlakuan-islam-pada-4-wanita-istimewa/ | Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan pembahasan perlakuan islam pada 4 wanita istimewa. Selamat membaca. Pertanyaan: Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Afwan ustadz, ana mau bertanya. Apakah benar bahwa kewajiban seorang laki-laki itu terhadap 4 wanita (ibu, saudari perempuan, istri dan anak perempuan)? Jika benar sejauh mana kewajiban atas 4 wanita tersebut? Barakallahu fiik, jazaakallahu khair atas jawabannya. (Ditanyakan oleh Sahabat BIAS via Instagram Bimbingan Islam) Jawaban: Waalaikumussalam Warahmatullah Wabarakatuh Dalam ajaran Islam yang mulia, kaum wanita hidup dengan penuh kemuliaan. Wanita terus mendapatkan penghargaan dan dihargai serta dimuliakan semenjak pertama kali dia terlahir ke bumi. Mereka dimuliakan dalam semua fase kehidupan yang mereka lalui, baik ketika ia sebagai seorang anak, ibu, istri, saudari, atau bibi. Kaum wanita pada semua fase kehidupannya selalu dimuliakan dan diberikan hak-hak khusus oleh Islam. 1. Wanita Sebagai Anak Saat seorang wanita sebagai seorang anak, Islam menyerukan agar berbuat baik padanya, memperhatikan pendidikan dan pengasuhannya, agar dia menjadi wanita shalihah yang menjaga kehormatannya. Islam juga mencela perbuatan kaum jahiliyah yang telah mengubur anak-anak perempuan mereka hidup-hidup dan perbuatan orang-orang yang membenci kehadiran mereka. Allh Azza wa Jalla berfirman: Kepunyaan Allh-lah kerajaan langit dan bumi, Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki, atau Dia menganugerahkan kedua jenis laki-laki dan perempuan (kepada siapa) yang dikehendaki-Nya, dan Dia menjadikan mandul siapa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa. (QS. as-Syra/42: 49-50). Dalam musnad Imam ahmad bin Hambal rahimahullah, dari Rasul Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam, beliau Shallallahu alaihi wasallam pernah bersabda : Barangsiapa memiliki anak perempuan dan dia tidak menguburnya hidup-hidup, tidak pula dia hinakan, dan tidak lebih mengutamakan anak laki-laki darinya, maka Allh akan memasukkannya kedalam surga. (HR. Ahmad, 1/223) 2. Wanita Sebagai Ibu Agama Islam menyeru manusia agar memuliakan kaum wanita dengan penghormatan dan pemuliaan khusus ketika dia menjadi seorang ibu. Pemuliaan dan penghormatan itu dengan cara berbakti kepadanya, berbuat baik kepadanya, mendoakannya, dan menghindari segala hal yang bisa menyakitinya serta bergaul dengan cara yang lebih dibandingkan cara kita bergaul dengan teman atau sahabat, Allh Azza wa Jalla berfirman: Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya. Ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: Ya Rabbku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri. (QS. al-Ahqf/46: 15) 3. Wanita Sebagai Istri Islam juga menyeru kepada umat manusia untuk memuliakan wanita dalam statusnya sebagai istri. Pemuliaan itu dilakukan dengan memberikannya hak-hak yang agung atas suaminya sebagaimana juga dia memiliki kewajiban-kewajiban terhadap suaminya. Diantara hak istri dalam Islam ialah mendapatkan perlakuan baik dari suaminya, juga mendapatkan perlakuan baik dalam hal makanan, minumam, dan pakaian. Istri juga berhak mendapatkan perlakuan yang lembut dari suami, dimuliakan, serta seorang suami harus bersabar dalam menyikapi istri. Dalam syariat Islam sebaik-baik manusia adalah orang yang paling baik perlakuannya untuk keluarganya. Termasuk hak seorang istri dalam Islam adalah berhak mendapatkan pembelajaran tentang agamanya yaitu Islam, berhak juga mendapatkan penjagaan fisik dan agamanya. Salah satu ayat al-Qurn yang paling lengkap mencakup hak-hak istri yaitu firman Allh Azza wa Jalla : Dan bergaullah dengan mereka secara patut (QS. an-Nis/4 :19) Dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu anhu, dia berkata, Rasulullah bersabda : Berwasiatlah (berbuat baiklah kalian) kepada para wanita dengan baik, sesungguhnya mereka diciptakan dari tulang rusuk (yang bengkok). Dan yang paling bengkok dari tulang rusuk adalah tulang rusuk teratas. Apabila kamu meluruskannya kamu akan mematahkannya, namun pabila kamu diamkan dia akan semkin bengkok, maka berlaku baiklah padanya. (HR. Bukhri, no. 3331 dan Muslim, no. 1468). 4. Wanita Sebagai Saudari dan Bibi Ajaran Islam yang mulia juga menyeru umatnya agar memuliakan wanita dalam statusnya sebagai saudara perempuan dan bibi. Pemuliaan ini diwujudkan dengan menyambung silaturahmi, berbuat baik kepada mereka, memahami dan mengetahui hak-hak mereka. Orang yang melakukan ini, akan mendapatkan pahala yang besar dari Allh Azza wa Jalla . Dari al-Mikdam bin Madi Karib radhiyallahu anhu, beliau radhiyallahu anhu pernah mendengar Raslullh Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Sesungguhnya Allah mewasiatkan kepada kalian ibu-ibu kalian, kemudian ibu-ibu kalian, kemudian Allh mewasiatkan kepada kalian bapak-bapak kalian, kemudian keluarga yang paling dekat dengan kalian dan baru keluarga yang dekat. (HR. Bukhri dalam al-Adabul Mufrad, no. 60 dan Ibnu Majah, no. 3661). Wallahu Taala Alam. Referensi: Ringkasan dari al-Jmi lil Buhts war Rasil, oleh Syaikh Abdurrazaq bin Abdulmuhsin, hal. 528-534. Dijawab dengan ringkas oleh: Ustadz Fadly Gugul S.Ag. Selasa, 21 Rajab 1443 H/ 22 Februari 2022 M Ustadz Fadly Gugul S.Ag. Beliau adalah Alumni STDI Imam Syafii Jember (ilmu hadits), Dewan konsultasi Bimbingan Islam Untuk melihat artikel lengkap dari Ustadz Fadly Gugul klik disini | Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan pembahasan perlakuan islam pada 4 wanita istimewa. Pertanyaan Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Wanita terus mendapatkan penghargaan dan dihargai serta dimuliakan semenjak pertama kali dia terlahir ke bumi. Mereka dimuliakan dalam semua fase kehidupan yang mereka lalui, baik ketika ia sebagai seorang anak, ibu, istri, saudari, atau bibi. Wanita Sebagai Anak Saat seorang wanita sebagai seorang anak, Islam menyerukan agar berbuat baik padanya, memperhatikan pendidikan dan pengasuhannya, agar dia menjadi wanita shalihah yang menjaga kehormatannya. Islam juga mencela perbuatan kaum jahiliyah yang telah mengubur anakanak perempuan mereka hiduphidup dan perbuatan orangorang yang membenci kehadiran mereka. Allh Azza wa Jalla berfirman Kepunyaan Allhlah kerajaan langit dan bumi, Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dia memberikan anakanak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anakanak lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki, atau Dia menganugerahkan kedua jenis lakilaki dan perempuan kepada siapa yang dikehendakiNya, dan Dia menjadikan mandul siapa yang Dia kehendaki. Dalam musnad Imam ahmad bin Hambal rahimahullah, dari Rasul Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam, beliau Shallallahu alaihi wasallam pernah bersabda Barangsiapa memiliki anak perempuan dan dia tidak menguburnya hiduphidup, tidak pula dia hinakan, dan tidak lebih mengutamakan anak lakilaki darinya, maka Allh akan memasukkannya kedalam surga. Pemuliaan dan penghormatan itu dengan cara berbakti kepadanya, berbuat baik kepadanya, mendoakannya, dan menghindari segala hal yang bisa menyakitinya serta bergaul dengan cara yang lebih dibandingkan cara kita bergaul dengan teman atau sahabat, Allh Azza wa Jalla berfirman Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya. Ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah pula. Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa Ya Rabbku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai berilah kebaikan kepadaku dengan memberi kebaikan kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orangorang yang berserah diri. Wanita Sebagai Istri Islam juga menyeru kepada umat manusia untuk memuliakan wanita dalam statusnya sebagai istri. Pemuliaan itu dilakukan dengan memberikannya hakhak yang agung atas suaminya sebagaimana juga dia memiliki kewajibankewajiban terhadap suaminya. Diantara hak istri dalam Islam ialah mendapatkan perlakuan baik dari suaminya, juga mendapatkan perlakuan baik dalam hal makanan, minumam, dan pakaian. Dalam syariat Islam sebaikbaik manusia adalah orang yang paling baik perlakuannya untuk keluarganya. Salah satu ayat alQurn yang paling lengkap mencakup hakhak istri yaitu firman Allh Azza wa Jalla Dan bergaullah dengan mereka secara patut QS. anNis4 19 Dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu anhu, dia berkata, Rasulullah bersabda Berwasiatlah berbuat baiklah kalian kepada para wanita dengan baik, sesungguhnya mereka diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok. Dan yang paling bengkok dari tulang rusuk adalah tulang rusuk teratas. Apabila kamu meluruskannya kamu akan mematahkannya, namun pabila kamu diamkan dia akan semkin bengkok, maka berlaku baiklah padanya. Pemuliaan ini diwujudkan dengan menyambung silaturahmi, berbuat baik kepada mereka, memahami dan mengetahui hakhak mereka. Orang yang melakukan ini, akan mendapatkan pahala yang besar dari Allh Azza wa Jalla . Dari alMikdam bin Madi Karib radhiyallahu anhu, beliau radhiyallahu anhu pernah mendengar Raslullh Shallallahu alaihi wa sallam bersabda Sesungguhnya Allah mewasiatkan kepada kalian ibuibu kalian, kemudian ibuibu kalian, kemudian Allh mewasiatkan kepada kalian bapakbapak kalian, kemudian keluarga yang paling dekat dengan kalian dan baru keluarga yang dekat. Referensi Ringkasan dari alJmi lil Buhts war Rasil, oleh Syaikh Abdurrazaq bin Abdulmuhsin, hal. Beliau adalah Alumni STDI Imam Syafii Jember ilmu hadits, Dewan konsultasi Bimbingan Islam Untuk melihat artikel lengkap dari Ustadz Fadly Gugul klik disini |
Hadis tentang Umat Islam Akhir Zaman | https://www.laduni.id/post/read/58857/hadist-tentang-umat-islam-akhir-zaman.html | PERTANYAAN : Assalamu'alaikum. Mau nanya ada yang tau hadis yang menyatakan bahwa suatu saat umat islam akan seperti makanan dimeja makan. Soalnya saya merasa saat ini hadis itu menjadi kenyataan. Terimakasih. JAWABAN : Wa'alaikum salaam. Berikut teks haditsnya : Rasulullah SAW bersabda: Akan tiba suatu masa nanti umat Islam ini akan diperebutkan seperti makanan yang ada di meja makan, sehingga sahabat yang mendengar menjadi kaget dan bertanya ya Rasulullah Apakah nanti kita merupakan umat yang sedikit wahai Rasulullah sampai diperebutkan seperti itu? Kemudian Rasulullah mengatakan tidak, justru kalian nanti mayoritas, tetapi kalian itu tidak ubahnya seperti buih di lautan. Allah cabut dari dada musuh musuh kalian rasa takut kepada kalian dan ditimpakan ke dalam dada-dada kalian, kemudian di dalam dada-dada kalian akan ada satu penyakit yaitu Al-wahhan, kemudian sahabat bertanya apakah Al-Wahhan itu? Rasulullah mengatakan Wahhan adalah cinta dunia dan takut mati. Inilah penyakit yang berbahaya pada hari ini. Wallohu a'lam. Selengkapnya dalam kitab 'Aunul Ma'bud : 4297 : 1 . ( ) : ( ) : ( ) : : . : . . : ( ) : ( ) : ( ) : [ : 316 ] ( ) : ( ) : ( ) : ( ) : ( ) : ( ) : ( ) : . : ( ) : . : : Sumber: Pustaka Ilmu Sunni Salafiyah | PERTANYAAN Assalamualaikum. Mau nanya ada yang tau hadis yang menyatakan bahwa suatu saat umat islam akan seperti makanan dimeja makan. Soalnya saya merasa saat ini hadis itu menjadi kenyataan. Terimakasih. JAWABAN Waalaikum salaam. Berikut teks haditsnya Rasulullah SAW bersabda Akan tiba suatu masa nanti umat Islam ini akan diperebutkan seperti makanan yang ada di meja makan, sehingga sahabat yang mendengar menjadi kaget dan bertanya ya Rasulullah Apakah nanti kita merupakan umat yang sedikit wahai Rasulullah sampai diperebutkan seperti itu Kemudian Rasulullah mengatakan tidak, justru kalian nanti mayoritas, tetapi kalian itu tidak ubahnya seperti buih di lautan. Allah cabut dari dada musuh musuh kalian rasa takut kepada kalian dan ditimpakan ke dalam dadadada kalian, kemudian di dalam dadadada kalian akan ada satu penyakit yaitu Alwahhan, kemudian sahabat bertanya apakah AlWahhan itu Rasulullah mengatakan Wahhan adalah cinta dunia dan takut mati. Inilah penyakit yang berbahaya pada hari ini. Wallohu alam. Selengkapnya dalam kitab Aunul Mabud 4297 1 . . . . 316 . . Sumber Pustaka Ilmu Sunni Salafiyah |
4110. BACAAN SHODAQOLLOHUL'ADHIIM | https://www.piss-ktb.com/2015/04/4110-bacaan-shodaqollohuladhiim.html | PERTANYAAN: Yahya Muhammad AL Madani Assalamu'alaikum... Sering mendngar org selesai bc al quran d tutp dgn bcaan ada ibroh tntang it ga? JAWABAN: >> Mas Hamzah wa'alaikum salam... .- kitab tafsir al qurtuby (1/42) termasuk sebagian dari menghormati al qur'an adalah ketika selesai membaca al qur'an agar membenarkan Rabnya, dan bersaksi atas telah tersampaikannya al qur'an bagi utusan-Nya shollallohu alaihi wasalam.maka dia mengucapkan : " maha benar Engkau wahai Rab kami dan Engkau telah menyampaikan utusan-Mu dan kami atas hal itu termasuk orang2 yg bersaksi , Yaa Allah semoga engkau jadikan kami termasuk saksi2 yang benar. "kemudian berdoa dengan doa2 lainnya. - - : ; ; - kitab nihayatul muhtaj hasiyah syibro malisi (5/60) Seandainya dia berkata Shadaqallahul Azhim saat membaca bagian dari Al Quran,berkata Imam Ramli maka itu tidak memudharatkan (tidak mengapa). - kitab fathul mannan hal 4 : . Dianjurkan bagi pembaca Al Quran, jika telah selesai hendaknya dia membenarkan Tuhannya, dan bersaksi atas tabligh yang dilakukan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, dan bersaksi bahwa itu adalah kebenaran, maka hendaknya membaca: Shadaqallahul Azhim, Wa balagha rasuluhul karim, wa nahnu ala dzalika minasy syahidin >> Abdullah Afif teks lengkapnya disini : ... ALUKAH.NET ======== nambah ta'bir dari: 1. Kitab Nawaadiril Ushuul, Lil Hakim Attirmidzi, juz 3 halaman 168 : ......diantara memuliakan Al Quran hendaknya ketika selesai membaca Al Quran, orang tsb agar membenarkan Rabbnya...seraya berkata: SHADAQTA RABBANAA (maha benar Engkau wahai Rabb kami)........ 2. Kitab Ihya` 'Ulumiddin juz 1 halaman 287: : hendaklah ketika usai membaca Al Quran supaya mengucapkan SHADAQALLAAHU TA'AALAA ....... Dalam Syarahnya (al Ithaaf juz 4 halaman 524) : ( ) ( ) ( ) ( ) Al Hafizh Ibn Katsier dalam kitab Al Bidaayah wa An Nihaayah juz 13 halaman 119 menyebutkan kalimat SHADAQALLAAHUL 'AZHIEM setelah beliau mengutip ayat Al Quran. Berikut tesknya: . wallaahu a'lam (ummi) LINK DISKUSI: | PERTANYAAN Yahya Muhammad AL Madani Assalamualaikum Sering mendngar org selesai bc al quran d tutp dgn bcaan ada ibroh tntang it ga JAWABAN Mas Hamzah waalaikum salam . kitab tafsir al qurtuby 142 termasuk sebagian dari menghormati al quran adalah ketika selesai membaca al quran agar membenarkan Rabnya, dan bersaksi atas telah tersampaikannya al quran bagi utusanNya shollallohu alaihi wasalam.maka dia mengucapkan maha benar Engkau wahai Rab kami dan Engkau telah menyampaikan utusanMu dan kami atas hal itu termasuk orang2 yg bersaksi , Yaa Allah semoga engkau jadikan kami termasuk saksi2 yang benar. kemudian berdoa dengan doa2 lainnya. kitab nihayatul muhtaj hasiyah syibro malisi 560 Seandainya dia berkata Shadaqallahul Azhim saat membaca bagian dari Al Quran,berkata Imam Ramli maka itu tidak memudharatkan tidak mengapa. kitab fathul mannan hal 4 . Dianjurkan bagi pembaca Al Quran, jika telah selesai hendaknya dia membenarkan Tuhannya, dan bersaksi atas tabligh yang dilakukan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, dan bersaksi bahwa itu adalah kebenaran, maka hendaknya membaca Shadaqallahul Azhim, Wa balagha rasuluhul karim, wa nahnu ala dzalika minasy syahidin Abdullah Afif teks lengkapnya disini ALUKAH.NET nambah tabir dari 1. Kitab Nawaadiril Ushuul, Lil Hakim Attirmidzi, juz 3 halaman 168 diantara memuliakan Al Quran hendaknya ketika selesai membaca Al Quran, orang tsb agar membenarkan Rabbnyaseraya berkata SHADAQTA RABBANAA maha benar Engkau wahai Rabb kami 2. Kitab Ihya Ulumiddin juz 1 halaman 287 hendaklah ketika usai membaca Al Quran supaya mengucapkan SHADAQALLAAHU TAAALAA Dalam Syarahnya al Ithaaf juz 4 halaman 524 Al Hafizh Ibn Katsier dalam kitab Al Bidaayah wa An Nihaayah juz 13 halaman 119 menyebutkan kalimat SHADAQALLAAHUL AZHIEM setelah beliau mengutip ayat Al Quran. Berikut tesknya . wallaahu alam ummi LINK DISKUSI |
Doa Agar Tak Diganggu Setan Saat Shalat | https://bincangsyariah.com/zikir-dan-doa/gangguan-setan-dalam-shalat/ | Ketika kita shalat, kadang berseliweran pikiran-pikiran yang bermacam-macam sehingga kita tidak khusyuk. Ini tentu sangat mengganggu dan kadang susah untuk dihilangkan. Hal itu terjadi karena diganggu setan. Karena itu, agar setan tidak mengganggu saat kita shalat, kita dianjurkan membaca doa berikut; Robbi auudzubika min hamadzaatisy syayathiin wa auudzubika robbi ayyahdhuruun. Ya Tuhanku, aku berlindung kepada Engkau dari bisikan-bisikan setan. Dan aku berlindung (pula) kepada Engkau, Ya Tuhanku, dari kedatangan mereka kepadaku. Doa berdasarkan hadis riwayat Imam Muslim dari Utsman bin Abi Al-Ash, dia berkata; : : Wahai Rasulullah, setan telah menghalangi antara aku dan shalatku serta mengacaukan bacaanku. Maka Rasulullah Saw bersabda; Itu adalah setan yang disebut dengan Khanzab. Jika engkau merasakan sesuatu (gangguan), maka bacalah taawwudz dan meniuplah ke kiri tiga kali. Utsman mengatakan; Aku pun melakukan itu, dan Allah pun menghilangkan was-was setan dariku. | Ketika kita shalat, kadang berseliweran pikiranpikiran yang bermacammacam sehingga kita tidak khusyuk. Ini tentu sangat mengganggu dan kadang susah untuk dihilangkan. Hal itu terjadi karena diganggu setan. Karena itu, agar setan tidak mengganggu saat kita shalat, kita dianjurkan membaca doa berikut Robbi auudzubika min hamadzaatisy syayathiin wa auudzubika robbi ayyahdhuruun. Ya Tuhanku, aku berlindung kepada Engkau dari bisikanbisikan setan. Dan aku berlindung pula kepada Engkau, Ya Tuhanku, dari kedatangan mereka kepadaku. Doa berdasarkan hadis riwayat Imam Muslim dari Utsman bin Abi AlAsh, dia berkata Wahai Rasulullah, setan telah menghalangi antara aku dan shalatku serta mengacaukan bacaanku. Maka Rasulullah Saw bersabda Itu adalah setan yang disebut dengan Khanzab. Jika engkau merasakan sesuatu gangguan, maka bacalah taawwudz dan meniuplah ke kiri tiga kali. Utsman mengatakan Aku pun melakukan itu, dan Allah pun menghilangkan waswas setan dariku. |
Kisah Teladan dari Para Ulama Hebat di Bulan Ramadan (Bag. 2) | https://muslim.or.id/74426-kisah-teladan-dari-para-ulama-hebat-di-bulan-ramadan-bag-2.html | Daftar Isi Baca pembahasan sebelumnya Kisah Teladan dari Para Ulama Hebat di Bulan Ramadan (Bag. 1) Rasulullah shallallahu alaihi wasallam adalah orang yang paling dermawan. Beliau lebih dermawan lagi di bulan Ramadan saat beliau bertemu Jibril. Jibril menemuinya setiap malam untuk mengajarkan Al-Quran. Di saat itu kedermawanan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam melebihi angin yang berhembus. (HR. Bukhari, dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma) Nabi shallallahu alaihi wasallam juga pernah bersabda, Sedekah yang paling utama adalah sedekah di bulan Ramadan. (HR. Tirmidzi, dari Anas bin Malik) Zaid bin Aslam meriwayatkan kisah dari ayahnya, Aku mendengar Umar bin Khattab radhiyallahu anhu berkata, Rasulullah memerintah kami untuk bersedekah. Kebetulan ketika itu aku sedang ada harta. Aku bergumam, Hari ini aku akan bisa mengalahkan Abu Bakr. Ketika itu, aku sedekahkan setengah hartaku. Berapa yang kamu sisakan untuk keluargamu? tanya Rasulullah. Aku jawab, Sejumlah yang saya sedekahkan ini, ya Rasulullah. Tak berselang lama Abu Bakr datang, ternyata dia menyedekahkan semua harta yang beliau miliki. Berapa yang kamu sisakan untuk keluargamu? tanya Rasulullah kepada Abu Bakr. Aku sisakan untuk mereka Allah dan Rasul-Nya, jawab Abu Bakr. Aku kemudian berkata kepada Abu Bakr, Aku tidak akan pernah bisa mengalahkanmu dalam amal saleh. Dari Thalhah bin Yahya bin Thalhah, dia bercerita, Nenekku Sadi binti Auf Al-Mariyah -istri dari sahabat Thalhah bin Ubaidillah- bercerita kepadaku. Suatu hari Thalhah menemuiku dalam keadaan gelisah. Aku bertanya, Apa gerangan yang membuatmu gelisah? Apa yang bisa saya bantu? Tidak ada. jawab Thalhah. Tapi kamu adalah istri orang yang muslim, lanjutnya. Aku bertanya kembali, Apa yang sedang kamu alami? Hartaku makin banyak dan menyusahkanku, kata Thalhah. Oh tidak mengapa, dibagi saja harta itu, sambutku. Lalu, harta itu pun aku bagi–bagi sampai hanya tersisa 1 dirham. Thalhah bin Yahya (perawi kisah) berkata, Aku kemudian bertanya kepada berdaharanya Thalhah, Berapa duitnya ketika itu? Dia menjawab, 400.000 dirham. Sedekah di bulan Ramadan tentu lebih istimewa. Maka, segeralah lakukan. Tunaikan semampu anda. Berikut ini jenis sedekah yang prioritas dilakukan di bulan Ramadan: Pertama, memberi makan orang yang membutuhkan. Allah Taala telah memotivasi kita melakukan amal ini, ﴿﴾ ﴿﴾ ﴿﴾ ﴿﴾ Penduduk surga itu di dunia gemar memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. (8) Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih. (9) Sesungguhnya kami takut akan (azab) Tuhan kami pada suatu hari yang (di hari itu) orang-orang bermuka masam penuh kesulitan. (10) Maka, Tuhan memelihara mereka dari kesusahan hari itu, dan memberikan kepada mereka kejernihan (wajah) dan kegembiraan hati. (11) Dan Dia memberi balasan kepada mereka karena kesabaran mereka (dengan) surga dan (pakaian) sutera. (QS. Al-Insan: 8-12) Para Salafush Shalih sangat semangat dalam beramal sosial yang mereka niatkan ibadah dengan berbagi makanan kepada orang yang membutuhkan. Bahkan, sering kali mereka mengedepankan amalan ini dari banyak ibadah. Baik dengan cara membantu orang yang kelaparan atau sekedar berbagi makanan dengan rekan-rekan yang saleh. Karena ibadah memberi makan tidak disyaratkan hanya kepada fakir miskin saja. Ibadah yang disebutkan dalam sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam, Wahai manusia, sebarkan salam, berikanlah makan, sambung silaturahmi dan salat malamlah ketika manusia tidur. Maka, Engkau pun akan masuk surga dengan penuh keselamatan. (HR. Tirmidzi, dinilai sahih oleh Al-Albani) Sebagian ulama mengatakan, Aku mengundang sepuluh temanku untuk makan makanan yang mereka sukai, itu lebih aku sukai daripada membebaskan sepuluh budak dari keturunan Nabi Ismail. Banyak pula ulama salaf yang membatalkan puasa sunahnya saat diundang makan. Seperti Abdullah bin Umar radhiyallahu anhuma, Dawud At-Thai, Malik bin Dinar, dan Ahmad bin Hambal. Ibnu Umar tidak berbuka puasa, kecuali bersama anak-anak yatim dan orang-orang miskin. Ada pula ulama salaf yang menyuguhkan makanan kepada rekan-rekannya, padahal dia sedang sendiri puasa. Dia duduk menemani makan dan menuangkan minuman kepada para tamu. Contohnya seperti Hasan Al-Basri dan Abdullah bin Mubarak. Abu Suwar Al-Adawi berkabar, Masyarakat Bani Adi salat magrib di masjid ini. Mereka tidak pernah berbuka puasa sendirian. Di saat ada orang yang bisa mereka ajak buka bersama, barulah mereka makan. Jika tidak ada, maka mereka bawa makanan ke masjid, kemudian berbuka bersama dengan para jemaah masjid. Ada banyak ibadah yang terkandung di dalam ibadah berupa berbagi makanan. Di antaranya menumbuhkan kasih sayang pada saudara anda yang Anda beri makanan. Amalan seperti ini bisa memasukkan Anda ke surga. Sebagaimana dikabarkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, Kalian tidak akan masuk surga sampai kalian beriman. Dan tidak akan menjadi orang mukmin, kecuali kalian saling mencintai. (HR. HR. Muslim) Kedua, memberi makan buka untuk orang yang puasa, Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda, Barangsiapa yang memberi makan buka puasa orang yang berpuasa, maka ia mendapatkan semisal pahala orang yang puasa itu tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun. (HR. Ahmad, An-Nasai, dinilai sahih oleh Al-Albani) Kami akan paparkan dua keadaan terkait para salaf bersama Al-Quran: Pertama, mereka banyak membaca Al-Quran. Kedua, mudah menangis saat membaca atau mendengarkan ayat Al-Quran. Karena khusyuknya hati mereka serta tunduk kepada Allah yang Mahamulia. Bulan Ramadan adalah bulan Al-Quran (Syahrul Quran). Sebuah momen yang tepat bagi seorang muslim untuk memperbanyak bacaan Al-Quran di bulan ini. Para pendahulu kita (Salafus Shalih) adalah teladan dalam membaca Al-Quran. Berikut ini teladan yang dapat diambil. Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam menyimakkan hafalan Al-Quran beliau kepada malaikat Jibril di bulan Ramadan. Utsman bin Affan radhiyallahu anhu ketika bulan Ramadan mengkhatamkan Al-Quran sekali dalam sehari. Sebagian salafush shalih mengkhatamkan Al-Quran di dalam salat malam Ramadan selama tiga hari. Ada pula yang mengkhatamkan sepekan sekali. Ada yang khatam sepuluh hari sekali. Mereka membaca Al-Quran baik ketika salat maupun di luar salat. Imam Syafii rahimahullah kalau bulan Ramadan khatam Al-Quran enam puluh kali. Itu yang beliau baca di luar salat. Qotadah rahimahullah biasa menghatamkan Al-Quran sepekan sekali. Namun, untuk bulan Ramadan, beliau menghatamkannya dalam tiga hari. Saat sepuluh hari terakhir, beliau khatamkan dalam satu malam. Az-Zuhri rahimahullah apabila tiba Ramadan, beliau meliburkan aktivitas membaca hadis dan bermajlis dengan para ulama. Beliau habiskan waktu untuk membaca Al-Quran pada mushaf. Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah apabila masuk bulan Ramadan, beliau meliburkan semua ibadah, kemudian beliau fokuskan semua waktu untuk membaca Al-Quran. Ibnu Rajab rahimahullah telah menjawabnya, Sesungguhnya riwayat yang menerangkan larangan mengkhatamkan Al-Quran kurang dari tiga hari hanya berlaku jika dilakukan terus menerus. Namun, pada waktu-waktu mulia seperti bulan Ramadan, lebih-lebih di malam-malam yang terdapat lailatul qadr, atau di tempat-tempat mulia seperti Mekah bagi pengunjung yang tidak menetap di sana, dianjurkan untuk memperbanyak bacaan Al-Quran. Dalam rangka optimalisasi waktu dan tempat yang mulia. Inilah pendapat Ahmad bin Hambal, Ishaq, dan para imam lainnya. (Lathaiful Maarif, hal. 171) Melantunkan ayat-ayat Al-Quran dengan syahdu layaknya syair, namun tanpa tadabur, bukan termasuk petunjuk dari Salafus Shalih. Mereka itu orang-orang yang mudah tersentuh dengan ayat Al-Quran. Berikut kisah mereka: Baca Juga: Dua Masalah Terkait Niat Puasa di Bulan Ramadhan Sahabat Ibnu Masud radhiyallahu anhu pernah menceritakan, Rasulullah pernah memintaku, Tolong bacakan ayat Al-Quran kepadaku. Aku jawab, ! Bagaimana mungkin, ya Rasulullah? Aku membaca Al-Quran kepadamu padahal Al-Quran diturunkan pada Anda? Aku senang mendengar bacaan Al-Quran dari selainku, jawab Nabi. : { } : « » . . Saya lalu membacakan ayat dalam surah An-Nisa. Saat sampai pada ayat ini (yang artinya), Bagaimanakah jika Kami datangkan kepada setiap umat seorang saksi dan Engkau Kami jadikan saksi atas umat ini? (QS. An-Nisa 42). Setelah itu beliau bersabda, Cukup … cukup. Saya menoleh ke arah beliau. Ternyata, beliau bercucuran air mata. (Muttafaq alaih) Al-Baihaqi rahimahullah menukil sebuah riwayat dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu. Beliau berkisah, Di saat turun ayat ﴿﴾ ﴿﴾ Apa kamu merasa heran kepada kabar ini? Kamu mentertawakan dan tidak menangis?! (QS. An-Najm: 59-60) para Ahlu Sufah ketika itu menangis, sampai air mata menetes dari dagu mereka. Ketika Rasulullah mendengar tangisan Ahlu Sufah ketika itu, beliau pun ikut menangis. Kami pun menangis melihat Rasulullah menangis. Lalu Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, Orang yang menangis karena takut kepada Allah, tak akan disentuh oleh api neraka. Baca Juga: Status Orang yang Meninggalkan Puasa Ramadhan Ketika Ibnu Umar radhiyallahu anhu membaca surat Al-Muthaffifin sampai pada ayat, Hari kebangkitan adalah hari ketika manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam. Beliau menangis sampai jatuh tersungkur, sampai tak mampu melanjutkan bacaan. Dari Muzahim bin Zufar, beliau menceritakan, Kami pernah salat magrib bersama Sufyan As-Tsauri rahimahullah. Di saat beliau membaca ayat Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan. (QS. Al-Fatihah: 5) beliau menangis sampai tak sanggup melanjutkan ayat. Kemudian beliau mengulang lagi dari Alhamdu… Dari Ibrahim bin Al-Asyats, beliau berkisah, Pada suatu malam aku mendengar Fudhail membaca surah Muhammad. Beliau menangis mengulang-ulang ayat ini, Sungguh Kami benar-benar akan menguji kalian agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kalian, dan agar Kami mengabarkan (baik buruknya) hal ihwalmu. (QS. Muhammad: 31) Beliau selalu mengulang kalimat ayat Wa nabluwa akh-baarokum.. (Kami menguji (baik buruknya) hal ihwalmu). Engkau akan menguji ihwal kami?! Bila Engkau menguji baik buruknya hal ihwal kami, sungguh aib kami akan tampak, menjadi tersingkaplah yang tertutupi dari kami. Jika Engkau menguji keadaan kami, sungguh kami bisa binasa dan Engkau akan mengazab kami, lanjut beliau. Kemudian beliau menangis. [Bersambung] Baca Juga: *** Penulis: Ahmad Anshori, Lc. Artikel: www.muslim.or.id | Daftar Isi Baca pembahasan sebelumnya Kisah Teladan dari Para Ulama Hebat di Bulan Ramadan Bag. 1 Rasulullah shallallahu alaihi wasallam adalah orang yang paling dermawan. Ketika itu, aku sedekahkan setengah hartaku. Berapa yang kamu sisakan untuk keluargamu tanya Rasulullah. Aku sisakan untuk mereka Allah dan RasulNya, jawab Abu Bakr. Dari Thalhah bin Yahya bin Thalhah, dia bercerita, Nenekku Sadi binti Auf AlMariyah istri dari sahabat Thalhah bin Ubaidillah bercerita kepadaku. Aku bertanya, Apa gerangan yang membuatmu gelisah Apa yang bisa saya bantu Tidak ada. Sedekah di bulan Ramadan tentu lebih istimewa. 8 Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula ucapan terima kasih. 10 Maka, Tuhan memelihara mereka dari kesusahan hari itu, dan memberikan kepada mereka kejernihan wajah dan kegembiraan hati. Banyak pula ulama salaf yang membatalkan puasa sunahnya saat diundang makan. Ada pula ulama salaf yang menyuguhkan makanan kepada rekanrekannya, padahal dia sedang sendiri puasa. Abu Suwar AlAdawi berkabar, Masyarakat Bani Adi salat magrib di masjid ini. Di saat ada orang yang bisa mereka ajak buka bersama, barulah mereka makan. Ada banyak ibadah yang terkandung di dalam ibadah berupa berbagi makanan. Amalan seperti ini bisa memasukkan Anda ke surga. Ahmad, AnNasai, dinilai sahih oleh AlAlbani Kami akan paparkan dua keadaan terkait para salaf bersama AlQuran Pertama, mereka banyak membaca AlQuran. Utsman bin Affan radhiyallahu anhu ketika bulan Ramadan mengkhatamkan AlQuran sekali dalam sehari. Ada pula yang mengkhatamkan sepekan sekali. Ibnu Rajab rahimahullah telah menjawabnya, Sesungguhnya riwayat yang menerangkan larangan mengkhatamkan AlQuran kurang dari tiga hari hanya berlaku jika dilakukan terus menerus. Inilah pendapat Ahmad bin Hambal, Ishaq, dan para imam lainnya. Berikut kisah mereka Baca Juga Dua Masalah Terkait Niat Puasa di Bulan Ramadhan Sahabat Ibnu Masud radhiyallahu anhu pernah menceritakan, Rasulullah pernah memintaku, Tolong bacakan ayat AlQuran kepadaku. Ketika Rasulullah mendengar tangisan Ahlu Sufah ketika itu, beliau pun ikut menangis. AlFatihah 5 beliau menangis sampai tak sanggup melanjutkan ayat. Kemudian beliau mengulang lagi dari Alhamdu Dari Ibrahim bin AlAsyats, beliau berkisah, Pada suatu malam aku mendengar Fudhail membaca surah Muhammad. Jika Engkau menguji keadaan kami, sungguh kami bisa binasa dan Engkau akan mengazab kami, lanjut beliau. |
15 Cara Menghadapi Orang Tua yang Egois Menurut Islam | https://dalamislam.com/akhlaq/amalan-shaleh/cara-menghadapi-orang-tua-yang-egois-menurut-islam | Tak bisa dipungkiri bahwa terkadang hubungan anak dan orang tua berjalan tidak baik. Adakalanya, kita sebagai anak merasa orang tua bersikap egois. Seolah tidak peduli dengan kemauan kita. Contohnya saja, masalah pernikahan. Orang tua memaksakan kita untuk menikah dengan orang pilihannya hanya karena harta, dan tahtah. Padahal kita sudah memiliki calon sendiri, namun sayangnya orang tua malah menolak. Nah, kalau sudah begini kira-kira apa yang harus dilakukan?Sebenarnya ada banyak contoh dimana orang tua terkadang bersikap tidak sesuai dengan kemauan anaknya. Lalu bagaimana islam memandang hal tersebut? Berikut ini kami sajikan cara-cara menghadapi orang tua yang egois menurut islam. Berbicara dengan sopanKetika kita menghadapi sifat orang tua yang egois, maka kita tidak boleh membalasnya dengan perbuatan yang sama. Cara terbaik adalah membicarakannya dengan sopan dan tutur kata yang halus. Islam mengajarkan untuk bersikap baik terhadap orang tua. Sekalipun orang tuanya yang berbuat salah. Terkecuali bila orang tua menyuruh berbuat syirik maka kita wajib menolak. Namun ingat, harus bicara lembut ya!Allah Ta’ala berfirman dalam Al-Quran:“Dan Rabb-mu telah memerintahkan supaya kamu tidak menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu-bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’, janganlah kamu membentak mereka, dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.”(QS. Al-Isra’ ayat 23)Bersikap sabarSelanjutnya, kita harus bersikap sabar. Sekalipun perbuatan orang tua menyakiti hati dan membuat kita menangis tetap saja kita tidak boleh marah-marah. Cobalah untuk bersabar. Tentu saja, bersabar bukanlah hal mudah. Namun apabila kita mampu melakukannya maka Allah Ta’ala akan memberikan pahala yang besar. Sebaigamana firman-Nya:“Dan, orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan, mereka itulah orang-orang yang benar (imannya), dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa”. (Al-Baqarah : 177)“Dan, sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan”. (An-Nahl : 96)“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiaga-siaga (diperbatasan negerimu) dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu beruntung.” (QS. Al-Imran: 200) “Tetapi orang yang bersabar dan memaafkan sesungguhnya (perbuatan) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan.” (QS. Asy-Syuura: 43).Menasehati dengan tutur kata yang lembutJika memang orang tua bersikap egois untuk hal yang tidak diridhoi oleh Allah Ta’ala, maka sikap kita adalah menasehatinya dengan lembut. Mengucapkan tutur kata yang baik dan jangan bersikap sok tau. Lakukan saja layaknya sharing. Bagaimanapun juga kewajiban seorang anak adalah menghormati orang tua. Jadi tidak dibenarkan apabila kita bersikap seolah lebih pintar. Dengarkan saja pendapatnya. Kemudian kita juga turut menyampaikan pendapat. Seperti itu saja. Menuruti kemauan orang tuaOrang tua bersikap egois untuk beberapa alasan. Kita perlu memperhatikan penyebabnya terlebih dahulu sebelum mengambil sikap. Apabila kemauannya tidak merugikan dan tidak bertentangan dengan syariat agama, maka sebaiknya pertimbangan lagi. Ingatlah, bahwa orang tua pasti ingin yang terbaik bagi anak-anaknya. Walaupun menurut pandangan kita kurang cocok tapi cobalah menerimanya dengan ikhlas. InsyaAllah diridhoi oleh Sang Maha Kuasa.Jangan menyakiti perasaan orang tuaCara menghadapi orang tua yang egois menurut islam haruslah dengan cara yang baik. Tidak boleh menyakiti ataupun menyinggung perasaan orang tua. Sebab perbuatan tersebut termasuk durhaka pada orang tua. Dan perlu kalian tahu, durhaka adalah dosa yang besar.“Maukah aku beritahukan kepadamu sebesar-besar dosa yang paling besar, tiga kali (beliau ulangi). Sahabat berkata, ‘Baiklah, ya Rasulullah’. Bersabda Nabi: Menyekutukan Allah dan durhaka kepada kedua orang tua serta camkanlah dan saksi palsu dan perkataan bohong”. Maka Nabi selalu megulangi, ‘Dan persaksian palsu’ sehingga kami berkata, ‘semoga Nabi diam.” (HR.Bukhari dan Muslim).Jauhi perdebatanSebisa mungkin hindari perdebatan. Tidak baik berdebat dengan orang tua sebab bisa memicu keluarnya ucapan yang kasar. Jika memang tidak setuju maka cukup berbicara lembut atau diam saja.“Ada tiga jenis orang yang diharamkan Allah masuk surga, yaitu pemabuk berat, pendurhaka terhadap kedua orang tua, dan seorang dayyuts (merelakan kejahatan berlaku dalam keluarganya, merelakan istri dan anak perempuan selingkuh).” (HR. Nasa’i dan Ahmad).Ajak orang tua mengikuti kajianApabila kita memang tidak mampu memberikan nasehat yang baik pada orang tua, maka cobalah mengajak orang tua mengikuti kajian atau majelis ilmu. Hal ini dapat membantu membuka wawasan orang tua. Namun ingat, untuk cara mengajaknya sebaiknya secara baik-baik. Jika memang orang tua tidak mau atau tidak sempat karena terlalu sibuk, kita bisa menunjukkan video agama kepada orang tua. Tunjukkan bahwa agama islam itu bersifat toleran dan memiliki batas-batas yang jelas antara haram dan halal.Memberikan hadiahTidak ada salahnya sesekali kita memberikan orang tua oleh-oleh atau buah tangan. Cara ini juga bisa membantu meruntuhkan sikap orang tua yang egois. Tidak perlu membeli sesuatu yang mahal. Kita bisa memilih suatu benda yang disukai orang tua kita, misalnya baju koko atau cangkir. Atau juga bisa membuat hadiah handmade agar hati orang tua lebih tersentuh, misalnya syal rajut, kerajinan tangan bingkai foto, dan sebagainya.Diam, namun tidak mendiamkanCara menghadapi orang tua yang egois menurut islam berikutnya adalah dengan diam. Bersikap diam bukan berarti mendiamkan ya. Cuma kita tidak perlu berbantah-batahan dengan orang tua. Daripada menjawab omongan ornag tua dengan kata-kata kasar, alangkah baiknya jika kita diam saja. Namun demikian kita tidak boleh mendiamkan orang tua. Jika orang tua mengajak berbicara ya kita harus menyahut. Yang terpenting jangan sampai berbuat durhaka.Dalam hadist dijelaskan:“Allah tidak akan menerima shalat orang yang dibenci kedua orang tuanya yang tidak menganiaya kepadanya.” (HR. Abu Al-Hasan bin Makruf)“Ada tiga golongan yang Allah tidak menerima (amal kebajikannya) dari yang sunnah maupun yang fardhu, yaitu durhaka kepada orang tua, ornag yang suka mengungkit-ungkit kebaikannya, dan ornag yang mendustakan takdir.” (HR. Thabrani)Memberikan dalil-dalil tentang agamaCara selanjutnya coba dengan memberikan dalil-dalil tentang agama kepada orang tua, misalnya ayat Al-Quran atau Al-hadist. Jika kita tidak mampu berbicara secara langsung, kita bisa mengirim dalil tersebut lewat pesan di ponsel, misalnya melalui whatsapp. Tak masalah jikapun orang tua tidak mau yang membaca atau memahaminya. Yang terpenting, kita sudah berusaha sebaik mungkin tanpa menyakiti hatinya. Membalas dengan perbuatan baikApi yang panas hanya mampu dipadamkan dengan air yang dingin. Begitupun dengan perbuatan jahat. Kejahatan tidak harus dibalas dengan kejahatan. Akan lebih mulia jika kita membalas perbuatan jelek dengan kebaikan. Apabila orang tua bersikap buruk kepaada kita maka janganlah kita buruk juga kepada mereka. Cobalah membalas dengan kebaikan. Dengan begitu, mungkin saja egonya akan runtuh sebab melihat ketulusan hati kita.TersenyumTersenyum adalah salah satu perbuatan yang bernilai ibadah. Tersenyum dapat membuat hati orang yang memandangnya jadi senang dan sejuk. Tersenyum juga bisa memadamkan amarah. Maka itu, tidak ada salahnya jika kita mencoba memberikan senyum tulus kepada orang tua, sekalipun mereka telah menyakiti hati kita.Mengajak orang tua berliburDaripada harus marah-marah, lebih baik tunjukkan sikap tulusmu dengan mengajak orang tua berlibur. Tidak perlu ke tempat yang mewah. Kita bisa berpegian ke tempat-tempat yang sejuk dan damai, misalnya pengunungan atau taman bunga. Nantinya, disanalah kita bisa membicarakan segala hal dengan baik. Ketahuilah bahwa suasana yang tenang bisa merubah kondisi hati. Jadi tak ada salahnya kita mencoba cara ini. Iya, kan?Pililah waktu yang tepat untuk berdiskusiTerkadang perbedaan pendapat bisa diatasi jika kedua belah pihak mampu berdiskusi secara baik-baik dan terbuka. Nah, untuk melakukan diskusi tentu kita harus memilih waktu yang tepat. Jangan sampai orang tua baru pulang kerja kita langsung mengajaknya diskusi. Ini malah menimbulkan masalah. Pilih waktu disaat orang tua sedang santai. Kamu bisa membuat kue, menyuguhkannya lalu ajaklah orang tua berdiskusi dengan bahasa santai namun tetap hormati pendapatnya.DidoakanSudah menjadi kewajiban seorang anak untuk mendoakan orang tuanya. Kapapun, dimanapun dan dalam situasi bagaimanapun. Kita wajib berdoa yang baik-baik untuk orang tua. Begitupun saat orang tua bersikap egois dan tidak mau mengakui kesalahannya. Cukup doakan saja. Dengan begitu, Allah akan membantu mencarikan jalan keluar yang terbaik.Satu hal yang perlu kita ingat, jangan sampai kita durhaka pada orang tua. Perbuatan durhaka tidak hanya membuat kita sengsara di dunia tapi juga menghancurkan kita di kubur dan akhirat. Bahkan amalan ibadah kita tidak akan diterima oleh Allah Ta’ala jika kita mendurhakai orang tua.“Semua dosa itu azabnya ditunda oleh Allah SWT. sampai hari kiamat, kecuali orang yang durhaka kepada orang tuanya. Sesungguhnya Allah akan mempercepat azab kepadanya; dan Allah akan menambah umur seorang hamba jika ia berbuat baik kepada ibu bapaknya, bahkan Allah akan menambah kebaikan kepada siapa saja yang berbuat baik kepada ibu bapaknya serta memberi nafkah kepada mereka, jika diperlukan.” (H.R. Ibnu Majah)Demikianlah penjelasan mengenai cara menghadapi orang tua yang egois menurut islam. Semoga bermanfaat dan dapat membantu. | Tak bisa dipungkiri bahwa terkadang hubungan anak dan orang tua berjalan tidak baik. Cara terbaik adalah membicarakannya dengan sopan dan tutur kata yang halus. Namun ingat, harus bicara lembut yaAllah Taala berfirman dalam AlQuranDan Rabbmu telah memerintahkan supaya kamu tidak menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibubapakmu dengan sebaikbaiknya. Sebaigamana firmanNyaDan, orangorang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan, mereka itulah orangorang yang benar imannya, dan mereka itulah orangorang yang bertaqwa. AlBaqarah 177Dan, sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orangorang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan. Bagaimanapun juga kewajiban seorang anak adalah menghormati orang tua. Jadi tidak dibenarkan apabila kita bersikap seolah lebih pintar. Kemudian kita juga turut menyampaikan pendapat. Kita perlu memperhatikan penyebabnya terlebih dahulu sebelum mengambil sikap. Jangan menyakiti perasaan orang tuaCara menghadapi orang tua yang egois menurut islam haruslah dengan cara yang baik. Sebab perbuatan tersebut termasuk durhaka pada orang tua. Dan perlu kalian tahu, durhaka adalah dosa yang besar. Hal ini dapat membantu membuka wawasan orang tua. Tunjukkan bahwa agama islam itu bersifat toleran dan memiliki batasbatas yang jelas antara haram dan halal. Memberikan hadiahTidak ada salahnya sesekali kita memberikan orang tua oleholeh atau buah tangan. Bersikap diam bukan berarti mendiamkan ya. Cuma kita tidak perlu berbantahbatahan dengan orang tua. Daripada menjawab omongan ornag tua dengan katakata kasar, alangkah baiknya jika kita diam saja. Yang terpenting, kita sudah berusaha sebaik mungkin tanpa menyakiti hatinya. Akan lebih mulia jika kita membalas perbuatan jelek dengan kebaikan. Apabila orang tua bersikap buruk kepaada kita maka janganlah kita buruk juga kepada mereka. Tersenyum dapat membuat hati orang yang memandangnya jadi senang dan sejuk. Maka itu, tidak ada salahnya jika kita mencoba memberikan senyum tulus kepada orang tua, sekalipun mereka telah menyakiti hati kita. Kita bisa berpegian ke tempattempat yang sejuk dan damai, misalnya pengunungan atau taman bunga. Jadi tak ada salahnya kita mencoba cara ini. Iya, kanPililah waktu yang tepat untuk berdiskusiTerkadang perbedaan pendapat bisa diatasi jika kedua belah pihak mampu berdiskusi secara baikbaik dan terbuka. |
Abdurrahman bin Auf, Bukti Nyata Keberkahan di Dunia | https://suaraislam.id/abdurrahman-bin-auf-bukti-nyata-keberkahan-di-dunia/ | “Hidup indah bila mencari berkah” Lirik lagu Wali yang sempat hit beberapa tahun lalu terlintas di benakku. Di lagu itu disebutkan bahwa sebanyak apapun harta yang kita punya, itu tidak akan membuat bahagia jika tidak berkah. Ya, berkah. Kata-kata yang sering kudengar dari orang-orang di sekitarku saat ini. Di berbagai kesempatan, aku temukan ucapan penuh makna itu, singkat namun berarti tak singkat. Barakallahu Fiik. Dulu, kukira kalimat itu hanya pemanis percakapan, terucap sekadar sebagai formalitas. Dan waktu mulai menjelaskan banyak hal. Kalimat itu ternyata lebih dari sekadar basa-basi, bahkan ia adalah salah satu doa yang dicontohkan Baginda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Kata berkah berasal dari bahasa Arab barakah yang berarti nikmat (Kamus Al-Munawwir, 1997:78) atau namaa’ wa ziyadah yang artinya berkembang dan bertambah. Sedangkan menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), berkah artinya karunia Tuhan yang mendatangkan kebaikan bagi kehidupan manusia. Berkah ternyata tak terbatas sebagai rezeki, karena dengan adanya keberkahan mucul kebahagiaan. Kita terlalu disibukkan di dunia dengan berbagai target dan pencapaian, sehingga terkadang lupa bahwa sebenarnya kita hanya butuh sepercik saja dari guyuran rezeki yang mengalir deras. Betapa banyak orang dengan harta seadanya, namun kebahagiannya melimpah. Dan betapa banyak orang yang hidup dalam gelimang harta bak penguasa dunia, namun sayangnya hatinya hampa. Semua tak berarti apa-apa. Setiap yang melihat memang memuja. Namun, sejatinya tak ada yang membuatnya bahagia. Alangkah mulianya jika harta yang dimiliki adalah harta yang berkah. Adalah seorang sahabat Rasulullah yang begitu mengagumkan perjalanan hidupnya. Harta bukan sesuatu yang dikejarnya, tapi justru harta yang mengejarnya. Pernahkah kamu mendengar tentang suatu kafilah yang di dalamnya ada hewan yang membawa berbagai barang? Biasanya jika kita mendengar kisah semacam itu, dapat ditebak bahwa kafilah itu kafilah dagang, atau kafilah yang memang sedang berpergian. Dan tahukah kamu? Bahwa 1400 tahun silam, ada suatu rombongan yang memecah lengangnya jalanan kota Madinah, dengan 700 ekor unta yang membawa barang dagangan. Rombongan itu adalah kafilah Abdurrahman bin ‘Auf, sesuatu yang tidak biasa adalah ketika diketahui bahwa rombongan itu adalah sumbangan beliau. Edan, ya? Ketika kita menilik kisah orang-orang terkaya di dunia saat ini, kita dapat melihat betapa berambisinya mereka untuk terus melebarkan sayap kekayaannya di muka bumi ini. Padahal kita merasa mustahil harta itu bisa dihabiskan hingga akhir hayatnya. Tapi begitulah fitrahnya manusia, tak pernah puas. Yang kaya ingin menjadi semakin kaya, tak peduli harta itu mungkin hanya akan jadi rebutan ahli warisnya, bersengketa, dan berakhir dikelola negara. Beda kisahnya dengan ‘Abdurrahman bin ‘Auf dengan hartanya yang penuh berkah justru menginginkan kemiskinan. Menyelisihi fitrah memang. Di saat orang panik karena tak ada uang, beliau malah panik karena tak miskin-miskin. Berbagai cara sudah dilakukannya untuk membuat kekayaan menjauh darinya. Sayangnya, kekayaan begitu mencintainya. Diriwayatkan bahwa setelah perang Tabuk-salah satu peperangan di zaman Rasulullah- usai, kurma-kurma yang ditinggalkan para pedagang di Madinah membusuk dan membuat harganya jatuh tak terkendali. ‘Abdurrahman bin ‘Auf yang mendengar hal tersebut segera mengucurkan hartanya untuk membeli semua kurma busuk itu seharga kurma berkualitas. Jelas para pedagang sangat berterimakasih kepada beliau karena terhindar dari bayang-bayang kerugian, sementara beliau juga sangat berbahagia karena akan segera miskin. Ternyata, di waktu yang bersamaan, datanglah utusan dari Yaman yang mengabarkan bahwa negerinya tertimpa wabah penyakit menular. Uniknya, satu-satunya obat yang dapat menyembuhkan penyakit itu adalah kurma busuk. Tidak ada satupun kurma busuk di Madinah kecuali kurma-kurma yang sudah dibeli ‘Abdurrahman bin ‘Auf. Utusan tersebut akhirnya memborong semua kurma busuk yang ada dengan harga 10 kali lipat. Allahu Akbar! Allah melimpahkan keberkahan yang berlimpah ganda atas harta yang sudah dihabiskannya karena membahagiakan orang lain. Lihatlah, betapa pentingnya keberkahan di dalam hidup ini. Ketika keberkahan sudah menjadi tujuan, akan ada rasa syukur dan sabar atas apa saja yang diterima. Dan seperti kata Wali, hidup akan terasa lebih indah. Tidak hanya keberkahan harta, ada yang namanya keberkahan ilmu, keberkahan kerja, keberkahan waktu, dan lain-lain. Semoga Allah memberikan keberkahan dalam setiap langkah kita. [] Kota Ratu Kidul, 11 Desember 2022 Khairatunnisaa’, Mahasiswi Komunikasi dan Penyiaran Islam STIBA Arraayah Sukabumi. | Hidup indah bila mencari berkah Lirik lagu Wali yang sempat hit beberapa tahun lalu terlintas di benakku. Di lagu itu disebutkan bahwa sebanyak apapun harta yang kita punya, itu tidak akan membuat bahagia jika tidak berkah. Di berbagai kesempatan, aku temukan ucapan penuh makna itu, singkat namun berarti tak singkat. Kata berkah berasal dari bahasa Arab barakah yang berarti nikmat Kamus AlMunawwir, 199778 atau namaa wa ziyadah yang artinya berkembang dan bertambah. Berkah ternyata tak terbatas sebagai rezeki, karena dengan adanya keberkahan mucul kebahagiaan. Betapa banyak orang dengan harta seadanya, namun kebahagiannya melimpah. Namun, sejatinya tak ada yang membuatnya bahagia. Adalah seorang sahabat Rasulullah yang begitu mengagumkan perjalanan hidupnya. Harta bukan sesuatu yang dikejarnya, tapi justru harta yang mengejarnya. Pernahkah kamu mendengar tentang suatu kafilah yang di dalamnya ada hewan yang membawa berbagai barang Biasanya jika kita mendengar kisah semacam itu, dapat ditebak bahwa kafilah itu kafilah dagang, atau kafilah yang memang sedang berpergian. Rombongan itu adalah kafilah Abdurrahman bin Auf, sesuatu yang tidak biasa adalah ketika diketahui bahwa rombongan itu adalah sumbangan beliau. Edan, ya Ketika kita menilik kisah orangorang terkaya di dunia saat ini, kita dapat melihat betapa berambisinya mereka untuk terus melebarkan sayap kekayaannya di muka bumi ini. Padahal kita merasa mustahil harta itu bisa dihabiskan hingga akhir hayatnya. Beda kisahnya dengan Abdurrahman bin Auf dengan hartanya yang penuh berkah justru menginginkan kemiskinan. Di saat orang panik karena tak ada uang, beliau malah panik karena tak miskinmiskin. Diriwayatkan bahwa setelah perang Tabuksalah satu peperangan di zaman Rasulullah usai, kurmakurma yang ditinggalkan para pedagang di Madinah membusuk dan membuat harganya jatuh tak terkendali. Abdurrahman bin Auf yang mendengar hal tersebut segera mengucurkan hartanya untuk membeli semua kurma busuk itu seharga kurma berkualitas. Ternyata, di waktu yang bersamaan, datanglah utusan dari Yaman yang mengabarkan bahwa negerinya tertimpa wabah penyakit menular. Uniknya, satusatunya obat yang dapat menyembuhkan penyakit itu adalah kurma busuk. Utusan tersebut akhirnya memborong semua kurma busuk yang ada dengan harga 10 kali lipat. Dan seperti kata Wali, hidup akan terasa lebih indah. Semoga Allah memberikan keberkahan dalam setiap langkah kita. Kota Ratu Kidul, 11 Desember 2022 Khairatunnisaa, Mahasiswi Komunikasi dan Penyiaran Islam STIBA Arraayah Sukabumi. |
Bolehkah Berkurban Atas Nama Lembaga? | https://bincangsyariah.com/hukum-islam/ubudiyah/bolehkah-berkurban-atas-nama-lembaga/ | BincangSyariah Kurban merupakan di antara ibadah sunah yang dianjurkan bagi orang yang memiliki rezeki berlebih, baik perorangan maupun lembaga. Dalam konteks Indonesia, yang terjadi biasanya sebuah lembaga/perusahaan menyumbangkan hewan kurban kepada masjid atau komunitas masyarakat tertentu. Ini sebagai bentuk kepedulian sosial dari lembaga kepada masyarakat (kepedulian sosial/social responsibility) atau kepada masjid sebagai pengkoordinir ibadah kurban. Contoh lain misalnya sebuah lembaga dan biasanya sekolah dengan alasan untuk mendidik para siswa untuk belajar berkurban melakukan iuran bersama untuk membeli hewan kurban tertentu. Dua contoh di atas memiliki pola yang sama yaitu tidak adanya nama perseorangan yang diatasnamakan hewan kurban. Jika kondisinya seperti ini, apakah hewan kurbannya menjadi sah? Yang perlu diperhatikan adalah bahwa konsep hewan (al-anaam) memiliki ukuran berapa orang yang bisa diatasnamakan untuk seekor hewan. Untuk hewan jenis sapi, kerbau, unta, atau yang setara dengan keduanya bisa digunakan untuk berkurban tujuh orang. Sementara untuk jenis kambing atau domba, maka hanya untuk satu orang. Kedua ukuran ini berdasarkan riwayat dari hadis Nabi saw. dalam riwayat Imam Muslim, Kami keluar bersama Rasulullah saw. dalam kondisi beribadah haji. Kemudian, Rasulullah saw. memerintahkan kita untuk berkelompok di setiap unta dan sapi. Setiap tujuh orang dari kita berkurban dengan satu hewan (unta atau sapi). Adapun jika sebuah lembaga bisnis/perusahaan ingin menyalurkan bantuan sosialnya dengan nama hewan kurban, maka solusinya bisa dengan cara menyebutkan orang yang diatasnamakan atas hewan kurban tersebut. Maka, hewan kurban tersebut statusnya menjadi sah. Adapun dalam kasus iuran hewan kurban dengan jumlah orang yang menyumbang lebih dari satu atau tujuh orang. Solusinya hampir mirip dengan kasus yang pertama. Hanya saja, orang yang diatasnamakan tersebut disuruh meniatkan agar pahala berkurbannya diniatkan untuk para penyumbang sebagaimana dijelaskan dalam kitab Bughyatul Mustarsyidin: ) Mazhab Syafii dan kami tidak tahu mazhab lain yang berbeda pendapat (dengan mazhab Syafii), bahwa tidak boleh berkurban dengan kambing atas nama lebih dari satu orang al-Khatib (al-Syirbini), al-Ramli, dan selain keduanya berkata, kalau selain orang yang diatasnamakan tersebut menyertakan pahala hewan kurbannya seperti mengatakan hewan kurban ini (kutujukan) untukku dan untuk fulan dan bagi keluargaku, maka itu boleh dan pahalanya didapat oleh semuanya. Wallahu Alam. | BincangSyariah Kurban merupakan di antara ibadah sunah yang dianjurkan bagi orang yang memiliki rezeki berlebih, baik perorangan maupun lembaga. Dalam konteks Indonesia, yang terjadi biasanya sebuah lembagaperusahaan menyumbangkan hewan kurban kepada masjid atau komunitas masyarakat tertentu. Ini sebagai bentuk kepedulian sosial dari lembaga kepada masyarakat kepedulian sosialsocial responsibility atau kepada masjid sebagai pengkoordinir ibadah kurban. Contoh lain misalnya sebuah lembaga dan biasanya sekolah dengan alasan untuk mendidik para siswa untuk belajar berkurban melakukan iuran bersama untuk membeli hewan kurban tertentu. Dua contoh di atas memiliki pola yang sama yaitu tidak adanya nama perseorangan yang diatasnamakan hewan kurban. Jika kondisinya seperti ini, apakah hewan kurbannya menjadi sah Yang perlu diperhatikan adalah bahwa konsep hewan alanaam memiliki ukuran berapa orang yang bisa diatasnamakan untuk seekor hewan. Untuk hewan jenis sapi, kerbau, unta, atau yang setara dengan keduanya bisa digunakan untuk berkurban tujuh orang. Sementara untuk jenis kambing atau domba, maka hanya untuk satu orang. Kedua ukuran ini berdasarkan riwayat dari hadis Nabi saw. dalam riwayat Imam Muslim, Kami keluar bersama Rasulullah saw. dalam kondisi beribadah haji. Kemudian, Rasulullah saw. memerintahkan kita untuk berkelompok di setiap unta dan sapi. Setiap tujuh orang dari kita berkurban dengan satu hewan unta atau sapi. Adapun jika sebuah lembaga bisnisperusahaan ingin menyalurkan bantuan sosialnya dengan nama hewan kurban, maka solusinya bisa dengan cara menyebutkan orang yang diatasnamakan atas hewan kurban tersebut. Maka, hewan kurban tersebut statusnya menjadi sah. Adapun dalam kasus iuran hewan kurban dengan jumlah orang yang menyumbang lebih dari satu atau tujuh orang. Solusinya hampir mirip dengan kasus yang pertama. Hanya saja, orang yang diatasnamakan tersebut disuruh meniatkan agar pahala berkurbannya diniatkan untuk para penyumbang sebagaimana dijelaskan dalam kitab Bughyatul Mustarsyidin Mazhab Syafii dan kami tidak tahu mazhab lain yang berbeda pendapat dengan mazhab Syafii, bahwa tidak boleh berkurban dengan kambing atas nama lebih dari satu orang alKhatib alSyirbini, alRamli, dan selain keduanya berkata, kalau selain orang yang diatasnamakan tersebut menyertakan pahala hewan kurbannya seperti mengatakan hewan kurban ini kutujukan untukku dan untuk fulan dan bagi keluargaku, maka itu boleh dan pahalanya didapat oleh semuanya. Wallahu Alam. |
Kami telah melempar jumroh pada tanggal 12, kemudian kami keluar dari Mina sebelum matahari terbenam dan kami berniat untuk “muta’ajjil” (bersegera keluar dari Mina), kemudian kami kembali lagi ke Mina pada malam harinya untuk melaksanakan beberapa amalan, maka apakah kami masih berstatus sebagai “muta’ajjil” (bersegera keluar dari Mina) atau kami harus mabit dan melempar jumroh lagi ? | https://islamqa.info/id/answers/45051/jika-orang-yang-bersegera-keluar-dari-mina-kembali-lagi-pada-malam-harinya-maka-apakah-masih-berstatus-sebagai-bersegera-keluar-dari-mina | Alhamdulillah. Bahkan anda masih berstatus sebagai “muta’ajjil” (orang yang bersegera meninggalkan Mina) dan anda tidak lagi harus mabit (bermalam) dan melempar jumroh setelah meninggalkan Mina. Syeikh Muhammad bin Sholeh al Utsaimin pernah ditanya: “Jika jama’ah haji keluar dari Mina sebelum matahari terbenam pada tanggal 12 dengan niat untuk “ta’jjul” (meninggalkan Mina), lalu dia masih mempunyai tanggungan amal di Mina dan mau kembali lagi setelah matahari terbenam, maka apakah masih dianggap sebagai “muta’ajjil” (orang yang bergegas meninggalkan Mina) ?” Beliau menjawab: “Ya, masih dianggap sebagai “muta’ajjil” (orang yang bergegas meninggalkan Mina); karena dia telah menyelesaikan hajinya, dan niat kembali lagi ke Mina karena amalan tertentu tidak menghalangi bergegas meninggalkan Mina; karena dia kembali lagi karena suatu amalan tertentu bukan karena manasik haji. (Al Hajj wal Umrah: Soal nomor: 10). | Alhamdulillah. Bahkan anda masih berstatus sebagai mutaajjil orang yang bersegera meninggalkan Mina dan anda tidak lagi harus mabit bermalam dan melempar jumroh setelah meninggalkan Mina. Syeikh Muhammad bin Sholeh al Utsaimin pernah ditanya Jika jamaah haji keluar dari Mina sebelum matahari terbenam pada tanggal 12 dengan niat untuk tajjul meninggalkan Mina, lalu dia masih mempunyai tanggungan amal di Mina dan mau kembali lagi setelah matahari terbenam, maka apakah masih dianggap sebagai mutaajjil orang yang bergegas meninggalkan Mina Beliau menjawab Ya, masih dianggap sebagai mutaajjil orang yang bergegas meninggalkan Mina karena dia telah menyelesaikan hajinya, dan niat kembali lagi ke Mina karena amalan tertentu tidak menghalangi bergegas meninggalkan Mina karena dia kembali lagi karena suatu amalan tertentu bukan karena manasik haji. Al Hajj wal Umrah Soal nomor 10. |
Hadits Bekam antara Syariat dan Tradisi Arab | https://islam.nu.or.id/ilmu-hadits/hadits-bekam-antara-syariat-dan-tradisi-arab-1OhCj | Nabi Muhammad SAW adalah sumber teladan muslim, semua hal yang bersumber dari beliau dapat dikaji, didiskusikan dan dipraktikkan di tengah komunitas masyarakat muslim di seluruh dunia dengan menyesuaikan kultur yang ada. Termasuk yang menarik dikaji adalah tindak perilaku Nabi Pra Islam, sejauh mana kehujahan perilaku Muhammad SAW sebelum menjadi Nabi dan yang tidak dapat dipungkiri pula adalah Nabi Muhammad SAW hidup di tengah komunitas masyarakat Arab, menjadi bagian dari mereka, tentunya adat istiadat dan kultur yang ada memengaruhi tindak perilaku Nabi SAW. Tidak mungkin rasanya seseorang menghindar dari budaya kultur di sekitar mereka. Nabi datang di tengah-tengah masyarakat yang memiliki budaya dan adat istiadat, maka mau tidak mau Nabi turun dan ikut hadir di tengah-tengah mereka. Prinsipnya dalam Islam, jika budaya itu baik, maka dapat dilanjutkan tradisinya, jika kurang baik maka dihentikan atau diganti dengan yang lebih baik. Maka dapat dikatakan, posisi Nabi selain menjadi bagian masyarakat Arab, beliau juga adalah pembawa risalah sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran Qs. 3: 20, Qs. 5: 92 dan 99, Qs. 13: 40, Qs. 16: 35 dan 82, Qs. 24: 54, Qs. 29: 18, Qs. 36: 17, Qs. 42: 48, dan Qs. 64: 12. Dari sini dapat disimpulkan bahwa Nabi menempati dua dimensi sekaligus, dimensi penyampai wahyu dan dimensi sosial budaya di tengah masyarakat tempat Nabi tinggal. Al-Quran secara gamblang memerintahkan taat kepada Nabi, tanpa rincian lanjutnya Al-Quran juga memberikan otoritas kepada Nabi untuk menerapkan sebuah hukum, segala tindak perilakunya berasal dari wahyu sebagaimana yang ditegaskan dalam Al-Quran. Kendati memiliki otoritas penuh, di sisi lain Nabi juga menginstruksikan agar umatnya dapat memilah mana perkataan darinya yang merupakan wahyu dan mana yang bukan. Sehingga apabila perkataan tersebut bersumber dari wahyu maka harus diikuti, juga sebaliknya. (Ahmad 'Ubaydi Hasbillah, Sirah Nabawiyah dan Demitologisasi Kehidupan Nabi, Journal of Quran and Hadith Studies, vol-1, No. 2, hal 269) Selain membawa risalah, Nabi juga mengajarkan dan menerapkan nilai-nilai Qurani di tengah masyarakat. Segala tindak tutur Nabi, menurut Jayrājpuri bukanlah wahyu yang harus diikuti karena Nabi bukanlah seorang pembuat hukum, melainkan penegak hukum. Pembuat hukum adalah Allah, manifestasinya adalah Al-Quran yang nilai-nilainya akan diaplikasikan di tengah masyarakat. Pengaplikasian tersebut tentunya membutuhkan seorang Rasul yang membimbing penerapan ajaran Al-Quran. Dengan pemahaman seperti ini, maka Nabi dan hadits-haditsnya tidak memiliki otoritas apapun selain dalam kapasitasnya sebagai kepala Negara, pembimbing dan penegak hukum. Konsekuensinya, otoritas hadits berlaku secara temporal dan lokal saja. (Daniel Brown, Rethinking Tradition in Modern Islamic Thought, Cambridge Middle East Studies, 1999, hal. 65) Pemilahan hadits Nabi berimplikasi pada hukum yang lima. Semakin kuat dalil dan dalalahnya maka semakin kuat pula hukum yang diproduksi dari teks hadits tersebut. Jika pemilahan ini sudah berhasil dilakukan, maka akan mudah memosisikan mana yang harus dan tidak harus diikuti. Karena yang berasal dari wahyu, tentu sifatnya mengikat, baik ketat maupun longgar. Lantas bagaimana cara membedakan mana hadits wahyu dan bukan wahyu? Prof. Dr. KH Ali Mustafa Yaqub dalam tulisannya 'Hadits Antara Wahyu dan Budaya' menjelaskan dalam disiplin ilmu hadits, apa yang berasal dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam itu, baik berupa ucapan, perbuatan, penetapan, dan sifat-sifat Nabi, baik sifat fisik maupun sifat non fisik disebut hadits. Para ulama ahli hadits berpendapat bahwa hadits itu sama dengan sunah. Sementara para ahli hukum Islam berpendapat bahwa hadits mencakup empat aspek tadi, sedangkan sunah hanya mencakup 3 aspek, yaitu, ucapan, perbuatan dan penetapan Nabi. Menurut para ahli hukum Islam sifat-sifat Nabi tidak disebut sunah tetapi disebut hadits. Sedangkan Imam as-Syafi’i (W. 204 H.) berpendapat bahwa hadits yang sahih disebut sunah maka bagi Imam as-Syafi’i semua sunah adalah hadits tetapi tidak semua hadits adalah sunah. Perbedaan pandangan ini berangkat dari pemikiran bahwa menurut para ahli hukum Islam yang menjadi sumber syariat hukum Islam adalah sunah, yaitu: ucapan, perbuatan dan penetapan Nabi saw. Sementara menurut para ahli hadits semua yang berasal dari Nabi menjadi sumber ajaran Islam. Dalam hal ini, penegasan pembagian sunah wahyu dan bukan dikelompokkan oleh menjadi dua. Pertama, hadits wahyu, yaitu yang terkait dengan al-ghaibiyāt dan hal yang latar belakangnya tidak dapat dinalar oleh akal. Hal-hal tersebut bersifat permanen dan tidak dapat diubah. Dalam bagian tentunya bagian yang termasuk kelompok awal adalah ibadah. Adapun yang kedua, hadits non-wahyu adalah yang terkait dengan interpretasi Nabi tentang variabel-variabel duniawi, baik dalam politik, perang atau pengurusan harta dan segala sesuatu yang berkaitan dengan pemerintahan negara Islam atau keputusannya tentang perselisihan yang terjadi di antara sahabat, yang merupakan ijtihad berdasarkan dalil-dalil dari para pihak yang berkonflik, semuanya itu bukanlah wahyu. (Lihat Sunnah al-Tasyrī'iyyah wa Gahir al-Tasyrī'iyyah, Kairo: Nahdhah Mishr, 2001, hal 86). Contoh populernya dalam hal ini adalah riwayat tentang penyerbukan kurma di Madinah, di mana beliau menyarankan agar menghentikan pekerjaan mereka mengawinkan kurma karena tidak ada gunanya. Ternyata hasilnya justru lebih buruk dan tidak berbuah. Berita tersebut sampai kepada Nabi, beliau mengatakan, "Apabila hal itu bermanfaat maka lakukan saja. Tadinya saya hanya menduga saja. Janganlah kalian menyalahkan saya karena dugaan tersebut". Dalam kesempatan lain, Nabi berucap, "Kalian lebih mengerti urusan dunia kalian." Ketidaktahuan Nabi dalam memberikan informasi mengenai agrikultur adalah karena kurangnya pengalaman Nabi di bidang ini. Wahyu kala itu tidak ikut campur terkait persoalan ini, karena agrikultur merupakan bagian dari sosial budaya masa itu. Misal lainnya adalah, petunjuk Nabi tentang obat-obatan juga termasuk bagian dari adat dan kebudayaan yang berkembang di tengah masyarakat Arab saat itu. Ia bukan bagian dari sumber wahyu yang memiliki implikasi hukum syariah yang mengikat. Nabi bukanlah seorang tabib. Kendati demikian bukan berarti Nabi sama sekali tidak tahu jenis pengobatan masa itu. Wajar saja orang yang hidup puluhan tahun di tengah masyarakatnya mengetahui jenis pengobatan yang berkembang di sana. Jikalau pengobatan itu berasal dari wahyu, maka mengapa Nabi justru tidak pernah mengobati pasien, malah beliau menganjurkan Sa'ad bin Abī Waqqāsh ketika sedang sakit untuk berobat kepada al-Hāris bin Khalādah, seorang dokter pada masa Nabi. Jika pengobatan berasal dari wahyu, tentunya Nabi akan dibekali dengan pengobatan yang lebih canggih, untuk menunjukkan sisi keistimewaan dan kelebihan pengobatan Nabi atas tabib lain di masa itu. (Ahmad 'Ubaydi Hasbillah, Sirah Nabawiyah dan Demitologisasi Kehidupan Nabi, hal 272). Dr. Ahmad 'Ubaydi Hasbillah dalam jurnalnya menyebutkan riwayat yang menegaskan bahwa pengobatan Nabi bukan berdasarkan wahyu, akan tetapi budaya dan kondisi sosial yang membentuk informasi dan sampai kepada beliau. Berikut teks haditsnya: كان عروة يقول لعائشة: يا أمتاه لا اعجب من فهمك أقول زوجة رسول الله صلى الله عليه و سلم وبنت أبي بكر ولا اعجب من علمك بالشعر وأيام الناس أقول ابنة أبي بكر وكان أعلم الناس أو من أعلم الناس ولكن اعجب من علمك بالطب كيف هو ومن أين هو قال فضربت على منكبه وقالت أي عرية ان رسول الله صلى الله عليه و سلم كان يسقم عند آخر عمره أو في آخر عمره فكانت تقدم عليه وفود العرب من كل وجه فتنعت له الأنعات وكنت أعالجها له فمن ثم Artinya, “Hisyam bin Urwah, Ayahnya Urwah bin al-Zubair pernah bertanya kepada Aisyah, ‘Ibu, aku tidak heran tentang kehebatan pemahamanmu, engkau istri Rasulullah dan putri Abu Bakar. Aku juga tidak heran pula pengetahuanmu tentang syair dan peristiwa-peristiwa bersejarah, karena engkau putri Abu Bakar, orang yang paling banyak ilmunya. Akan tetapi aku heran kepadamu tentang pengetahuanmu dalam hal obat-obatan. Bagaimana engkau bisa mengetahui dan dari mana asalnya?’ Lalu Aisyah menepuk bahu Urwah dan berkata, ‘Dulu, ketika usia Rasulullah telah lanjut, Nabi sakit. Lalu, datang utusan orang-orang Arab dusun (badui) dari berbagai pelosok membesuknya. Mereka menyebutkan beberapa resep obat-obatan kepada Nabi dan dengan resep tersebut aku mengobati Nabi. Dari sanalah aku mengetahuinya,’” (HR Ahmad). Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan tidak ada sama sekali pengobatan fisik yang dianjurkan Nabi yang bersumber dari wahyu. Pun semisalnya ada, seperti riwayat malaikat yang mewasiatkan kepada Nabi agar umatnya melakukan bekam atau pernyataan Nabi tentang keutamaan bekam dari pengobatan lainya adalah sebagai: Pelestarian Nabi terhadap pengobatan tradisional yang kala itu sudah menjadi budaya. Karena budaya yang tidak bertentangan dengan Islam, maka perlu dilanjutkan, bahkan diapresiasi. Pemilahan Nabi akan pengobatan yang terbaik masa itu. Penegasan bahwa Islam adalah agama yang peduli pada kesehatan. Pada simpulannya, perlunya bagi kita memahami pemetaan mana hadits budaya dan wahyu. Membaca sejarah atau sirah nabawiyah sangat berperan membantu kita memahami konteks hadits Nabi yang disabdakan masa itu. Melalui pemahaman yang kompleks mengenai pembagian hadits ini, kita akan menjadi lebih bijak memandang perkembangan yang terjadi dalam setiap peradaban yang lahir dan tumbuh sepanjang masa di mana pun adanya. Wallahu a'lam Ustadz Amien Nurhakim, musyrif Pesantren Luhur Ilmu Hadits Darus-Sunnah dan Mahasiswa Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. | Nabi Muhammad SAW adalah sumber teladan muslim, semua hal yang bersumber dari beliau dapat dikaji, didiskusikan dan dipraktikkan di tengah komunitas masyarakat muslim di seluruh dunia dengan menyesuaikan kultur yang ada. Tidak mungkin rasanya seseorang menghindar dari budaya kultur di sekitar mereka. Prinsipnya dalam Islam, jika budaya itu baik, maka dapat dilanjutkan tradisinya, jika kurang baik maka dihentikan atau diganti dengan yang lebih baik. Dari sini dapat disimpulkan bahwa Nabi menempati dua dimensi sekaligus, dimensi penyampai wahyu dan dimensi sosial budaya di tengah masyarakat tempat Nabi tinggal. AlQuran secara gamblang memerintahkan taat kepada Nabi, tanpa rincian lanjutnya AlQuran juga memberikan otoritas kepada Nabi untuk menerapkan sebuah hukum, segala tindak perilakunya berasal dari wahyu sebagaimana yang ditegaskan dalam AlQuran. Ahmad Ubaydi Hasbillah, Sirah Nabawiyah dan Demitologisasi Kehidupan Nabi, Journal of Quran and Hadith Studies, vol1, No. Segala tindak tutur Nabi, menurut Jayrājpuri bukanlah wahyu yang harus diikuti karena Nabi bukanlah seorang pembuat hukum, melainkan penegak hukum. Jika pemilahan ini sudah berhasil dilakukan, maka akan mudah memosisikan mana yang harus dan tidak harus diikuti. Karena yang berasal dari wahyu, tentu sifatnya mengikat, baik ketat maupun longgar. Para ulama ahli hadits berpendapat bahwa hadits itu sama dengan sunah. Sementara para ahli hukum Islam berpendapat bahwa hadits mencakup empat aspek tadi, sedangkan sunah hanya mencakup 3 aspek, yaitu, ucapan, perbuatan dan penetapan Nabi. Dalam hal ini, penegasan pembagian sunah wahyu dan bukan dikelompokkan oleh menjadi dua. Halhal tersebut bersifat permanen dan tidak dapat diubah. Dalam bagian tentunya bagian yang termasuk kelompok awal adalah ibadah. Lihat Sunnah alTasyrīiyyah wa Gahir alTasyrīiyyah, Kairo Nahdhah Mishr, 2001, hal 86. Contoh populernya dalam hal ini adalah riwayat tentang penyerbukan kurma di Madinah, di mana beliau menyarankan agar menghentikan pekerjaan mereka mengawinkan kurma karena tidak ada gunanya. Ternyata hasilnya justru lebih buruk dan tidak berbuah. Janganlah kalian menyalahkan saya karena dugaan tersebut. Ketidaktahuan Nabi dalam memberikan informasi mengenai agrikultur adalah karena kurangnya pengalaman Nabi di bidang ini. Kendati demikian bukan berarti Nabi sama sekali tidak tahu jenis pengobatan masa itu. Jika pengobatan berasal dari wahyu, tentunya Nabi akan dibekali dengan pengobatan yang lebih canggih, untuk menunjukkan sisi keistimewaan dan kelebihan pengobatan Nabi atas tabib lain di masa itu. Berikut teks haditsnya Artinya, Hisyam bin Urwah, Ayahnya Urwah bin alZubair pernah bertanya kepada Aisyah, Ibu, aku tidak heran tentang kehebatan pemahamanmu, engkau istri Rasulullah dan putri Abu Bakar. Lalu, datang utusan orangorang Arab dusun badui dari berbagai pelosok membesuknya. Dari sanalah aku mengetahuinya, HR Ahmad. Penegasan bahwa Islam adalah agama yang peduli pada kesehatan. Pada simpulannya, perlunya bagi kita memahami pemetaan mana hadits budaya dan wahyu. |
Lamanya Sujud Nabi dalam Shalat Malam | https://rumaysho.com/23133-lamanya-sujud-nabi-dalam-shalat-malam.html | Bagaimana lamanya sujud Nabi kita shallallahu alaihi wa sallam dalam shalat malam?Riyadhus Sholihin karya Imam Nawawi, Kitab Al-Fadhail : – – – – . .Dari Aisyah radhiyallahu anha bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam melakukan shalat sebelas rakaat (yaitu shalat malam). Beliau sujud satu kali sujud untuk shalat tersebut seukuran dengan salah seorang dari kalian membaca Alquran lima puluh ayat, sebelum beliau mengangkat kepalanya. Dan beliau melakukan shalat dua rakaat sebelum shalat Shubuh. Kemudian beliau berbaring di atas sisi tubuhnya yang sebelah kanan sampai datang muazin kepada beliau. (HR. Bukhari) [HR. Bukhari, no. 994] Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, , Muazin adalah yang paling berhak menentukan azan dan imam adalah orang yang paling berhak menentukan iqamah. (HR. Ibnu Adi dan ia mendhaifkannya. Syaikh Abdullah Al-Fauzan berkata bahwa hadits ini dhaif karena adanya Syarik bin Abdullah Al-Qadhi, hafalannya jelek). Al-Baihaqi juga meriwayatkan hadits yang senada dari ucapan Ali radhiyallahu anhu. (Syaikh Abdullah Al-Fauzan menyatakan sanadnya kuat, perawinya tsiqqah). | Bagaimana lamanya sujud Nabi kita shallallahu alaihi wa sallam dalam shalat malamRiyadhus Sholihin karya Imam Nawawi, Kitab AlFadhail . .Dari Aisyah radhiyallahu anha bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam melakukan shalat sebelas rakaat yaitu shalat malam. Beliau sujud satu kali sujud untuk shalat tersebut seukuran dengan salah seorang dari kalian membaca Alquran lima puluh ayat, sebelum beliau mengangkat kepalanya. Dan beliau melakukan shalat dua rakaat sebelum shalat Shubuh. Kemudian beliau berbaring di atas sisi tubuhnya yang sebelah kanan sampai datang muazin kepada beliau. HR. Bukhari HR. Bukhari, no. 994 Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, , Muazin adalah yang paling berhak menentukan azan dan imam adalah orang yang paling berhak menentukan iqamah. HR. Ibnu Adi dan ia mendhaifkannya. Syaikh Abdullah AlFauzan berkata bahwa hadits ini dhaif karena adanya Syarik bin Abdullah AlQadhi, hafalannya jelek. AlBaihaqi juga meriwayatkan hadits yang senada dari ucapan Ali radhiyallahu anhu. Syaikh Abdullah AlFauzan menyatakan sanadnya kuat, perawinya tsiqqah. |
Panduan Singkat Zakat Maal dan Zakat Fitrah | https://rumaysho.com/15929-panduan-singkat-zakat-maal-dan-zakat-fitrah.html | Zakat merupakan bagian dari rukun Islam yang lima, merupakan kewajiban yang sudah ditetapkan bagi yang sudah terpenuhi syarat-syaratnya.Allah Taala berfirman, Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukulah beserta orang-orang yang ruku. (QS. Al-Baqarah: 43)Juga dalam ayat, Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. At-Taubah: 103)Orang yang enggan menunaikan zakat dalam keadaan meyakini wajibnya, ia adalah orang fasik dan akan mendapatkan siksa yang pedih di akhirat. Allah Taala berfirman, Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih, pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu. (QS. At Taubah: 34-35).Perintah menunaikan zakat dalam hadits disebutkan dalam hadits dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma, bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam pernah mengutus Muadz radhiyallahu anhu ke Yaman. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Ajaklah mereka untuk bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah dan aku adalah utusan Allah. Jika mereka menaati itu, beritahukanlah pada mereka bahwa Allah telah mewajibkan kepada mereka shalat lima waktu sehari semalam. Jika mereka menaati itu, beritahukanlah pada mereka bahwa Allah telah mewajibkan kepada mereka zakat yang wajib dari harta mereka diambil dari orang kaya di antara mereka dan disalurkan pada orang miskin di tengah-tengah mereka. (HR. Bukhari, no. 1395 dan Muslim, no. 19) Yang wajib mengeluarkan zakat adalah yang Islam dan merdeka, tidak dipersyaratkan harus baligh dan berakal. Karena orang gila dan anak kecil jika memang memiliki harta yang sudah memenuhi syarat juga tetap dikeluarkan zakatnya.Berkaitan dengan harta yang dikeluarkan, syarat yang harus dipenuhi adalah: (1) harta tersebut dimiliki secara sempurna, (2) harta tersebut adalah harta yang berkembang, (3) harta tersebut telah mencapai nishab, (4) telah mencapai haul (harta tersebut bertahan selama setahun), (5) harta tersebut merupakan kelebihan dari kebutuhan pokok.Beberapa harta yang para ulama sepakat wajib dikenai zakat adalah: Keterangan: Golongan yang berhak menerima zakat (mustahiq) ada 8 golongan sebagaimana telah ditegaskan dalam ayat berikut, Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk [1] orang-orang fakir, [2] orang-orang miskin, [3] amil zakat, [4] para muallaf yang dibujuk hatinya, [5] untuk (memerdekakan) budak, [6] orang-orang yang terlilit utang, [7] untuk jalan Allah dan [8] untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana (QS. At Taubah: 60). Ayat ini dengan jelas menggunakan kata innama yang memberi makna hashr (pembatasan). Ini menunjukkan bahwa zakat hanya diberikan untuk delapan golongan tersebut, tidak untuk yang lainnya.Semoga sajian singkat ini bermanfaat.—Artikel di atas adalah bahan materi Kajian Malam Kamis (rutin 2000 Jamaah), yang tersaji dalam buletin DSDisusun @ Perpus DS, Panggang, Gunungkidul, 11 Ramadhan 1438 HOleh: Muhammad Abduh TuasikalArtikel Rumaysho.Com | Zakat merupakan bagian dari rukun Islam yang lima, merupakan kewajiban yang sudah ditetapkan bagi yang sudah terpenuhi syaratsyaratnya. Allah Taala berfirman, Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukulah beserta orangorang yang ruku. AlBaqarah 43Juga dalam ayat, Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu menjadi ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Allah Taala berfirman, Dan orangorang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, bahwa mereka akan mendapat siksa yang pedih, pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka lalu dikatakan kepada mereka Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang akibat dari apa yang kamu simpan itu. Jika mereka menaati itu, beritahukanlah pada mereka bahwa Allah telah mewajibkan kepada mereka shalat lima waktu sehari semalam. Jika mereka menaati itu, beritahukanlah pada mereka bahwa Allah telah mewajibkan kepada mereka zakat yang wajib dari harta mereka diambil dari orang kaya di antara mereka dan disalurkan pada orang miskin di tengahtengah mereka. 19 Yang wajib mengeluarkan zakat adalah yang Islam dan merdeka, tidak dipersyaratkan harus baligh dan berakal. Ayat ini dengan jelas menggunakan kata innama yang memberi makna hashr pembatasan. Ini menunjukkan bahwa zakat hanya diberikan untuk delapan golongan tersebut, tidak untuk yang lainnya. Artikel di atas adalah bahan materi Kajian Malam Kamis rutin 2000 Jamaah, yang tersaji dalam buletin DSDisusun Perpus DS, Panggang, Gunungkidul, 11 Ramadhan 1438 HOleh Muhammad Abduh TuasikalArtikel Rumaysho. |
12 Cara Melunasi Hutang Dalam Islam yang Paling Mudah Dilakukan | https://dalamislam.com/info-islami/cara-melunasi-hutang-dalam-islam | Cara Melunasi Hutang Dalam Islam merupakan salah satu hal yang sangat dianjurkan. Meskipun dalam syariat islam hutang piutang sendiri merupakan sesuatu yang diperbolehkan , bahkan memberikan pinjaman kepada merekan yang sangat membutuhkan akan dapat mendatangkan pahala tersendiri sebagaimana juga pada . Namun pada kenyataanya banyak orang yang kemudian berhutang namun, tidak memiliki kemamapuan untuk mengembalikannya. Padahal membayar hutang merupakan sebuah kewajiban terutama bagi mereka yang meminjam.Dari Ibnu ‘Umar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang mati dalam keadaan masih memiliki hutang satu dinar atau satu dirham, maka hutang tersebut akan dilunasi dengan kebaikannya (di hari kiamat nanti) karena di sana (di akhirat) tidak ada lagi dinar dan dirham.” (HR. Ibnu Majah no. 2414. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shohih). Ibnu Majah juga membawakan hadits ini pada Bab “Peringatan keras mengenai hutang.” Hadist diatas menegaskan bahwa barang siapa yang memiliki hutang selama hidup di dunia haruslah segera di lunasi. Sebab hal tersebut akan menjadi salah satu kunci utama kemudahan kita ketika berada di kehidupan akhirat seperti pada . sebagimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang ruhnya terpisah dari jasadnya dan dia terbebas dari tiga hal: [1] sombong, [2] ghulul (khianat), dan [3] hutang, maka dia akan masuk surga.” (HR. Ibnu Majah no. 2412. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shohih). Ibnu Majah membawakan hadits ini pada Bab “Peringatan keras mengenai hutang.”Nah tentunya melunasi hutang memilki keutamaan tersendiri. Lalu bagaimanakah cara melunasi hutang yang sesuai menurut syariat islam. Berikut 12 Cara Melunasi Hutang Dalam Islam .NiatNiatkan didalam hati bahwa anda benar benar memiliki niatan untuk segera melunasi dan membayar hutang yang dimiliki. Sebab dari niat inilah Allah akan melihat kesungguhan anda seperti pada . Terkadang ada orang yang bahkan sama sekali tidak berniat membayar hutang yang mereka memiliki dan berdalih serta banyak alasan. Padahal hal yang demikian ini sesuangguhnya akan menyulitkan mereka, jika kita berniat maka insyaallah akan dimudahkan jalnnya. Sebagimana dalam hadist:“Sesungguhnya amal itu tergantung dengan niat”2. Segera Lunasi Hutang Apalagi Jika Hutamg Hutang merupakan salah satu yang lebih baik jika bisa dihindari. Namun sekarang ini kebanyakan orang justru memilih hutang untuk sebuah modal atau untuk mengatasi kekurangan dana. Jika hutang biasa tanpa bunga tidak dipermasalahkan, tetapi jika menggunakan hutang riba maka dilarang. Penerima dan juga pemberi riba tetap merupakan dosa, jadi lebih baik tidak dilanjutkan. Untuk yang memiliki pinjaman riba dan sudah memiliki dana untuk melunasi, akan lebih baik jika disegerakan. Allah SWT tidak menyukai hamba Nya yang menunda-nunda hutang, jadi wajib untuk segera dibayar jika sudah ada kemampuan.Jangan sampai dana yang sudah ada malah digunakan untuk keperluan lain. Jika perlu simpan dana untuk melunasi hutang di tempat yang sulit untuk diambil sehingga tidak tergiur untuk menguranginya. Saat ada dana dan kemampuan untuk terlepas dari riba, segeralah lakukan agar hidup lebih terasa tenteram tanpa bayangan riba.3. Hidup Sederhana Yah, tak bisa dipungkiri bahwa keinginan untuk hidup mewah tentunya akan membuat seseorang tak tanggung-tanggung untuk melakukan transaksi hutang besar-besaran sehingga cenderung untuk terbelit riba. Maka dari itu hiduplah sesuai dengan kebutuhan serta kemampuan yang anda miliki seperti dalam . Buat apa hidup mewah kalau hidup harus menanggung banyak hutang.4. PrihatinPrihatin merupakan bagian dan cara untuk hidup apa adanya. Dengan mensyukuri apa yang dimiliki, sekalipun kita berlebih dalam memiliki harta namun jangan sampai membuat diri kita menjadi menjalani hidup yang berfoya foya. Serta menghambur hamburkan harta yang dimiliki. Hingga pada akhirnya harus berhutang karena harta yang dimiliki tidak cukup akibat sudah di hambur hamburkan. Oleh sebab itu, tanamkan sikap prihatin ini, sehingga meskipun anda memiliki harta banyak namun tetap harus hidup dengan prihatin.5. Jangan Haus Akan DuniawiHarta dan duniawi merupakan hal yang amat menggoda. Banyak manusia yang hanyut dan terlena akan kehidupan duniawi. Sehingga mereka menganggap bahwa hanya ada kehidupan duniawi saja yang ada padahal setelahnya masih ada kehidupan akhirat yang lebih kekal dan abadi. Karenanya mereka hanya memikirkan urusan dunia, harta, jabatan dan tahta saja. Ketika merasa kehidupan dunianya tidak cukup maka mereka akan berisaha mencukupinya dengan berhutang, tentu hal inilah yang akan semakin membuat seseorang terjerumus kedalam hutang sebagimana .6. Berusaha Melunasi HutangJika kita hanya berdiam diri saja maka tentu hutang tidak akan lunas dengan sendirinya. Apakah ada orang yang akan engan sukarela melunasi hutang kita?. Tentu saja tidak, sebab hanya diri kita yang bertanggung jawab atas hutang kita. Karenanya keberadaan hutang harus membuat kita berusaha dan bekerja lebih keras lagi agar tentunya dapat segera melunasi hutang tersebut.7. Menjual Harta Berharga yang DimilikiJangan mempertahankan harta berharga yang dimiliki padahal anda memiliki hutang. Sebaiknya segera jual harta berharga anda agar tentunya anda bisa segera melunasi hutang anda. Dengan demikian maka nantinya anda akan bisa hidup lebih tenang dan nyaman tanpa hutang. Ketimbang harta banyak yapi banyak hutang, mending di jual saja untuk melunasi hutang.8. BerdoaDoa merupakan hal yang wajib dilakukan, selain dari pada berusaha. Sebab dengan doa inilah kita akan senantiasa diberikan kemudahan dan kelancaran dalam berusaha melunasi hutang. Ingat bahwa Allah SWT akan membantu orang yang bersungguh sungguh dalam berusaha namun dengan diimbangi dengan berdoa.9. Perbanyak IstiqfarIslam memang tidak melarang adanya hutang pihutang, namun jika hutang tersebut dalam bentu riba maka hal tersebut akat dilarang. Baik yang memberi ataupun berhutang riba sama sama menanggung dosa dan laknattullah. Oleh sebab itu, selalu mohon ampun kepada Allah SWT, dengan selalu beristiqfar.10. Rubah Gaya HidupSetiap manusia memiliki gaya dan standar hidup masing masing. Namun ada mereka yang malah memiliki penghasilan pas pas an namun malah memiliki gaya hidup dan selera yang tinggi. Pastilah mereka mereka ini yang akan selalu terjebak pada hutang, sebab jika penghasilam tidak mencukupi maka dari mana lagi cara untuk meenuhi standar hidup mereka jika bukan dari berhutang.11. Melepas Diri Dari HutangHutang adalah sesuatu yang akan menjerat dan mengikat oleh sebab itu, tidak ada jalan lain selain dari pada anda melepaskan diri dari jerat hutang. Meskipun sulit dna tak bisa instan, namun tentunya dapat dilakukan dengan pelan pelan, asalkan anda berusaha dan jangan sampai terjerumus kembali jika nanti sudah bisa lepas dari hutang seperti pada .12. BersedekahMemiliki hutang lantas bukan menjadi halangan untuk tetap bersedekah sebab dengan sedekah akan dapat melancarkan rezeki anda. Sehingga tentunya anda akan semakin dimudahkan dalam mencari uang dalam upaya melunasih utang. Jadi jangan lipa untuk tetap menyisibkan penghasilan anda untuk bersedekah seperti pada .Nah, Itulah tadi 12 cara melunasi hutang dalam islam yang paling mudah dilakukan. Semoga bermanfaat. | Cara Melunasi Hutang Dalam Islam merupakan salah satu hal yang sangat dianjurkan. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shohih. Ibnu Majah juga membawakan hadits ini pada Bab Peringatan keras mengenai hutang. sebagimana Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Barangsiapa yang ruhnya terpisah dari jasadnya dan dia terbebas dari tiga hal 1 sombong, 2 ghulul khianat, dan 3 hutang, maka dia akan masuk surga. Sebab dari niat inilah Allah akan melihat kesungguhan anda seperti pada . Terkadang ada orang yang bahkan sama sekali tidak berniat membayar hutang yang mereka memiliki dan berdalih serta banyak alasan. Padahal hal yang demikian ini sesuangguhnya akan menyulitkan mereka, jika kita berniat maka insyaallah akan dimudahkan jalnnya. Segera Lunasi Hutang Apalagi Jika Hutamg Hutang merupakan salah satu yang lebih baik jika bisa dihindari. Jika hutang biasa tanpa bunga tidak dipermasalahkan, tetapi jika menggunakan hutang riba maka dilarang. Penerima dan juga pemberi riba tetap merupakan dosa, jadi lebih baik tidak dilanjutkan. Saat ada dana dan kemampuan untuk terlepas dari riba, segeralah lakukan agar hidup lebih terasa tenteram tanpa bayangan riba.3. Maka dari itu hiduplah sesuai dengan kebutuhan serta kemampuan yang anda miliki seperti dalam . Buat apa hidup mewah kalau hidup harus menanggung banyak hutang.4. PrihatinPrihatin merupakan bagian dan cara untuk hidup apa adanya. Hingga pada akhirnya harus berhutang karena harta yang dimiliki tidak cukup akibat sudah di hambur hamburkan. Jangan Haus Akan DuniawiHarta dan duniawi merupakan hal yang amat menggoda. Sehingga mereka menganggap bahwa hanya ada kehidupan duniawi saja yang ada padahal setelahnya masih ada kehidupan akhirat yang lebih kekal dan abadi. Karenanya mereka hanya memikirkan urusan dunia, harta, jabatan dan tahta saja. Karenanya keberadaan hutang harus membuat kita berusaha dan bekerja lebih keras lagi agar tentunya dapat segera melunasi hutang tersebut.7. Sebaiknya segera jual harta berharga anda agar tentunya anda bisa segera melunasi hutang anda. BerdoaDoa merupakan hal yang wajib dilakukan, selain dari pada berusaha. Oleh sebab itu, selalu mohon ampun kepada Allah SWT, dengan selalu beristiqfar.10. Rubah Gaya HidupSetiap manusia memiliki gaya dan standar hidup masing masing. Namun ada mereka yang malah memiliki penghasilan pas pas an namun malah memiliki gaya hidup dan selera yang tinggi. BersedekahMemiliki hutang lantas bukan menjadi halangan untuk tetap bersedekah sebab dengan sedekah akan dapat melancarkan rezeki anda. Sehingga tentunya anda akan semakin dimudahkan dalam mencari uang dalam upaya melunasih utang. |
Puasa Syawal di Bulan Dzulqa’dah, Apakah Pahalanya Sama Seperti Puasa di Bulan Syawal? | https://bincangsyariah.com/hukum-islam/ubudiyah/puasa-syawal-di-bulan-dzulqadah-pahalanya-seperti-di-bulan-syawal/ | Terdapat sebagian orang yang tidak bisa melakukan puasa Syawal di bulan Syawal karena ada udzur tertentu, kemudian dia melakukannya di bulan hijriah lainnya. Ketika dia melakukan puasa Syawal di bulan Dzulqadah, apakah dia mendapatkan pahala sama seperti halnya dia puasa di bulan Syawal? Menurut para ulama, jika seseorang tidak bisa melakukan puasa Syawal di bulan Syawal karena ada udzur tertentu, maka dia boleh melakukannya di bulan Dzuqadah sebagai qadha. Meski boleh melakukan puasa Syawal di bulan Dzulqadah, namun para ulama berbeda pendapat mengenai pahalanya. Setidaknya ada dua pendapat ulama dalam masalah ini. Pertama, jika seseorang melakukan puasa Syawal di bulan lain seperti bulan Dzulqadah, maka dia tidak mendapatkan keutamaan puasa Syawal. Keutamaan dan pahala puasa Syawal hanya didapatkan jika dilakukan di bulan Syawal, bukan di bulan lainnya. Ini adalah pendapat ulama Syafiiyah dan Hanabilah. Ini sebagaimana disebutkan dalam kitab Al-Mausuah Al-Fiqhiyah Al-Kuwaitiyah berikut; : Ulama Syafiiyah dan Hanabilah menegaskan bahwa keutamaan puasa enam hari Syawal tidak bisa didapatkan di bulan selain bulan Syawal. Keutamaan puasa Syawal menjadi hilang dengan berakhirnya bulan Syawal berdasarkan teks hadis. Kedua, jika seseorang melakukan puasa Syawal di bulan lain seperti bulan Dzulqadah, maka dia tetap mendapatkan keutamaan dan pahala puasa Syawal. Dengan demikian, jika puasa enam hari Syawal di bulan Syawal keutamaannya sama dengan puasa setahun, maka begitu juga jika puasa Syawal tersebut dilakukan di bulan Dzulqadah. Pendapat kedua ini merupakan pendapat ulama Malikiyah. Mereka mengatakan bahwa keutamaan puasa enam hari tidak hanya terdapat di bulan Syawal saja, melainkan juga bisa didapatkan di bulan-bulan lain. Penyebutan bulan Syawal dalam hadis hanya sebagai tamtsil atau contoh saja. Ini sebagaimana disebutkan dalam kitab Tahdzib Al-Furuq berikut; : ( ) : [ ] Sabda Nabi Saw (Puasa Syawal) sifatnya hanya contoh. Maksudnya bahwa puasa Ramadhan seperti puasa sepuluh bulan, dan puasa enam hari seperti puasa dua bulan. Dan itulah pendapat madzhab (maksudnya madzhab Imam Malik). Andaipun dilakukan di selain Syawal, hukum yang berlaku juga seperti itu. | Terdapat sebagian orang yang tidak bisa melakukan puasa Syawal di bulan Syawal karena ada udzur tertentu, kemudian dia melakukannya di bulan hijriah lainnya. Ketika dia melakukan puasa Syawal di bulan Dzulqadah, apakah dia mendapatkan pahala sama seperti halnya dia puasa di bulan Syawal Menurut para ulama, jika seseorang tidak bisa melakukan puasa Syawal di bulan Syawal karena ada udzur tertentu, maka dia boleh melakukannya di bulan Dzuqadah sebagai qadha. Meski boleh melakukan puasa Syawal di bulan Dzulqadah, namun para ulama berbeda pendapat mengenai pahalanya. Setidaknya ada dua pendapat ulama dalam masalah ini. Pertama, jika seseorang melakukan puasa Syawal di bulan lain seperti bulan Dzulqadah, maka dia tidak mendapatkan keutamaan puasa Syawal. Keutamaan dan pahala puasa Syawal hanya didapatkan jika dilakukan di bulan Syawal, bukan di bulan lainnya. Ini adalah pendapat ulama Syafiiyah dan Hanabilah. Ini sebagaimana disebutkan dalam kitab AlMausuah AlFiqhiyah AlKuwaitiyah berikut Ulama Syafiiyah dan Hanabilah menegaskan bahwa keutamaan puasa enam hari Syawal tidak bisa didapatkan di bulan selain bulan Syawal. Keutamaan puasa Syawal menjadi hilang dengan berakhirnya bulan Syawal berdasarkan teks hadis. Kedua, jika seseorang melakukan puasa Syawal di bulan lain seperti bulan Dzulqadah, maka dia tetap mendapatkan keutamaan dan pahala puasa Syawal. Dengan demikian, jika puasa enam hari Syawal di bulan Syawal keutamaannya sama dengan puasa setahun, maka begitu juga jika puasa Syawal tersebut dilakukan di bulan Dzulqadah. Pendapat kedua ini merupakan pendapat ulama Malikiyah. Mereka mengatakan bahwa keutamaan puasa enam hari tidak hanya terdapat di bulan Syawal saja, melainkan juga bisa didapatkan di bulanbulan lain. Penyebutan bulan Syawal dalam hadis hanya sebagai tamtsil atau contoh saja. Ini sebagaimana disebutkan dalam kitab Tahdzib AlFuruq berikut Sabda Nabi Saw Puasa Syawal sifatnya hanya contoh. Maksudnya bahwa puasa Ramadhan seperti puasa sepuluh bulan, dan puasa enam hari seperti puasa dua bulan. Dan itulah pendapat madzhab maksudnya madzhab Imam Malik. Andaipun dilakukan di selain Syawal, hukum yang berlaku juga seperti itu. |
6 Hal Yang Wajib Dikhawatirkan Oleh Orang Beriman | https://www.harakatuna.com/6-hal-yang-wajib-dikhawatirkan-oleh-orang-beriman.html | Harakatuna.com – Sebagai orang yang beriman wajib hukumnya untuk terus menjaga keimanannya. Karena dengan terus menjaga keimanannya, Insya Allah kelak akan mendapatkan ampunan dan surga. Sebagai orang yang beriman kepada Allah maka hendaknya selalu khawatir terhadap 6 Hal. Dan berikut 6 hal yang wajib dikhawatirkan oleh orang yang beriman. ﺇﻥ ﺍﻟﻤﺆﻣﻦ ﻓﻲ ﺳﺘﺔ ﺃﻧﻮﺍﻉ ﻣﻦ ﺍﻟﺨﻮﻑ ﺃﺣﺪﻫﺎ ﻣﻦ ﻗﺒﻞ ﺍﻟﻠﻪ ﺃﻥ ﻳﺄﺧﺬ ﻣﻨﻪ ﺍﻟﺈﻳﻤﺎﻥ ﻭﺍﻟﺜﺎﻧﻲ ﻣﻦ ﻗﺒﻞ ﺍﻟﺤﻔﻈﺔ ﺃﻥ ﻳﻜﺘﺒﻮﺍ ﻋﻠﻴﻪ ﻣﺎ ﻳﻔﺘﻀﺢ ﺑﻪ ﻳﻮﻡ ﺍﻟﻘﻴﺎﻣﺔ ﻭﺍﻟﺜﺎﻟﺚ ﻣﻦ ﻗﺒﻞ ﺍﻟﺸﻴﻄﺎﻥ ﺃﻥ ﻳﺒﻄﻞ ﻋﻤﻠﻪ ﻭﺍﻟﺮﺍﺑﻊ ﻣﻦ ﻗﺒﻞ ﻣﻠﻚ ﺍﻟﻤﻮﺕ ﺃﻥ ﻳﺄﺧﺬﻩ ﻓﻲ ﻏﻔﻠﺔ ﺑﻐﺘﺔ ﻭﺍﻟﺨﺎﻣﺲ ﻣﻦ ﻗﺒﻞ ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ ﺃﻥ ﻳﻐﺘﺮ ﺑﻬﺎ ﻭﺗﺸﻐﻠﻪ ﻋﻦ ﺍﻟﺂﺧﺮﺓ ﻭﺍﻟﺴﺎﺩﺱ ﻣﻦ ﻗﺒﻞ ﺍﻷﻫﻞ ﺍﻟﻌﻴﺎﻝ ﺃﻥ ﻳﺸﺘﻐﻞ ﺑﻬﻢ ﻓﻴﺸﻐﻠﻮﻧﻪ ﻋﻦ ﺫﻛﺮ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ Artinya: “Seorang mukmin seharusnya khawatir kepada 6 hal, yaitu: 1) Takut kepada Allah, jangan-jangan Allah mencabut keimanannya; 2) Takut kepada malaikat pencatat amal jangan-jangan mereka menulis amal kita dengan catatan yang sangat memalukan jika dibeberkan pada Hari Kiamat nanti; 3) Takut kepada setan jangan-jangan para setan itu berhasil merusak amal yang kita kerjakan; 4) Takut kepada malaikat Izrail jangan-jangan ia mencabut nyawa kita saat kita lupa kepada Allah; 5) Takut kepada dunia jangan-jangan dunia itu membuat kita terlena sehingga kita melupakan akhirat; dan 6) Takut kepada keluarga sendiri jangan-jangan mereka telah menyibukkan kita untuk memenuhi urusan mereka, sehingga kita melupakan ketaatan kepada Allah.” Oleh karena yang demikian, untuk menjaga kekhawatiran terhadap 6 hal tersebut maka mintalah doa agar ditetapkan keimanan. Seperti doa yang dipanjatkan oleh sahabat Ibnu Masud Artinya: “Ya Allah sesungguhnya aku memohon kepada-Mu keimanan yang tak tergoyahkan, kenikmatan yang tak berkesudahan, kebahagiaan hati yang tiada terputus dan kenikmatan bersanding dengan Nabi Muhammad Saw di dalam surga yang paling tinggi dan abadi.” | Harakatuna.com Sebagai orang yang beriman wajib hukumnya untuk terus menjaga keimanannya. Karena dengan terus menjaga keimanannya, Insya Allah kelak akan mendapatkan ampunan dan surga. Sebagai orang yang beriman kepada Allah maka hendaknya selalu khawatir terhadap 6 Hal. Dan berikut 6 hal yang wajib dikhawatirkan oleh orang yang beriman. ﺇﻥ ﺍﻟﻤﺆﻣﻦ ﻓﻲ ﺳﺘﺔ ﺃﻧﻮﺍﻉ ﻣﻦ ﺍﻟﺨﻮﻑ ﺃﺣﺪﻫﺎ ﻣﻦ ﻗﺒﻞ ﺍﻟﻠﻪ ﺃﻥ ﻳﺄﺧﺬ ﻣﻨﻪ ﺍﻟﺈﻳﻤﺎﻥ ﻭﺍﻟﺜﺎﻧﻲ ﻣﻦ ﻗﺒﻞ ﺍﻟﺤﻔﻈﺔ ﺃﻥ ﻳﻜﺘﺒﻮﺍ ﻋﻠﻴﻪ ﻣﺎ ﻳﻔﺘﻀﺢ ﺑﻪ ﻳﻮﻡ ﺍﻟﻘﻴﺎﻣﺔ ﻭﺍﻟﺜﺎﻟﺚ ﻣﻦ ﻗﺒﻞ ﺍﻟﺸﻴﻄﺎﻥ ﺃﻥ ﻳﺒﻄﻞ ﻋﻤﻠﻪ ﻭﺍﻟﺮﺍﺑﻊ ﻣﻦ ﻗﺒﻞ ﻣﻠﻚ ﺍﻟﻤﻮﺕ ﺃﻥ ﻳﺄﺧﺬﻩ ﻓﻲ ﻏﻔﻠﺔ ﺑﻐﺘﺔ ﻭﺍﻟﺨﺎﻣﺲ ﻣﻦ ﻗﺒﻞ ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ ﺃﻥ ﻳﻐﺘﺮ ﺑﻬﺎ ﻭﺗﺸﻐﻠﻪ ﻋﻦ ﺍﻟﺂﺧﺮﺓ ﻭﺍﻟﺴﺎﺩﺱ ﻣﻦ ﻗﺒﻞ ﺍﻷﻫﻞ ﺍﻟﻌﻴﺎﻝ ﺃﻥ ﻳﺸﺘﻐﻞ ﺑﻬﻢ ﻓﻴﺸﻐﻠﻮﻧﻪ ﻋﻦ ﺫﻛﺮ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ Artinya Seorang mukmin seharusnya khawatir kepada 6 hal, yaitu 1 Takut kepada Allah, janganjangan Allah mencabut keimanannya 2 Takut kepada malaikat pencatat amal janganjangan mereka menulis amal kita dengan catatan yang sangat memalukan jika dibeberkan pada Hari Kiamat nanti 3 Takut kepada setan janganjangan para setan itu berhasil merusak amal yang kita kerjakan 4 Takut kepada malaikat Izrail janganjangan ia mencabut nyawa kita saat kita lupa kepada Allah 5 Takut kepada dunia janganjangan dunia itu membuat kita terlena sehingga kita melupakan akhirat dan 6 Takut kepada keluarga sendiri janganjangan mereka telah menyibukkan kita untuk memenuhi urusan mereka, sehingga kita melupakan ketaatan kepada Allah. Oleh karena yang demikian, untuk menjaga kekhawatiran terhadap 6 hal tersebut maka mintalah doa agar ditetapkan keimanan. Seperti doa yang dipanjatkan oleh sahabat Ibnu Masud Artinya Ya Allah sesungguhnya aku memohon kepadaMu keimanan yang tak tergoyahkan, kenikmatan yang tak berkesudahan, kebahagiaan hati yang tiada terputus dan kenikmatan bersanding dengan Nabi Muhammad Saw di dalam surga yang paling tinggi dan abadi. |
Bacaan Niat Tayammum Dan Tata Cara Bertayamum Yang Benar | https://www.doaharianislami.com/2017/04/bacaan-niat-tayamum-dan-cara-bertayamum.html | Niat Tayammum Dan Tata Cara Bertayamum - Pada kesempatan kali ini akan berbagi Bacaaan niat bertayamum dan tata cara bertayamum, namun sebelum itu kita harus mengetahui terlebih dahulu kenapa orang di perbolehkan tayamum. Apa itu Tayammum..? Tayammum adalah bersuci dari hadast besar maupun hadast kecil dengan mengusap wajah dan tangan menggunakan debu, tanah atau permukaan bumi lainnya yang bersih dan suci. Baca juga : Niat wudhu dan sesudah wudhu lengkap dengan artinya Seseorang dibolehkan bertayamum sebagai pengganti wudhu atau mandi junub bila tidak ada air atau tidak cukup air untuk bersuci, atau karena sakit tidak boleh terkena air, atau karena suhu udara yang sangat dingin sehingga dapat menyebabkan sakit bila menggunakan air. Berikut ini adalah firman Allah Swt dalam Al-Qur'an surat Al-Maidah ayat 6 mengenai seseorang di perbolehkannya bertayamum. Artinya: "Dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu" (Q.S Al-Maidah :6) Berikut ini adalah Bacaan Niat bertayamum beserta latin dan terjemahnya. Niat Tayammum Nawaitut tayammuma li-istibahatis sholaati fardhal lillaahi ta'aalaa Artinya: "Sengaja aku bertayamum untuk melakukan sholat, fardhu karena Allah Ta'ala" Syarat Bertayamum Berikut Ini adalah syarat-syarat bertayamum: Sudah masuk waktu sholat. Sudah berusaha mencari air tetapi tidak dapat, sedangkan waktu sholat sudah masuk (kecuali orang yang bertayamum karena sakit atau sudah yakin bahwa disekitar tempat itu tidak ada air). Menggunakan tanah yang suci dan berdebu ( pendapat ini menurut imam Syafi'i sedangkan menurut imam lainya boleh dengan tanah, pasir atau batu). Menghilangkan najis sebelum melakukan tayamum. Tata Cara Bertayamum Seperti halnya dengan wudhu tayamum juga ada tata caranya berikut ini adalah tata cara bertayamum: Membaca Basmallah. Niat bertayamum (Niat dalam hati melakukan tayamum karena Allah Swt). Menepukkan kedua tangan ke tanah, lalu menipiskannya dengan cara meniup-niup atau mengibaskannya. Mengusap-usap muka. Mengusap kedua tangan hingga pergelangan tangan. Tertib (berurutan) Membaca doa seperti doa setelah selesai berwudhu. Hal Yang Disunahkan Dalam Tayamum Membaca Basmalah. Mendahulukan anggota yang kanan dari pada yang kiri. Menipiskan Debu (Mengembus/meniup tanah dari dua telapak tangan agar tanah yang ada di telapak tangan menipis). Membaca dua kalimat syahadat sesudah selesai tayamum. Hal-hal Yang Membatalkan Tayamum Adapun hal-hal yang membatalkan tayamum yaitu: Semua hal yang membatalkan wudhu. Ada air, bagi yang bertayamum karena tidak ada air. itupun jika terjadi sebelum sholat, kalau sudah selesai sholat maka tidak batal tayamumnya. Murtad, keluar dari islam. Baca juga : Bacaan doa-doa disetiap membasuh anggota wudhu beserta artinya Itulah Bacaan niat Tayamum dan tata cara bertayamum yang bisa anda hafalkan, semoga bacaan niat bertayamum diatas bisa bermanfaat bagi kita semua. Aamiin | Niat Tayammum Dan Tata Cara Bertayamum Pada kesempatan kali ini akan berbagi Bacaaan niat bertayamum dan tata cara bertayamum, namun sebelum itu kita harus mengetahui terlebih dahulu kenapa orang di perbolehkan tayamum. Apa itu Tayammum Tayammum adalah bersuci dari hadast besar maupun hadast kecil dengan mengusap wajah dan tangan menggunakan debu, tanah atau permukaan bumi lainnya yang bersih dan suci. Berikut ini adalah firman Allah Swt dalam AlQuran surat AlMaidah ayat 6 mengenai seseorang di perbolehkannya bertayamum. Artinya Dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air kakus atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik bersih sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu Q.S AlMaidah 6 Berikut ini adalah Bacaan Niat bertayamum beserta latin dan terjemahnya. Sudah berusaha mencari air tetapi tidak dapat, sedangkan waktu sholat sudah masuk kecuali orang yang bertayamum karena sakit atau sudah yakin bahwa disekitar tempat itu tidak ada air. Menggunakan tanah yang suci dan berdebu pendapat ini menurut imam Syafii sedangkan menurut imam lainya boleh dengan tanah, pasir atau batu. Menghilangkan najis sebelum melakukan tayamum. Menepukkan kedua tangan ke tanah, lalu menipiskannya dengan cara meniupniup atau mengibaskannya. Mengusap kedua tangan hingga pergelangan tangan. Tertib berurutan Membaca doa seperti doa setelah selesai berwudhu. Hal Yang Disunahkan Dalam Tayamum Membaca Basmalah. Mendahulukan anggota yang kanan dari pada yang kiri. Membaca dua kalimat syahadat sesudah selesai tayamum. itupun jika terjadi sebelum sholat, kalau sudah selesai sholat maka tidak batal tayamumnya. Baca juga Bacaan doadoa disetiap membasuh anggota wudhu beserta artinya Itulah Bacaan niat Tayamum dan tata cara bertayamum yang bisa anda hafalkan, semoga bacaan niat bertayamum diatas bisa bermanfaat bagi kita semua. |
Hukum Infus dan Suntik Saat Puasa | https://bincangsyariah.com/hukum-islam/ibadah/hukum-infus-dan-suntik-saat-puasa/ | Bagaimana hukum infus dan suntik saat puasa? Kita tahu infus dan suntikan dibagi menjadi tiga macam, yaitu pengobatan (at-tadawi), kekuatan daya tahan tubuh (at-taqwiyah), dan pengganti makanan (at-taghdiyah). Dua yang pertama ulama sepakat tidak membatalkan puasa. Sedangkan infus atau suntik jenis ketiga (yang menjadi ganti makanan), ulama berbeda pendapat. Namun demikian, sebagian ulama mengatakan batal karena dapat mengenyangkan, dan sebagian yang lain tidak membatalkan karena tidak melalui jauf (rongga) yang terbuka. Di dalam Fiqh al-Shiyam halaman 86 dikatakan: . . . (). Artinya: Orang-orang yang berpuasa bertanya tentang hukum bersuntik (ketika puasa). Di sebagian negara, jarum suntik dikenal dengan ibr, baik itu disuntikkan ke otot, dibawah pori-pori kulit, maupun ke urat. Fungsi dari jarum suntik ini (al-haqn) ada yang untuk pengobatan, penguatan, atau untuk konsumsi (infus) dan seterusnya. Hingga Dr. Yusuf Al-Qardhawi menyatakan, perkara yang masih diperselisihkan ulama di masa kini adalah jenis jarum suntik melalui urat yang bermanfaat dan bertujuan sebagai sumber konsumsi (makanan) misal glukosa dan semacamnya. Sebagian ulama menghukuminya dapat membatalkan puasa karena jarum suntik model seperti itu dapat membawa makanan ke dalam bagian dalam tubuh dan dapat memberi manfaat (menambah energi). Sebagian ulama yang lain menganggapnya tidak membatalkannya. Demikian juga di dalam kitab Mughni al-Muhtaj dikatakan: . ( / ). Artinya: Dikecualikan dari kata al-ain (benda), yaitu al-atsar (efek/dampak), seperti angin yang dirasa dengan proses penciuman dan panas atau dinginnya air melalui indra perasa. Dikecualikan pula dari kata al-jauf (perut), yaitu bagian luka tubuh yang diobati, seperti daging betis atau daging paha, lalu obat tersebut sampai pada bagian dalam sumsum atau bagian dalam daging. Demikian pula, ketika diisi dengan benda yang baru. Maka, (benda yang masuk pada) bagian tubuh yang dikecualikan ini tidak membatalkan puasa lantaran tidak termasuk kategori al-jauf (lambung/ perut). Demikian hukum infus dan suntik saat puasa. Semoga bermanfaat. Wallahu alam bishawab. [Baca juga: Hukum Keramas Saat Puasa] | Bagaimana hukum infus dan suntik saat puasa Kita tahu infus dan suntikan dibagi menjadi tiga macam, yaitu pengobatan attadawi, kekuatan daya tahan tubuh attaqwiyah, dan pengganti makanan attaghdiyah. Dua yang pertama ulama sepakat tidak membatalkan puasa. Sedangkan infus atau suntik jenis ketiga yang menjadi ganti makanan, ulama berbeda pendapat. Namun demikian, sebagian ulama mengatakan batal karena dapat mengenyangkan, dan sebagian yang lain tidak membatalkan karena tidak melalui jauf rongga yang terbuka. Di dalam Fiqh alShiyam halaman 86 dikatakan . . . . Artinya Orangorang yang berpuasa bertanya tentang hukum bersuntik ketika puasa. Di sebagian negara, jarum suntik dikenal dengan ibr, baik itu disuntikkan ke otot, dibawah poripori kulit, maupun ke urat. Fungsi dari jarum suntik ini alhaqn ada yang untuk pengobatan, penguatan, atau untuk konsumsi infus dan seterusnya. Hingga Dr. Yusuf AlQardhawi menyatakan, perkara yang masih diperselisihkan ulama di masa kini adalah jenis jarum suntik melalui urat yang bermanfaat dan bertujuan sebagai sumber konsumsi makanan misal glukosa dan semacamnya. Sebagian ulama menghukuminya dapat membatalkan puasa karena jarum suntik model seperti itu dapat membawa makanan ke dalam bagian dalam tubuh dan dapat memberi manfaat menambah energi. Sebagian ulama yang lain menganggapnya tidak membatalkannya. Demikian juga di dalam kitab Mughni alMuhtaj dikatakan . . Artinya Dikecualikan dari kata alain benda, yaitu alatsar efekdampak, seperti angin yang dirasa dengan proses penciuman dan panas atau dinginnya air melalui indra perasa. Dikecualikan pula dari kata aljauf perut, yaitu bagian luka tubuh yang diobati, seperti daging betis atau daging paha, lalu obat tersebut sampai pada bagian dalam sumsum atau bagian dalam daging. Demikian pula, ketika diisi dengan benda yang baru. Maka, benda yang masuk pada bagian tubuh yang dikecualikan ini tidak membatalkan puasa lantaran tidak termasuk kategori aljauf lambung perut. Demikian hukum infus dan suntik saat puasa. Semoga bermanfaat. Wallahu alam bishawab. Baca juga Hukum Keramas Saat Puasa |
3444. JIKA PEMILIK HARTA SATU NISHOB MENINGGAL SEBELUM HAUL | https://www.piss-ktb.com/2014/08/3444-fiqih-zakat-pemilik-harta-satu.html | PERTANYAAN : Assalamu'alaikum wr.wb. Mohon penjelasannya, seseorang yang memiliki harta satu nisob, namun sebelum haul dia meninggal dunia, apakah hartanya tetap dizakati apabila sudah haul ? [Zul Ihsan II]. JAWABAN : Wa alaikum salaam. Punya harta satu nishob atau lebih tapi belum mencapai satu tahun maka tidak wajib zakat 171 ( ) Dalam madzhab syafi'i hal tsb ada dua qaul yang masyhur yang paling shohih adalah tidak meneruskah haulnya, tetapi dimulai lagi haulnya dari perpindahan milik ke ahli waris, artinya tidak dizakati, sedangkan pendapat kedua adalah meneruskan haulnya orang yang telah meninggal, artinya dizakati setelah genap haulnya si mayit. Wallohu a'lam bis showab. [Santriwati Dumay]. ( ) . ( ) ) . : 331( ) : . ( ) . ( ) ; . . . . LINK DISKUSI : www.fb.com/groups/piss.ktb/811346495554827/ | PERTANYAAN Assalamualaikum wr.wb. Mohon penjelasannya, seseorang yang memiliki harta satu nisob, namun sebelum haul dia meninggal dunia, apakah hartanya tetap dizakati apabila sudah haul Zul Ihsan II. JAWABAN Wa alaikum salaam. Punya harta satu nishob atau lebih tapi belum mencapai satu tahun maka tidak wajib zakat 171 Dalam madzhab syafii hal tsb ada dua qaul yang masyhur yang paling shohih adalah tidak meneruskah haulnya, tetapi dimulai lagi haulnya dari perpindahan milik ke ahli waris, artinya tidak dizakati, sedangkan pendapat kedua adalah meneruskan haulnya orang yang telah meninggal, artinya dizakati setelah genap haulnya si mayit. Wallohu alam bis showab. Santriwati Dumay. . . 331 . . . . . . LINK DISKUSI www.fb.comgroupspiss.ktb811346495554827 |
Memberi Hadiah kepada Pemberi Hutang | https://radiomutiaraquran.com/2021/08/01/memberi-hadiah-kepada-pemberi-hutang/ | Masalah hadiah dari orang yang berhutang kepada orang yang menghutangi ini adalah masalah turunan dari masalah riba. Apa kaitannya dengan riba? Kaidah umum mengenal riba dalam hutang-piutang adalah: “setiap hutang-piutang yang mendatangkan manfaat (bagi orang yang menghutangi) maka itu adalah riba“. Kaidah ini tidak shahih jika dinisbatkan kepada Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam, namun para ulama sepakat bahwa maknanya benar dan diamalkan. Syaikh Abdul Aziz bin Baz mengatakan: “hadits ini lemah menurut para ulama, tidak shahih. Namun maknanya benar menurut mereka, yaitu bahwasanya hutang yang mendatangkan manfaat maka itu terlarang berdasarkan kesepakatan para ulama” (Fatawa Nurun ‘alad Darbi no.463, lihat di: http://www.binbaz.org.sa/noor/2872). Misalnya jika Fulan berhutang seratus juta rupiah kepada Alan dengan syarat pengembaliannya sebesar 120 juta. Maka 20 juta yang didapat Alan ini adalah manfaat yang datang dari hutang-piutang, sehingga disebut riba sebagaimana kaidah di atas. Oleh karena itu, jika kita terapkan kaidah di atas, hadiah yang diberikan oleh penghutang kepada orang yang memberikan hutang, bisa juga menjadi sebuah manfaat yang datang dari hutang-piutang. Sehingga bahasan ini terkait dengan bahasan riba. Selain terkait dengan riba, hadiah tersebut juga terkait dengan risywah (sogokan). Karena terkadang penghutang memberikan hadiah kepada orang yang menghutangi dengan harapan tempo pembayaran hutang bisa ditunda atau diperpanjang. Imam Asy Syaukani menjelaskan: “Kesimpulannya, hadiah atau pinjaman atau semisalnya jika diberikan untuk menunda tempo pembayaran atau sebagai risywah (sogokan), atau untuk memberikan manfaat kepada pemberi hutang atas hutang yang diberikan, maka ini haram. Karena ini merupakan bentuk riba atau risywah” (Nailul Authar, 5/275). Lalu bagaimana hukumnya? Pertama, terdapat sebuah hadits yang digunakan para ulama dalam bab ini. Dikeluarkan Ibnu Majah dalam Sunan-nya (2432): : : : : : : « » “Hisyam bin Ammar menuturkan kepada kami, Ismail bin Ayyasy menuturkan kepada kami, Utbah bin Humaid Adh Dhibbi menuturkan kepada kami, dari Yahya bin Abi Ishaq Al Huna-i, ia berkata: Aku bertanya kepada Anas bin Malik: Bolehkah seseorang di antara kami yang berhutang kepada saudaranya lalu ia memberikan hadiah kepadanya? Maka Anas bin Malik mengatakan: Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: ‘Jika seseorang di antara kalian memberikan hutang, lalu si penghutang memberikan hadiah kepadanya, atau memboncengnya dengan hewan tunggangan, maka jangan mau dibonceng dan jangan terima hadiahnya. Kecuali jika hal itu memang sudah biasa terjadi di antara mereka‘”. Dalam sanadnya terdapat dua masalah: Utbah bin Humaid Adh Dhibbi. Abu Hatim Ar Razi mengatakan: “shalihul hadits“. Imam Ahmad mengatakan: “ia lemah, tidak kuat haditsnya”. Ibnu Hajar mengatakan: “shaduq, memiliki banyak wahm“. Maka yang tepat ia adalah perawi yang shaduq, tidak diterima haditsnya jika bersendirian. Ismail bin Ayyasy. Ia disepakati oleh ulama bahwa status haditsnya shahih jika meriwayatkan dari penduduk Syam, dan dhaif jika dari selain penduduk Syam karena mukhtalith. Dari keterangan ini jelaslah bahwa riwayat ini lemah, sebagaimana dikatakan Asy-Syaukani dalam Ad-Durari Al-Mudhiyyah (270), Ar-Ruba’i dalam Fathul Ghaffar(3/1224), Al-Albani dalam Dhaif Ibni Majah (479) dan Silsilah Adh-Dhaifah (1162), dan ulama yang lainnya. Kedua, saling memberi hadiah pada asalnya adalah perbuatan yang dianjurkan. Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Hendaknya kalian saling memberi hadiah, maka kalian akan saling mencintai” (HR. Al Bukhari dalam Al Adabul Mufrad no. 462, dihasankan Al Albani dalam Shahih Adabil Mufrad). Demikian juga menerima hadiah hukumnya dianjurkan bahwa wajib menurut sebagian ulama. Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Siapa saja yang memberikan sesuatu kebaikan padamu, maka balaslah yang sepadan. Jika kalian tidak memiliki sesuatu yang dapat membalasnya dengan sepadan, maka doakanlah ia hingga engkau memandang bahwa doamu tersebut sudah sepadan dengan pemberiannya“. Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah mengatakan: : “Menerima hadiah itu termasuk akhlak yang diajarkan Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam. Bahkan sebagian ulama mengatakan bahwa menerima hadiah itu wajib jika terpenuhi syarat-syaratnya” (Sumber: http://binothaimeen.net/content/11820). Ketiga, mengenai hukum hadiah atau manfaat dari penghutang kepada pemberi hutang. Perlu diketahui bahwa masalah ini adalah masalah khilafiyah ijtihadiyyah di antara para ulama. Andaikan hadits Anas bin Malik radhiallahu ’anhu di atas shahih, tentu ia adalah dalil qath’i dalam masalah ini. Namun hadits tersebut lemah dan tidak kami ketahui adanya dalil qath’i yang shahih dalam masalah ini. Sehingga ini adalah masalah khilafiyah ijtihadiyyah. Dalam Al-Mausu’ah Al-Fiqhiyyah Al-Kuwaitiyyah (33/131-132) disebutkan para ulama khilaf dalam empat pendapat: Pendapat pertama Penghutang boleh memberikan hadiah kepada pemberi hutang, namun jika diketahui bahwa penghutang memberi hadiah liajlil qardh (karena sebab hutangnya), yang lebih utama adalah bersikap wara‘ dengan tidak menerimanya. Adapun jika diketahui bahwa hadiah tersebut diberikan bukan karena sebab hutangnya, namun karena sedekah atau karena adanya kekerabatan di antara keduanya, maka tidak perlu bersikap wara‘ dan hendaknya diambil hadiahnya. Ini adalah pendapat ulama Hanafiyah. Pendapat kedua Penghutang tidak boleh memberikan hadiah kepada pemberi hutang karena berharap tempo pembayaran hutangnya ditunda. Pemberi hutang diharamkan menerima hadiah darinya jika diketahui tujuannya adalah demikian. Jika hadiahnya sudah diterima, maka wajib mengembalikannya. Jika hadiahnya sudah terpakai atau sudah habis maka wajib mengembalikan yang semisal nilainya. Namun jika penghutang dalam memberikan hadiah tidak berharap penundaan tempo, maka ia boleh memberi hadiah. Ini adalah pendapat ulama Malikiyyah. Pendapat ketiga Penghutang boleh secara mutlak memberikan hadiah kepada pemberi hutang, tanpa syarat. Ini adalah pendapat ulama Syafi’iyyah. Pendapat keempat Penghutang tidak boleh memberikan hadiah kepada pemberi hutang sebelum pelunasan, kecuali hadiah tersebut dihitung sebagai cicilan atau pelunasan hutang. Atau jika telah ada kebiasaan saling memberi hadiah antara keduanya di masa-masa sebelumnya, maka boleh memberi hadiah ketika itu. Adapun jika hadiah diberikan setelah pelunasan, maka ini dibolehkan tanpa syarat. Ini adalah pendapat ulama Hanabilah. Demikian pendapat para ulama dalam hal ini. Diriwayatkan dari sebagian sahabat Nabi, bahwa mereka menolak hadiah dari orang yang berhutang kepadanya, kecuali hadiah tersebut dianggap sebagai bagian dari pelunasan hutang. Atau diketahui hadiah yang diberikan tersebut merupakan kebiasaan dan bukan bermaksud risywah. : : “Dari Abu Burdah, ia berkata: suatu kala saya datang di kota Madinah, dan saya bertemu dengan Abdullah bin Salam radhiallahu’anhu. Kemudian beliau mengatakan kepadaku, “Sesungguhnya Anda di negeri yang telah marak riba, jika ada seseorang mempunyai hutang kepadamu lalu ia memberikan hadiah kepadamu dengan membawakan hasil bumi atau gandum atau membawa rumput makanan hewan ternak. Jangan Anda mengambilnya karena itu riba” (HR. Al-Bukhari no. 3814). “Diriwayatkan oleh Al-Atsram bahwa seorang lelaki berhutang kepada penjual ikan sebesar dua puluh dirham. Kemudian dia memberikan hadiah kepadanya ikan yang nilainya mencapai tiga belas dirham. Kemudian dia bertanya kepada Ibnu Abbas mengenai hal tersebut, maka beliau menjawab, ‘Berikan dia tujuh dirham (sisanya)’” (dinukil dari Hasyiyah Ibnul Qayyim Ala Sunan Abi Dawud, 9/296). , , , , , : , , “Diriwayatkan dari Ibnu Sirin bahwa Umar bin Khathab meminjamkan uang Ubay bin Ka’ab sebesar sepuluh ribu dirham. Kemudian Ubay bin Ka’ab memberi hadiah kepadanya dari hasil panen buah-buahannya. Namun Umar menolaknya dan tidak menerimanya. Kemudian Ubay mendatangi Umar dan mengatakan, ‘Sungguh penduduk Madinah sudah tahu bahwa buah-buahan saya termasuk yang terbaik dan kami tidak ada keperluan bagi saya (untuk melakukan risywah). Kenapa Anda menolak hadiah kami wahar Umar?’ Kemudian setelah itu Ubay memberi hadiah lagi kepada Umar dan Umar menerimanya” (dinukil dari Hasyiyah Ibnul Qayyim Ala Sunan Abi Dawud, 9/296). Ibnul Qayyim setelah membawakan riwayat-riwayat di atas, beliau menjelaskan: “Umar menolak hadiah dari Ubay karena beliau menyangka hadiah tersebut diberikan karena sebab hutang yang ia berikan kepada Ubay. Namun ketika ia yakin hadiah tersebut bukan karena sebab hutang, beliau menerima hadiah tersebut. Maka inilah patokan utama dari masalah hadiah dari penghutang kepada yang menghutangi” (Hasyiyah Ibnul Qayyim Ala Sunan Abi Dawud, 9/296). Maka wallahu a’lam, pendapat yang lebih tepat karena didukung oleh pendapat dan perbuatan salafus shalih adalah pendapat yang keempat, yaitu penghutang tidak boleh memberikan hadiah kepada pemberi hutang sebelum pelunasan, kecuali hadiah tersebut dihitung sebagai cicilan atau pelunasan hutang. Atau jika telah ada kebiasaan saling memberi hadiah antara keduanya di masa-masa sebelumnya, atau diyakini hadiah tersebut bukan dimaksudkan sebagai tambahan pengembalian (riba) atau untuk menunda tempo pembayaran hutang (risywah), maka boleh memberi hadiah ketika itu. Jika tidak diketahui maksud pemberi hadiah apakah ia memberikannya karena sebab hutang ataukah bukan, atau ragu-ragu antara keduanya, maka yang lebih wara’ dan lebih utama adalah menolaknya. Dan yang lebih aman dan selamat adalah memberikan hadiah ketika pelunasan atau setelah pelunasan. Asy-Syaukani mengatakan: “Jika hadiah tersebut diberikan tidak untuk suatu tujuan yang diketahui, maka pendapat yang tepat adalah hal ini terlarang karena larangan dalam masalah ini sifatnya mutlak. Adapun tambahan yang diberikan ketika pelunasan yang tidak disyaratkan sebelumnya dan tanpa ada kesepakatan sebelumnya maka yang tepat ini dibolehkan, baik berupa tambahan dalam sifatnya atau kadarnya, baik tambahannya sedikit atau banyak. Berdasarkan hadits Abu Hurairah, Abu Rafi’, Al Irbadh dan Jabir (tentang melebihkan pelunasan hutang). Bahkan ini mustahab (dianjurkan)” (Nailul Authar, 5/275). Wallahu ta’ala a’lam. *** Referensi utama: Fatwa Syaikh Muhammad bin Shalih Al Munajjid, https://islamqa.info/ar/49015 Al Mausu’ah Al Fiqhiyyah Al Kuwaitiyyah Sumber | Masalah hadiah dari orang yang berhutang kepada orang yang menghutangi ini adalah masalah turunan dari masalah riba. Namun maknanya benar menurut mereka, yaitu bahwasanya hutang yang mendatangkan manfaat maka itu terlarang berdasarkan kesepakatan para ulama Fatawa Nurun alad Darbi no.463, lihat di Misalnya jika Fulan berhutang seratus juta rupiah kepada Alan dengan syarat pengembaliannya sebesar 120 juta. Imam Asy Syaukani menjelaskan Kesimpulannya, hadiah atau pinjaman atau semisalnya jika diberikan untuk menunda tempo pembayaran atau sebagai risywah sogokan, atau untuk memberikan manfaat kepada pemberi hutang atas hutang yang diberikan, maka ini haram. Karena ini merupakan bentuk riba atau risywah Nailul Authar, 5275. Lalu bagaimana hukumnya Pertama, terdapat sebuah hadits yang digunakan para ulama dalam bab ini. Kecuali jika hal itu memang sudah biasa terjadi di antara mereka. Dalam sanadnya terdapat dua masalah Utbah bin Humaid Adh Dhibbi. Abu Hatim Ar Razi mengatakan shalihul hadits. Ibnu Hajar mengatakan shaduq, memiliki banyak wahm. Dari keterangan ini jelaslah bahwa riwayat ini lemah, sebagaimana dikatakan AsySyaukani dalam AdDurari AlMudhiyyah 270, ArRubai dalam Fathul Ghaffar31224, AlAlbani dalam Dhaif Ibni Majah 479 dan Silsilah AdhDhaifah 1162, dan ulama yang lainnya. Kedua, saling memberi hadiah pada asalnya adalah perbuatan yang dianjurkan. Demikian juga menerima hadiah hukumnya dianjurkan bahwa wajib menurut sebagian ulama. Nabi Shallallahualaihi Wasallam bersabda Siapa saja yang memberikan sesuatu kebaikan padamu, maka balaslah yang sepadan. Perlu diketahui bahwa masalah ini adalah masalah khilafiyah ijtihadiyyah di antara para ulama. Namun hadits tersebut lemah dan tidak kami ketahui adanya dalil qathi yang shahih dalam masalah ini. Jika hadiahnya sudah diterima, maka wajib mengembalikannya. Pendapat keempat Penghutang tidak boleh memberikan hadiah kepada pemberi hutang sebelum pelunasan, kecuali hadiah tersebut dihitung sebagai cicilan atau pelunasan hutang. Diriwayatkan dari sebagian sahabat Nabi, bahwa mereka menolak hadiah dari orang yang berhutang kepadanya, kecuali hadiah tersebut dianggap sebagai bagian dari pelunasan hutang. Dari Abu Burdah, ia berkata suatu kala saya datang di kota Madinah, dan saya bertemu dengan Abdullah bin Salam radhiallahuanhu. Kemudian beliau mengatakan kepadaku, Sesungguhnya Anda di negeri yang telah marak riba, jika ada seseorang mempunyai hutang kepadamu lalu ia memberikan hadiah kepadamu dengan membawakan hasil bumi atau gandum atau membawa rumput makanan hewan ternak. Diriwayatkan oleh AlAtsram bahwa seorang lelaki berhutang kepada penjual ikan sebesar dua puluh dirham. Kemudian dia memberikan hadiah kepadanya ikan yang nilainya mencapai tiga belas dirham. Diriwayatkan dari Ibnu Sirin bahwa Umar bin Khathab meminjamkan uang Ubay bin Kaab sebesar sepuluh ribu dirham. Namun Umar menolaknya dan tidak menerimanya. Kemudian Ubay mendatangi Umar dan mengatakan, Sungguh penduduk Madinah sudah tahu bahwa buahbuahan saya termasuk yang terbaik dan kami tidak ada keperluan bagi saya untuk melakukan risywah. Ibnul Qayyim setelah membawakan riwayatriwayat di atas, beliau menjelaskan Umar menolak hadiah dari Ubay karena beliau menyangka hadiah tersebut diberikan karena sebab hutang yang ia berikan kepada Ubay. |
Kisah Sahabat Utsman bin Mazh’un: Ditegur Nabi agar Proporsional Beribadah | https://islam.nu.or.id/hikmah/kisah-sahabat-utsman-bin-mazh-un-ditegur-nabi-agar-proporsional-beribadah-SAlkj | Umat Islam tidak akan pernah kekurangan untuk mencari sumber tokoh yang dapat dijadikan suri tauladan. Sirah perjalanan Nabi Muhammad saw sebagai suri tauladan utama dan juga para sahabatnya menjadi bekal penting umat Islam dalam mengarungi kehidupan dunia. Posisi Sahabat terhadap Nabi saw tak ubahnya seperti prajurit siap siaga selalu menunggu-nunggu titah dari pimpinannya. Namun, mereka sebagaimana manusia umumnya memiliki watak dan perilaku yang beragam. Salah satu yang dapat ditemukan dari sifat sahabat ialah kemauan keras mereka dalam menjalankan titah yang ada, sehingga di antara mereka ada yang sampai berlebihan hingga ditegur oleh Nabi saw. Utsman bin Mazh’un, ia seorang sahabat dari kalangan Muhajirin yang memiliki nama lengkap Utsman bin Mazh’un bin Hubaib bin Wahab bin Hudzafah bin Jumah bin Amr bin Husyaish bin Ka’ab Al-Jumahi. Ia memiliki kunyah Abu Saib. Ad-Dzahabi dalam kitabnya menyebut Utsman bin Mazh’un sebagai bagian dari pimpinan Muhajirin, termasuk wali Allah dan termasuk orang yang mendapatkan kebahagiaan karena dishalati oleh Nabi saw ketika wafat. Artinya: “Ia termasuk pembesar Muhajirin, bagian kekasih Allah, yang bertakwa, termasuk sahabat yang berbahagia dengan kewafatannya pada masa kehidupan Nabi saw sehingga beliau menshalatinya. Ia adalah orang pertama yang dikuburkan di Baqi’” (Ad-Dzhabi, Siyaru A’lamin Nubala, [Beirut: Muassasah ar-Risalah], juz I, halaman 153). Al-Kisah, Utsman bin Mazh’un terlihat berlebihan dalam beribadah. Ia bahkan sampai pernah meminta izin kepada Nabi untuk menceraikan istrinya dan fokus beribadah. Artinya: “Utsman berkata (meminta izin) kepada Nabi saw: “Jika Engkau mengizinkan, Aku akan mentalaq Khaulah. Aku akan menjadi rahib (tidak menikah), aku akan mengosongkan diriku, mengharamkan daging, tidak tidur di malam hari (untuk beribadah) dan tidak makan di siang hari (berpuasa) selamanya.” (Al-Qurtubi, Al-Jami’ li Ahkamil Qur’an, [Kairo, Darul kutub al-Misriyah, cet 2, 1964], juz XVIII, halaman 87). Alih-alih setuju dan mengapreasinya, Nabi Muhammad saw malah menegur Utsman dan menjelaskan bahwa apa yang dilakukannya bukan termasuk bagian dari sunnahnya dan bukan bagian dari Islam. Artinya: “Nabi Muhammad saw berkata: “termasuk sunnahku adalah menikah, tidak ada ke-rahiban (dengan tidak menikah) di dalam Islam, ke-rahiban di dalam umatku ialah berjihad di jalan Allah, pengosongan umatku dengan berpuasa, janganlah kalian mengharamkan hal-hal baik yang telah Allah halalkan untuk kalian, di antara sunnahku ialah tidur, bangun, berbuka dan berpuasa. Barangsiapa yang tidak menyukai sunnahku tidak termasuk bagian kaumku”. (Al-Qurthubi, halaman 87). Dalam kisah di atas Nabi Muhammad saw memberikan pelajaran kepada umat Islam untuk selalu bersikap moderat dalam segala hal, termasuk dalam beribadah. Sebab segala hal yang dilakukan secara berlebihan akan berakibat buruk pada akhirnya. Hal tersebut sebagaimana diriwayatkan Al-Bukhari bahwa Salman Al-Farisi pernah menasehati Abu Darda yang kemudian ditetapkan (sunnah taqririyah) oleh Nabi saw. Artinya: “Sungguh bagi Tuhanmu terhadap dirimu memiliki hak, bagi dirimu atas dirimu juga terdapat hak, bagi keluargamu terhadap dirimu terdapat hak. Maka berilah setiap yang memiliki hak sesuai porsinya. Ia kemudian mendatangi Nabi Muhammad saw dan menyebutkan masalah ini kepada Nabi. Nabi bersabda: “Salman benar”. (HR. Al-Bukhari). Wallahu a’lam Ustadz Alwi Jamalulel Ubab, Alumni Pesantren KHAS Kempek Cirebon dan Mahasantri Ma'had Aly Saidussidiqiyah Jakarta. | Umat Islam tidak akan pernah kekurangan untuk mencari sumber tokoh yang dapat dijadikan suri tauladan. Posisi Sahabat terhadap Nabi saw tak ubahnya seperti prajurit siap siaga selalu menunggununggu titah dari pimpinannya. Namun, mereka sebagaimana manusia umumnya memiliki watak dan perilaku yang beragam. Utsman bin Mazhun, ia seorang sahabat dari kalangan Muhajirin yang memiliki nama lengkap Utsman bin Mazhun bin Hubaib bin Wahab bin Hudzafah bin Jumah bin Amr bin Husyaish bin Kaab AlJumahi. Artinya Ia termasuk pembesar Muhajirin, bagian kekasih Allah, yang bertakwa, termasuk sahabat yang berbahagia dengan kewafatannya pada masa kehidupan Nabi saw sehingga beliau menshalatinya. AlKisah, Utsman bin Mazhun terlihat berlebihan dalam beribadah. Artinya Utsman berkata meminta izin kepada Nabi saw Jika Engkau mengizinkan, Aku akan mentalaq Khaulah. Aku akan menjadi rahib tidak menikah, aku akan mengosongkan diriku, mengharamkan daging, tidak tidur di malam hari untuk beribadah dan tidak makan di siang hari berpuasa selamanya. AlQurtubi, AlJami li Ahkamil Quran, Kairo, Darul kutub alMisriyah, cet 2, 1964, juz XVIII, halaman 87. Artinya Nabi Muhammad saw berkata termasuk sunnahku adalah menikah, tidak ada kerahiban dengan tidak menikah di dalam Islam, kerahiban di dalam umatku ialah berjihad di jalan Allah, pengosongan umatku dengan berpuasa, janganlah kalian mengharamkan halhal baik yang telah Allah halalkan untuk kalian, di antara sunnahku ialah tidur, bangun, berbuka dan berpuasa. Barangsiapa yang tidak menyukai sunnahku tidak termasuk bagian kaumku. Dalam kisah di atas Nabi Muhammad saw memberikan pelajaran kepada umat Islam untuk selalu bersikap moderat dalam segala hal, termasuk dalam beribadah. Sebab segala hal yang dilakukan secara berlebihan akan berakibat buruk pada akhirnya. Hal tersebut sebagaimana diriwayatkan AlBukhari bahwa Salman AlFarisi pernah menasehati Abu Darda yang kemudian ditetapkan sunnah taqririyah oleh Nabi saw. Artinya Sungguh bagi Tuhanmu terhadap dirimu memiliki hak, bagi dirimu atas dirimu juga terdapat hak, bagi keluargamu terhadap dirimu terdapat hak. Ia kemudian mendatangi Nabi Muhammad saw dan menyebutkan masalah ini kepada Nabi. Wallahu alam Ustadz Alwi Jamalulel Ubab, Alumni Pesantren KHAS Kempek Cirebon dan Mahasantri Mahad Aly Saidussidiqiyah Jakarta. |
Hukum Shalat Gerhana Setelah Shalat Shubuh | https://islami.co/hukum-shalat-gerhana-setelah-shalat-shubuh/ | Sesuai analisa ilmu astronomi akan terjadi gerhana bulan total terlama, Sabtu 28 Juli. Mulai lewat tengah malam sampai lebih dari waktu Subuh. Ada sebagian masjid melaksanakan shalat gerhana bulan sebelum Subuh. Ini tidak ada masalah. Namun ada juga yang melaksanakan shalat gerhana setelah Subuh. Inilah yang menjadi pertanyaan. Bolehkah? Dua Waktu Dilarang Shalat Sunah ﻋﻦ ﺃﺑﻲ ﺳﻌﻴﺪ ﻟﺨﺪﺭﻱ ﺭﺿﻰ ﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ ﻗﺎﻝ: ﺳﻤﻌﺖ ﺭﺳﻮﻝ ﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻳﻘﻮﻝ: ﻻ ﺻﻼﺓ ﺑﻌﺪ ﻟﺼﺒﺢ ﺣﺘﻰ ﺗﺮﺗﻔﻊ ﻟﺸﻤﺲ ﻭﻻ ﺻﻼﺓ ﺑﻌﺪ ﻟﻌﺼﺮ ﺣﺘﻰ ﺗﻐﻴﺐ ﻟﺸﻤﺲ Dari Abu Said Al Khudri bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda: Tidak boleh shalat setelah Subuh sampai matahari naik. Dan tidak boleh shalat setelah Ashar sampai matahari tenggelam (HR Bukhari dan Muslim) Penjelasan Ulama Syafiiyah Hadis di atas menunjukkan larangan shalat Sunnah setelah Subuh dan Ashar. Namun kita simak penjelasan Ulama Syafiiyah yang diwakili oleh Imam An-Nawawi: ﺃﻣﺎ ﺣﻜﻢ ﻟﻤﺴﺄﻟﺔ ﻓﻤﺬﻫﺒﻨﺎ ﺃﻥ ﻟﻨﻬﻲ ﻋﻦ ﻟﺼﻼﺓ ﻓﻲ ﻫﺬﻩ ﻷﻭﻗﺎﺕ ﺇﻧﻤﺎ ﻫﻮ ﻋﻦ ﺻﻼﺓ ﻻ ﺳﺒﺐ ﻟﻬﺎ Hukum masalah ini, menurut madzhab kita larangan shalat di waktu tersebut adalah shalat Sunnah yang tidak memiliki sebab ﻓﺄﻣﺎ ﻣﺎ ﻟﻬﺎ ﺳﺒﺐ ﻓﻼ ﻛﺮﻫﺔ ﻓﻴﻬﺎ ﻭﻟﻤﺮﺩ ﺑﺬﺕ ﻟﺴﺒﺐ ﻟﺘﻲ ﻟﻬﺎ ﺳﺒﺐ ﻣﺘﻘﺪﻡ ﻋﻠﻴﻬﺎ ﻓﻤﻦ ﺫﻭﺕ ﻷﺳﺒﺎﺏ ﻟﻔﺎﺋﺘﺔ ﻓﺮﻳﻀﺔ ﻛﺎﻧﺖ ﺃﻭ ﻧﺎﻓﻠﺔ … ﻭﺻﻼﺓ ﻟﺠﻨﺎﺯﺓ ﻭﺳﺠﻮﺩ ﻟﺘﻼﻭﺓ ﻭﻟﺸﻜﺮ ﻭﺻﻼﺓ ﻟﻜﺴﻮﻑ Sedangkan shalat yang memiliki sebab maka tidak makruh. Maksudnya adalah shalat yang memiliki sebab yang mendahului. Seperti meng-qadla shalat, baik shalat wajib atau shalat Sunnah… Shalat jenazah, sujud Tilawah, sujud syukur dan shalat gerhana. (Al-Majmu 4/170) Madzhab Syafii membolehkan shalat gerhana setelah Subuh. Hal ini ditegaskan oleh pentarjih utama Madzhab Syafii: ﻭﻟﻮ ﻃﻠﻊ ﻟﻔﺠﺮ ﻭﻫﻮ ﺧﺎﺳﻒ ﺃﻭ ﺧﺴﻒ ﺑﻌﺪ ﻟﻔﺠﺮ ﻗﺒﻞ ﻃﻠﻮﻉ ﻟﺸﻤﺲ ﻓﻘﻮﻻﻥ (ﻟﺼﺤﻴﺢ) ﻟﺠﺪﻳﺪ ﻳﺼﻠﻲ ﻭﻟﻘﺪﻳﻢ ﻻ ﻳﺼﻠﻲ Jika fajar terbit dan bulan masih dalam keadaan gerhana, atau terjadinya gerhana setelah Subuh dan sebelum terbitnya matahari, maka ada 2 pendapat. Pendapat yang sahih dalam Qaul Jadid adalah dilaksanakan shalat gerhana. Menurut Qaul Qadim tidak dilakukan shalat gerhana (Imam An-Nawawi, Al-Majmu 5/54) | Sesuai analisa ilmu astronomi akan terjadi gerhana bulan total terlama, Sabtu 28 Juli. Mulai lewat tengah malam sampai lebih dari waktu Subuh. Ada sebagian masjid melaksanakan shalat gerhana bulan sebelum Subuh. Ini tidak ada masalah. Namun ada juga yang melaksanakan shalat gerhana setelah Subuh. Inilah yang menjadi pertanyaan. Bolehkah Dua Waktu Dilarang Shalat Sunah ﻋﻦ ﺃﺑﻲ ﺳﻌﻴﺪ ﻟﺨﺪﺭﻱ ﺭﺿﻰ ﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ ﻗﺎﻝ ﺳﻤﻌﺖ ﺭﺳﻮﻝ ﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻳﻘﻮﻝ ﻻ ﺻﻼﺓ ﺑﻌﺪ ﻟﺼﺒﺢ ﺣﺘﻰ ﺗﺮﺗﻔﻊ ﻟﺸﻤﺲ ﻭﻻ ﺻﻼﺓ ﺑﻌﺪ ﻟﻌﺼﺮ ﺣﺘﻰ ﺗﻐﻴﺐ ﻟﺸﻤﺲ Dari Abu Said Al Khudri bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda Tidak boleh shalat setelah Subuh sampai matahari naik. Dan tidak boleh shalat setelah Ashar sampai matahari tenggelam HR Bukhari dan Muslim Penjelasan Ulama Syafiiyah Hadis di atas menunjukkan larangan shalat Sunnah setelah Subuh dan Ashar. Namun kita simak penjelasan Ulama Syafiiyah yang diwakili oleh Imam AnNawawi ﺃﻣﺎ ﺣﻜﻢ ﻟﻤﺴﺄﻟﺔ ﻓﻤﺬﻫﺒﻨﺎ ﺃﻥ ﻟﻨﻬﻲ ﻋﻦ ﻟﺼﻼﺓ ﻓﻲ ﻫﺬﻩ ﻷﻭﻗﺎﺕ ﺇﻧﻤﺎ ﻫﻮ ﻋﻦ ﺻﻼﺓ ﻻ ﺳﺒﺐ ﻟﻬﺎ Hukum masalah ini, menurut madzhab kita larangan shalat di waktu tersebut adalah shalat Sunnah yang tidak memiliki sebab ﻓﺄﻣﺎ ﻣﺎ ﻟﻬﺎ ﺳﺒﺐ ﻓﻼ ﻛﺮﻫﺔ ﻓﻴﻬﺎ ﻭﻟﻤﺮﺩ ﺑﺬﺕ ﻟﺴﺒﺐ ﻟﺘﻲ ﻟﻬﺎ ﺳﺒﺐ ﻣﺘﻘﺪﻡ ﻋﻠﻴﻬﺎ ﻓﻤﻦ ﺫﻭﺕ ﻷﺳﺒﺎﺏ ﻟﻔﺎﺋﺘﺔ ﻓﺮﻳﻀﺔ ﻛﺎﻧﺖ ﺃﻭ ﻧﺎﻓﻠﺔ ﻭﺻﻼﺓ ﻟﺠﻨﺎﺯﺓ ﻭﺳﺠﻮﺩ ﻟﺘﻼﻭﺓ ﻭﻟﺸﻜﺮ ﻭﺻﻼﺓ ﻟﻜﺴﻮﻑ Sedangkan shalat yang memiliki sebab maka tidak makruh. Maksudnya adalah shalat yang memiliki sebab yang mendahului. Seperti mengqadla shalat, baik shalat wajib atau shalat Sunnah Shalat jenazah, sujud Tilawah, sujud syukur dan shalat gerhana. AlMajmu 4170 Madzhab Syafii membolehkan shalat gerhana setelah Subuh. Hal ini ditegaskan oleh pentarjih utama Madzhab Syafii ﻭﻟﻮ ﻃﻠﻊ ﻟﻔﺠﺮ ﻭﻫﻮ ﺧﺎﺳﻒ ﺃﻭ ﺧﺴﻒ ﺑﻌﺪ ﻟﻔﺠﺮ ﻗﺒﻞ ﻃﻠﻮﻉ ﻟﺸﻤﺲ ﻓﻘﻮﻻﻥ ﻟﺼﺤﻴﺢ ﻟﺠﺪﻳﺪ ﻳﺼﻠﻲ ﻭﻟﻘﺪﻳﻢ ﻻ ﻳﺼﻠﻲ Jika fajar terbit dan bulan masih dalam keadaan gerhana, atau terjadinya gerhana setelah Subuh dan sebelum terbitnya matahari, maka ada 2 pendapat. Pendapat yang sahih dalam Qaul Jadid adalah dilaksanakan shalat gerhana. Menurut Qaul Qadim tidak dilakukan shalat gerhana Imam AnNawawi, AlMajmu 554 |
Ustadz Favoritku | https://muslim.or.id/28340-ustadz-favoritku.html | Memfavoritkan seorang ustadz itu wajar dan lumrah. Apalagi bila ilmu dan akhlaknya luar biasa. Namun terkadang seorang yang memfavoritkan ustad jatuh kepada sikap berlebihan. Marah karena ustadznya, benci karena ustadznya, cinta juga karena ustadznya. Ketika ustadznya menghukumi untuk meng-hajr (memboikot) seseorang, maka ia hajr orang tersebut tanpa melihat sebab musababnya dan tanpa tabayyun terlebih dahulu. Syaikhul Islam ibnu Taimiyah memberi kita nasehat. Beliau berkata: . Apabila seorang guru atau ustadz menyuruh untuk menjauhi seseorang atau menghajrnya atau semisalnya, hendaknya dilihat, bila orang tersebut telah melakukan dosa secara syariat maka ia diberi sanksi sebatas dosanya saja dan tidak boleh lebih. Dan bila ia tidak melakukan dosa secara syariat, maka tidak boleh memberinya sanksi hanya karena mengikuti keinginan guru (Majmu Fatawa, jilid 28). Perhatikanlah perkataan beliau yang indah ini! Terkadang ustadz kita mencela atau mengkritik seseorang, lalu kita ikut mencelanya dan terkadang menyikapinya bagaikan musuh. Padahal kalaupun misalnya ia salah, hendaknya diberi udzur terlebih dahulu, mungkin ia jatuh kepada kesalahan karena kelalaian atau yang lainnya. Seorang ustadzpun seharusnya jangan malah membuat semakin besar api permusuhan, sehingga akibatnya ikhwah pun terkotak kotak bahkan tidak saling menegur. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam kitab Majmu Fatawa jilid 28 berkata menasehati kita: : { }8 Para guru tidak boleh mengotak-ngotak manusia dan melakukan sikap yang menimbulkan permusuhan dan kebencian. Tetapi hendaknya mereka bagaikan saudara yang saling tolong menolong dalam kebaikan dan takwa sebagaimana firman Allah Taala: Dan saling tolong menolonglah dalam kebaikan dan takwa dan jangan saling tolong menolong dalam dosa dan permusuhan. (QS Al Maidah: 2). Terkadang ketika ustadz tidak menyukai seseorang, ia ungkapkan kepada murid-muridnya sehingga timbul permusuhan dan kebencian. Padahal tak layak ia lakukan demikian. Tapi hendaknya ia memberi contoh yang baik kepada murid-muridnya untuk memberi seribu udzur kepada sesama kaum mukminin dan tidak mudah mencela atau berburuk sangka. Inilah nasehat untuk diriku dan ikhwah sekalian. Semoga bermanfaat. *** Penulis: Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. Artikel Muslim.or.id | Memfavoritkan seorang ustadz itu wajar dan lumrah. Apalagi bila ilmu dan akhlaknya luar biasa. Namun terkadang seorang yang memfavoritkan ustad jatuh kepada sikap berlebihan. Marah karena ustadznya, benci karena ustadznya, cinta juga karena ustadznya. Ketika ustadznya menghukumi untuk menghajr memboikot seseorang, maka ia hajr orang tersebut tanpa melihat sebab musababnya dan tanpa tabayyun terlebih dahulu. Syaikhul Islam ibnu Taimiyah memberi kita nasehat. Beliau berkata . Apabila seorang guru atau ustadz menyuruh untuk menjauhi seseorang atau menghajrnya atau semisalnya, hendaknya dilihat, bila orang tersebut telah melakukan dosa secara syariat maka ia diberi sanksi sebatas dosanya saja dan tidak boleh lebih. Dan bila ia tidak melakukan dosa secara syariat, maka tidak boleh memberinya sanksi hanya karena mengikuti keinginan guru Majmu Fatawa, jilid 28. Perhatikanlah perkataan beliau yang indah ini Terkadang ustadz kita mencela atau mengkritik seseorang, lalu kita ikut mencelanya dan terkadang menyikapinya bagaikan musuh. Padahal kalaupun misalnya ia salah, hendaknya diberi udzur terlebih dahulu, mungkin ia jatuh kepada kesalahan karena kelalaian atau yang lainnya. Seorang ustadzpun seharusnya jangan malah membuat semakin besar api permusuhan, sehingga akibatnya ikhwah pun terkotak kotak bahkan tidak saling menegur. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam kitab Majmu Fatawa jilid 28 berkata menasehati kita 8 Para guru tidak boleh mengotakngotak manusia dan melakukan sikap yang menimbulkan permusuhan dan kebencian. Tetapi hendaknya mereka bagaikan saudara yang saling tolong menolong dalam kebaikan dan takwa sebagaimana firman Allah Taala Dan saling tolong menolonglah dalam kebaikan dan takwa dan jangan saling tolong menolong dalam dosa dan permusuhan. QS Al Maidah 2. Terkadang ketika ustadz tidak menyukai seseorang, ia ungkapkan kepada muridmuridnya sehingga timbul permusuhan dan kebencian. Padahal tak layak ia lakukan demikian. Tapi hendaknya ia memberi contoh yang baik kepada muridmuridnya untuk memberi seribu udzur kepada sesama kaum mukminin dan tidak mudah mencela atau berburuk sangka. Inilah nasehat untuk diriku dan ikhwah sekalian. Semoga bermanfaat. Penulis Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. Artikel Muslim.or.id |
Doa Memakai Peci atau Surban | https://bincangsyariah.com/zikir-dan-doa/doa-memakai-peci-atau-surban/ | Ketika kita melaksanakan shalat, kita umumnya memakai peci atau songkok. Ada sebagian yang menggunakan surban atau imamah. Biasanya, ketika kita memakai peci, kita hanya membaca basmalah saja, tanpa ditambah dengan doa yang lain. Padahal selain dianjurkan membaca basmalah, kita juga dianjurkan membaca doa berikut ketika memakai peci atau surban. (Baca: Keutamaan Memakai Peci atau Surban di Hari Jumat) Allohumma lakal hamdu anta kasautiniihi haadzaa as-aluka min khoirihii wa khoiri maa shunia lahuu wa auudzu bika min syarrihii wa syarri maa shunia lahuu. Ya Allah, hanya kepada-Mu lah segala puji. Engkau memakaikan pakaian ini (peci atau surban) kepadaku. Aku mohon kepada-Mu kebaikannya (pakaian ini) dan kebaikan yang ada padanya dan aku berlindung dari keburukannya (pakaian ini) dan keburukan yang ada padanya. Ini berdasarkan hadis riwayat Ibnu Abi Syaibah dalam kitab Mushannaf-nya berikut; : : Dari Abu Said Al-Khudri, dia berkata, Rasulullah Saw ketika memakai pakaian baru, maka dia menyebut namanya jika berupa gamis, sarung, surban. Beliau berdoa, Allohumma lakal hamdu anta kasautiniihi haadzaa as-aluka min khoirihii wa khoiri maa shunia lahuu wa auudzu bika min syarrihii wa syarri maa shunia lahuu. | Ketika kita melaksanakan shalat, kita umumnya memakai peci atau songkok. Ada sebagian yang menggunakan surban atau imamah. Biasanya, ketika kita memakai peci, kita hanya membaca basmalah saja, tanpa ditambah dengan doa yang lain. Padahal selain dianjurkan membaca basmalah, kita juga dianjurkan membaca doa berikut ketika memakai peci atau surban. Baca Keutamaan Memakai Peci atau Surban di Hari Jumat Allohumma lakal hamdu anta kasautiniihi haadzaa asaluka min khoirihii wa khoiri maa shunia lahuu wa auudzu bika min syarrihii wa syarri maa shunia lahuu. Ya Allah, hanya kepadaMu lah segala puji. Engkau memakaikan pakaian ini peci atau surban kepadaku. Aku mohon kepadaMu kebaikannya pakaian ini dan kebaikan yang ada padanya dan aku berlindung dari keburukannya pakaian ini dan keburukan yang ada padanya. Ini berdasarkan hadis riwayat Ibnu Abi Syaibah dalam kitab Mushannafnya berikut Dari Abu Said AlKhudri, dia berkata, Rasulullah Saw ketika memakai pakaian baru, maka dia menyebut namanya jika berupa gamis, sarung, surban. Beliau berdoa, Allohumma lakal hamdu anta kasautiniihi haadzaa asaluka min khoirihii wa khoiri maa shunia lahuu wa auudzu bika min syarrihii wa syarri maa shunia lahuu. |
Ikut Pemerintah dalam Puasa Arafah, Berarti Menuhankan Pemerintah? | https://muslim.or.id/22802-puasa-arafah-menuhankan-pemerintah.html | Daftar Isi Ikut pemerintah dalam puasa Arafah, apakah berarti menuhankan pemerintah? Kita sudah ketahui bersama bahwa dalam masalah puasa Arafah ini ada beda pendapat yang mesti dipahami ketika terjadi perbedaan penglihatan hilal satu negeri dengan negeri lainnya. Ada ulama yang berpendapat, puasa Arafah dan Idul Adha mengikuti wukuf di Arafah dan hari raya di Saudi Arabia. Ada ulama yang berpendapat, puasa Arafah ikut penglihatan hilal di negeri masing-masing, begitu pula untuk perayaan Idul Adha. Ada lagi pendapat lainnya yang mengatakan bahwa puasa Arafah ikut Saudi Arabia (ikut waktu wukuf), sedangkan Idul Adha ikut hasil penglihatan hilal di negeri masing-masing. Jadi sepantasnya memahami bahwa dalam masalah ini ada khilaf (beda pendapat) yang begitu signifikan karena tidak ada dalil yang tegas atau kesepakatan para ulama membicarakan hal di atas. Sebagian orang mengeluarkan statement bahwa siapa yang ikut pemerintah padahal telah jelas dalil menyatakan puasa Arafah itu mesti ikut wukuf di Arafah, berarti sama saja ia menuhankan pemerintah. Statement di atas bukan kami maksudkan dari person tertentu, namun intinya ada yang mengeluarkan pernyataan seperti itu atau mengambil kesimpulan seperti itu. Untuk masalah ijtihadiyah khilafiyah, cobalah bersikap seperti para ulama salaf di masa silam. Imam Syafii pernah berkata kepada Yunus Ash Shadafiy -nama kunyahnya Abu Musa-, Wahai Abu Musa, bukankah kita tetap bersaudara (bersahabat) meskipun kita tidak bersepakat dalam suatu masalah? (Siyar Alamin Nubala, 10: 16). Setelah membawakan perkataan Imam Asy Syafii di atas, Imam Adz Dzahabi berkata, Hal ini menunjukkan kecerdasan dan kepahaman Imam Syafii walau mereka -para ulama- terus ada beda pendapat. (Idem, 10: 17). Cobalah lihat pula apa yang dikatakan oleh Ibnu Taimiyah, Adapun perselisihan dalam masalah hukum maka jumlahnya tak berbilang. Seandainya setiap dua orang muslim yang berselisih pendapat dalam suatu masalah harus saling bermusuhan, maka tidak akan ada persaudaraan pada setiap muslim. Abu Bakar radhiyallahu anhu dan Umar radhiyallahu anhu saja -dua orang yang paling mulia setelah Nabi shallallahu alaihi wa sallam, mereka berdua berbeda pendapat dalam beberapa masalah, tetapi yang diharap hanyalah kebaikan. (Majmu Al Fatawa, 24: 173) Kalau ada yang berbeda dengan kita dalam masalah ijtihadiyah, lalu kita sanggah dengan dalil, walau kita rasa bahwa dalil kita lebih kuat, maka mestinya tetap kita bersikap legowo atau lapang dada jika ada yang tidak mau mengikuti pendapat kita. Ingat ini dalam ranah ijtihadiyah, bukan dalam hal yang disepakati oleh para ulama sehingga bisa kita bersikap ngotot. Dalam masalah mengikuti pemerintah atau ulama pada perkara ijtihadiyah, maka tidak disebut menuhankan mereka. Syaikh Shalih Alu Syaikh -semoga Allah senantiasa menjaga beliau- berkata, Dalam perkara ijtihadiyah yang tidak memiliki dalil tegas dari Al Quran dan hadits, maka ulama dan pemerintah boleh diikuti. Karena Allah mengizinkannya. Inilah maslahat yang masih dianggap oleh syariat. … Namun dalam perkara halal (padahal dalilnya telah tegas) yang mereka sengaja mengharamkan, lalu diikuti oleh pengikut atau rakyat padahal sudah diketahui halalnya, maka mentaati mereka termasuk dalam mentaati dalam mengharamkan yang sudah jelas dalil halalnya. Misal memakan roti itu dihalalkan oleh Allah. Lalu ada yang mengharamkannya dan dianggap sebagai ajaran lalu dikatakan, janganlah makan roti dan ini adalah suatu ajaran. Kalau ada yang mengharamkan dengan dianggap sebagai ajaran yang baru, maka itu sama saja mentaati ulama (syirik dalam ketaatan) karena telah mengharamkan sesuatu yang Allah halalkan. (At Tamhid lii Syarh Kitab At Tauhid, hal. 432). Mempertuhankan ulama dan pemerintah itu dalam menghalalkan yang haram pada dalil yang sudah tegas atau sebaliknya. Itulah maksud dari hadits berikut ini. : - - ( ) . :« » Dari Adi bin Hatim radhiyallahu anhu, ia berkata, Aku pernah mendatangi Nabi shallallahu alaihi wa sallam -ketika itu di leherku masih adalah salib yang berbahan emas-, lalu aku mendengar beliau membacakan ayat (yang artinya), Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah. (QS. At Taubah: 31) Aku pun berkata, Wahai Rasulullah, mereka itu tidaklah menyembah pendeta (ulama) mereka. Beliau lantas berkata, Iya benar. Akan tetapi mereka telah menghalalkan sesuatu yang telah Allah haramkan, mereka meminta dihalalkan sesuatu yang telah diharamkan untuk mereka oleh Allah. Itulah yang disebut ibadah kepada pendeta (ulama) mereka. (HR. Tirmidzi no. 3095 dan Al Baihaqi 10: 116. Shahih menurut Syaikh Al Albani). Di antara alasan kenapa sebagian saudara kita mengikuti pemerintah dalam puasa Arafah dan perayaan Idul Adha adalah karena adanya perbedaan mathla, yaitu perbedaan geografis terbitnya hilal. Kalau di Saudi Arabia melihat hilal, tidak dipaksakan untuk orang Indonesia menggunakan hilal Saudi. Alasannya hadits Kuraib dari Ibnu Abbas berikut ini. Dari Kuraib–, bahwa Ummu Fadhl bintu Al Harits pernah menyuruhnya untuk menemui Muawiyah di Syam, dalam rangka menyelesaikan suatu urusan. Kuraib melanjutkan kisahnya, setibanya di Syam, saya selesaikan urusan yang dititipkan Ummu Fadhl. Ketika itu masuk tanggal 1 ramadhan dan saya masih di Syam. Saya melihat hilal malam jumat. Kemudian saya pulang ke Madinah. Setibanya di Madinah di akhir bulan, Ibnu Abbas bertanya kepadaku, Kapan kalian melihat hilal? tanya Ibnu Abbas. Kuraib menjawab, Kami melihatnya malam Jumat. Kamu melihatnya sendiri?, tanya Ibnu Abbas. Ya, saya melihatnya dan penduduk yang ada di negeriku pun melihatnya. Mereka puasa dan Muawiyah pun puasa. Jawab Kuraib. Ibnu Abbas menjelaskan, Kalau kami melihatnya malam Sabtu. Kami terus berpuasa, hingga kami selesaikan selama 30 hari atau kami melihat hilal Syawal. Kuraib bertanya lagi, Mengapa kalian tidak mengikuti rukyah Muawiyah dan puasanya Muawiyah? Jawab Ibnu Abbas, - - Tidak, seperti ini yang diperintahkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam kepada kami. (HR. Muslim no. 1087). Imam Nawawi rahimahullah menjelaskan, Hadits Kuraib dari Ibnu Abbas jadi dalil untuk judul yang disampaikan. Menurut pendapat yang kuat di kalangan Syafiiyah, penglihatan rukyah (hilal) tidak berlaku secara umum. Akan tetapi berlaku khusus untuk orang-orang yang terdekat selama masih dalam jarak belum diqasharnya shalat. (Syarh Shahih Muslim, 7: 175). Penglihatan hilal untuk bulan Dzulhijjah sama dengan bulan lainnya, tidak ada dalil yang membedakannya. Para ulama pun tidak membedakan untuk hilal Dzulhijjah dan hilal bulan lainnya. Alasan lainnya, pendapat yang tepat, puasa Arafah bukan kaitannya dengan wukuf di Arafah, namun kaitannya dengan 9 Dzulhijjah. Al Khurosyi Al Maliki dalam syarh beliau untuk Mukhtashor Al Kholil berkata bahwa Asyura dan Nishfu Syaban berkaitan dengan waktu yang ada puasa di dalamnya. Bukanlah dimaksudkan puasa Arafah merujuk pada tempat wukufnya, namun pada waktu 9 Dzulhijjah. Sedangkan Asyura dipahami pula adalah waktu 10 Muharram. Alasan lainnya, keutamaan puasa Arafah jika dikaitkan dengan wukuf di Arafah tidaklah tepat karena hadits-hadits yang membicarakannya hanya ditujukan untuk orang yang tidak berhaji. Keutamaan puasa ini tidak dikaitkan dengan wukuf di Arafah. Demikian, moga kita semakin bijak dalam menyikapi perselisihan ulama yang ada dalam masalah ini. Legowo itu lebih baik. — Selesai disusun di hari Arafah 9 Dzulhijjah 1435 H di Pesantren DS Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal Artikel Muslim.Or.Id | Daftar Isi Ikut pemerintah dalam puasa Arafah, apakah berarti menuhankan pemerintah Kita sudah ketahui bersama bahwa dalam masalah puasa Arafah ini ada beda pendapat yang mesti dipahami ketika terjadi perbedaan penglihatan hilal satu negeri dengan negeri lainnya. Ada ulama yang berpendapat, puasa Arafah ikut penglihatan hilal di negeri masingmasing, begitu pula untuk perayaan Idul Adha. Statement di atas bukan kami maksudkan dari person tertentu, namun intinya ada yang mengeluarkan pernyataan seperti itu atau mengambil kesimpulan seperti itu. Imam Syafii pernah berkata kepada Yunus Ash Shadafiy nama kunyahnya Abu Musa, Wahai Abu Musa, bukankah kita tetap bersaudara bersahabat meskipun kita tidak bersepakat dalam suatu masalah Siyar Alamin Nubala, 10 16. Cobalah lihat pula apa yang dikatakan oleh Ibnu Taimiyah, Adapun perselisihan dalam masalah hukum maka jumlahnya tak berbilang. Seandainya setiap dua orang muslim yang berselisih pendapat dalam suatu masalah harus saling bermusuhan, maka tidak akan ada persaudaraan pada setiap muslim. Majmu Al Fatawa, 24 173 Kalau ada yang berbeda dengan kita dalam masalah ijtihadiyah, lalu kita sanggah dengan dalil, walau kita rasa bahwa dalil kita lebih kuat, maka mestinya tetap kita bersikap legowo atau lapang dada jika ada yang tidak mau mengikuti pendapat kita. Dalam masalah mengikuti pemerintah atau ulama pada perkara ijtihadiyah, maka tidak disebut menuhankan mereka. Inilah maslahat yang masih dianggap oleh syariat. Namun dalam perkara halal padahal dalilnya telah tegas yang mereka sengaja mengharamkan, lalu diikuti oleh pengikut atau rakyat padahal sudah diketahui halalnya, maka mentaati mereka termasuk dalam mentaati dalam mengharamkan yang sudah jelas dalil halalnya. Misal memakan roti itu dihalalkan oleh Allah. At Tamhid lii Syarh Kitab At Tauhid, hal. At Taubah 31 Aku pun berkata, Wahai Rasulullah, mereka itu tidaklah menyembah pendeta ulama mereka. Kalau di Saudi Arabia melihat hilal, tidak dipaksakan untuk orang Indonesia menggunakan hilal Saudi. Alasannya hadits Kuraib dari Ibnu Abbas berikut ini. Dari Kuraib, bahwa Ummu Fadhl bintu Al Harits pernah menyuruhnya untuk menemui Muawiyah di Syam, dalam rangka menyelesaikan suatu urusan. Ketika itu masuk tanggal 1 ramadhan dan saya masih di Syam. Kamu melihatnya sendiri, tanya Ibnu Abbas. Ya, saya melihatnya dan penduduk yang ada di negeriku pun melihatnya. Ibnu Abbas menjelaskan, Kalau kami melihatnya malam Sabtu. Kami terus berpuasa, hingga kami selesaikan selama 30 hari atau kami melihat hilal Syawal. Akan tetapi berlaku khusus untuk orangorang yang terdekat selama masih dalam jarak belum diqasharnya shalat. Para ulama pun tidak membedakan untuk hilal Dzulhijjah dan hilal bulan lainnya. Alasan lainnya, pendapat yang tepat, puasa Arafah bukan kaitannya dengan wukuf di Arafah, namun kaitannya dengan 9 Dzulhijjah. Al Khurosyi Al Maliki dalam syarh beliau untuk Mukhtashor Al Kholil berkata bahwa Asyura dan Nishfu Syaban berkaitan dengan waktu yang ada puasa di dalamnya. Selesai disusun di hari Arafah 9 Dzulhijjah 1435 H di Pesantren DS Penulis Muhammad Abduh Tuasikal Artikel Muslim. |
Kiat Agar Semangat Tidak Kendor dalam Belajar Islam | https://rumaysho.com/3315-kiat-agar-semangat-tidak-kendor-dalam-belajar-islam.html | Setelah sebelumnya Rumaysho.com bahas mengenai semangat yang kendor dalam belajar Islam, saat ini kami akan membantu dengan menerangkan bagaimanakah agar terus punya rasa semangat dalam belajar. Hal ini pun bisa diterapkan dalam amalan ibadah lainnya.Kita tentu tahu bahwa kita diperintahkan untuk ikhlas dalam ibadah termasuk pula dalam belajar ilmu diin, sebagaimana Allah Taala perintahkan, Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus (QS. Al Bayyinah: 5).Begitu pula Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niat dan setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. (HR. Bukhari no. 1 dan Muslim no. 1907, dari Umar bin Al Khottob)Karena ikhlaslah suatu kaum menjadi mulia. Sebagaimana Abu Bakr Al Marrudzi pernah mendengar seseorang berkata pada Abu Abdillah yaitu Imam Ahmad bin Hambal mengenai jujur dan ikhlas. Imam Ahmad pun berkata, Dengan ikhlas, semakin mulialah suatu kaum. (Tazhimul Ilmi, hal. 25).Guru kami, Syaikh Sholih Al Ushoimi berkata, Seseorang bisa meraih ilmu sesuai dengan kadar ikhlasnya(Tazhimul Ilmi, hal. 25). Artinya, semakin seseorang ikhlas dalam belajar, maka semakin mudah meraih ilmu. Jika semakin mudah, maka ia pun akan terus semangat dalam belajar.Yang dimaksud ikhlas dalam belajar -sebagaimana kata Syaikh Sholih Al Ushoimi-:a- Belajar agama untuk menghilangkan kebodohan pada diri sendiri.b- Belajar agama untuk menghilangkan kebodohan pada orang lain.c- Belajar agama untuk menghidupkan dan menjaga ilmu.d- Belajar agama untuk mengamalkan ilmu.Guru kami, Syaikh Sholih Al Ushoimi lalu berkata, Ilmu itu ibarat pohon, amal itu buahnya. Ilmu itu dicari untuk diamalkan.(Tazhimul Ilmi, hal. 27).Memperbaiki niat inilah yang membuat kita bisa terus semangat dalam belajar. Namun memperbaikinya tentu sulit dan butuh perjuangan.Sufyan Ats Tsauri pernah berkata, Tidaklah yang paling sulit untuk kuobati selain daripada niatku. Karena niatku selalu berbolak-balik. (Disebutkan oleh Ibnu Rajab dalam Jaamiul Ulum wal Hikam).Sulaiman bin Daud Al Hasyimiy berkata, Terkadang ketika aku menyampaikan satu hadits, aku butuh pada niat. Lalu jika beralih pada hadits yang lain, maka berubah pula niatku. Sehingga satu hadits itu butuh pada beberapa niat. (Disebutkan oleh Ibnu Rajab dalam Jaamiul Ulum wal Hikam).Bisa jadi seseorang dalam belajar pada awalnya ingin mengharap ridho selain Allah, namun ilmu nantinya yang mengantarkan dia pada ridho Allah. Ad Daruquthi berkata, Kami dahulu menuntut ilmu karena ingin gapai ridho selain Allah. Namun ilmu itu enggan, ia hanya ingin niatan tersebut untuk Allah. (Disebutkan dalam Tadzkiroh As Saami wal Mutaallim, dinukil dari Maalim fii Thoriqi Tholabil Ilmi, hal. 18).Mengamalkan ilmu membuat seseorang semakin kokoh dan semangat untuk meraih ilmu lainnya. Sedangkan enggan mengamalkan ilmu adalah sebab hilangnya barokah ilmu. Bahkan karena tidak mengamalkannya, itu bisa jadi argumen untuk menjatuhkan diri seorang penuntut ilmu. Allah telah mencela orang-orang semacam ini dalam ayat, (2) (3)Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan (QS. Ash Shaff: 3).Jika seseorang mengamalkan ilmu, maka Allah akan semakin memudahkan ia mendapatkan taufik untuk meraih ilmu lainnya. Selain itu, mengamalkannya semakin menolongnya membedakan antara yang benar dan yang keliru. Allah Taala berfirman, Hai orang-orang beriman, jika kamu bertaqwa kepada ALlah, Kami akan memberikan kepadamu Furqaan (membedakan antara yang hak dan batil) (QS. Al Anfal: 29).Dalam ayat lain disebutkan, Dan orang-orang yang mau menerima petunjuk, Allah menambah petunjuk kepada mereka dan memberikan balasan ketaqwaannya. (QS. Muhammad: 17).Ibnu Masud berkata, Dahulu orang-orang di antara kami (yaitu para sahabat Nabi) mempelajari sepuluh ayat Quran, lalu mereka tidak melampauinya hingga mengetahui makna-maknanya, serta mengamalkannya. (Muqoddimah Tafsir Ibnu Katsir)Adz Dzahabi berkata, Adapun hari ini: ilmu sedikit yang tersisa hanyalah sedikit yang ditemui pada orang-orang yang jumlahnya pun sedikit. Yang mengamalkannya pun sedikit. Hasbunallah wa nimal wakil, hanya Allah yang memberikan kecukupan dan pertolongan (Tadzkirotul Hafizh, 3: 1031).Allah menyatakan dalam Al Quran bahwa salah satu sebab utama yang membantu para sahabat Nabi untuk tetap semangat dalam iman adalah keberadaan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam di tengah-tengah mereka. Allah Taala berfirman, Bagaimana mungkin (tidak mungkin) kalian menjadi kafir, sedangkan ayat-ayat Allah dibacakan kepada kalian, dan Rasul-Nyapun berada ditengah-tengah kalian? Dan barangsiapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah maka sesungguhnya dia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus. (QS. Ali Imran: 101).Allah juga memerintahkan agar selalu bersama dengan orang-orang yang baik. Allah Taala berfirman, Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar(jujur). (QS. At Taubah: 119).Nabi shallallahu alaihi wa sallam juga mengajarkan kepada kita agar bersahabat dengan orang yang dapat memberikan kebaikan dan sering menasehati kita. Karena dengan sahabat baiklah yang membuat agama kita semakin kokoh. Dari Abu Musa, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Seseorang yang duduk (berteman) dengan orang sholih dan orang yang jelek adalah bagaikan berteman dengan pemilik minyak misk dan pandai besi. Jika engkau tidak dihadiahkan minyak misk olehnya, engkau bisa membeli darinya atau minimal dapat baunya. Adapun berteman dengan pandai besi, jika engkau tidak mendapati badan atau pakaianmu hangus terbakar, minimal engkau dapat baunya yang tidak enak. (HR. Bukhari no. 2101)Ibnu Hajar Al Asqolani rahimahullah mengatakan, Hadits ini menunjukkan larangan berteman dengan orang-orang yang dapat merusak agama maupun dunia kita. Dan hadits ini juga menunjukkan dorongan agar bergaul dengan orang-orang yang dapat memberikan manfaat dalam agama dan dunia. (Fathul Bari, 4: 324)Para ulama pun memiliki nasehat agar kita selalu dekat dengan orang sholih.Al Fudhail bin Iyadh berkata, Pandangan seorang mukmin kepada mukmin yang lain akan mengilapkan hati. (Siyar Alam An Nubala, 8: 435) Maksud beliau adalah dengan hanya memandang orang sholih, hati seseorang bisa kembali tegar. Oleh karenanya, jika orang-orang sholih dahulu kurang semangat dan tidak tegar dalam ibadah, mereka pun mendatangi orang-orang sholih lainnya.Abdullah bin Al Mubarok mengatakan, Jika kami memandang Fudhail bin Iyadh, kami akan semakin sedih dan merasa diri penuh kekurangan.Jafar bin Sulaiman mengatakan, Jika hati ini ternoda, maka kami segera pergi menuju Muhammad bin Waasi. (Lihat Tathirul Anfas min Haditsil Ikhlas, Sayyid bin Husain Al Afani, hal. 466)Ibnul Qayyim mengisahkan, Kami (murid-murid Ibnu Taimiyyah), jika kami ditimpa perasaan gundah gulana atau muncul dalam diri kami prasangka-prasangka buruk atau ketika kami merasakan sempit dalam menjalani hidup, kami segera mendatangi Ibnu Taimiyah untuk meminta nasehat. Maka dengan hanya memandang wajah beliau dan mendengarkan nasehat beliau serta merta hilang semua kegundahan yang kami rasakan dan berganti dengan perasaan lapang, tegar, yakin dan tenang. (Lihat Shahih Al Wabilush Shoyyib, hal. 94-95)Di antara sebab yang membuat seseorang cepat futur dalam belajar adalah sikap terlalu berlebihan (esktrim). Terlalu mempress dirinya untuk belajar tanpa mengenal waktu, tanpa istirahat badan dan tidak memperhatikan tubuhnya.Cobalah ambil pelajaran dari hadits berikut ini.Dari Mujahid, ia berkata, aku dan Yahya bin Jadah pernah menemui salah seorang Anshor yang merupakan sahabat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, ia berkata, para sahabat Rasul membicarakan bekas budak milik Bani Abdul Muthollib. Ia berkata bahwa ia biasa shalat malam (tanpa tidur) dan biasa berpuasa (setiap hari tanpa ada waktu luang untuk tidak puasa). Nabi shallallahu alaihi wa sallam pun bersabda, Akan tetapi aku tidur dan aku shalat malam. Aku pun puasa, namun ada waktu bagiku untuk tidak berpuasa. Siapa yang mencontohiku, maka ia termasuk golonganku. Siapa yang benci terhadap ajaranku, maka ia bukan termasuk golonganku. Setiap amal itu ada masa semangat dan ada masa malasnya. Siapa yang rasa malasnya malah menjerumuskan pada bidah, maka ia sungguh telah sesat. Namun siapa yang rasa malasnya masih di atas ajaran Rasul, maka dialah yang mendapat petunjuk. (HR. Ahmad 5: 409).Kita mesti bersikap pertengahan termasuk pula dalam belajar agar sikap semangat bisa terus dijaga. Nabi shallallahu alaihi wa sallam pernah menasehati Abdullah bin Amr, Dirimu itu memiliki hak yang mesti diperhatikan. Begitu pula keluargamu memiliki hak yang mesti diperhatikan. (HR. Ahmad 2: 200. Sanad hadits ini hasan).Begitu pula amalan yang terbaik adalah amalan yang pertengahan dan rutin, walau jumlahnya sedikit. Dari Aisyah, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Sesungguhnya amalan yang paling dicintai di sisi Allah adalah yang rutin (kontinu) walau jumlahnya sedikit. (HR. Bukhari no. 5861 dan Muslim no. 782).Dalam Al Quran Allah Taala memuji orang-orang yang beriman yang selalu berdoa kepada-Nya untuk meminta keteguhan iman, termasuk dalam hal ini adalah semangat dalam belajar. Allah Taala berfirman, (146) (147) (148Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut(nya) yang bertaqwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang sabar. Tidak ada doa mereka selain ucapan: Ya Rabb kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami dan teguhkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum yang kafir. Karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia dan pahala yang baik di akhirat. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan (QS. Ali Imran: 146-148).Dalam ayat lain Allah Taala berfirman, Ya Rabb kami, limpahkanlah kesabaran atas diri kami, dan teguhkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir (QS. Al Baqarah: 250)Doa lain agar mendapatkan keteguhan dan ketegaran adalah, Ya Rabb kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia). (QS. Ali Imron: 8)Doa yang paling sering Nabi shallallahu alaihi wa sallam panjatkan adalah, Ya muqollibal qulub tsabbit qolbi alaa diinik (Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu).Ummu Salamah pernah menanyakan kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, kenapa doa tersebut yang sering beliau baca. Nabi shallallahu alaihi wa sallam seraya menjawab, Wahai Ummu Salamah, yang namanya hati manusia selalu berada di antara jari-jemari Allah. Siapa saja yang Allah kehendaki, maka Allah akan berikan keteguhan dalam iman. Namun siapa saja yang dikehendaki, Allah pun bisa menyesatkannya. (HR. Tirmidzi no. 3522. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)Dalam riwayat lain dikatakan, Sesungguhnya hati berada di tangan Allah azza wa jalla, Allah yang membolak-balikkannya. (HR. Ahmad 3: 257. Syaikh Syuaib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini kuat sesuai syarat Muslim)Al Hasan Al Bashri ketika membaca ayat, Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: Rabb kami ialah Allah kemudian mereka istiqomah pada pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu. (QS. Fushilat: 30); ia pun berdoa, Allahumma anta robbuna, farzuqnal istiqomah (Ya Allah, Engkau adalah Rabb kami. Berikanlah keistiqomahan pada kami). (Jaamiul Ulum wal Hikam, hal. 245)Semoga bermanfaat dan moga semangat tidak kendor dalam belajar ilmu diin. Hanya Allah yang memberi taufik.—@ Pesantren Darush Sholihin, Panggang-Gunungkidul, diselesaikan 11 Jumadal Akhiroh 1434 Hwww.rumaysho.comSilakan follow status kami via Twitter @RumayshoCom, FB Muhammad Abduh Tuasikal dan FB Fans Page Mengenal Ajaran Islam Lebih Dekat | Setelah sebelumnya Rumaysho.com bahas mengenai semangat yang kendor dalam belajar Islam, saat ini kami akan membantu dengan menerangkan bagaimanakah agar terus punya rasa semangat dalam belajar. Sebagaimana Abu Bakr Al Marrudzi pernah mendengar seseorang berkata pada Abu Abdillah yaitu Imam Ahmad bin Hambal mengenai jujur dan ikhlas. Artinya, semakin seseorang ikhlas dalam belajar, maka semakin mudah meraih ilmu. Namun memperbaikinya tentu sulit dan butuh perjuangan. Disebutkan oleh Ibnu Rajab dalam Jaamiul Ulum wal Hikam. Lalu jika beralih pada hadits yang lain, maka berubah pula niatku. Sehingga satu hadits itu butuh pada beberapa niat. 18.Mengamalkan ilmu membuat seseorang semakin kokoh dan semangat untuk meraih ilmu lainnya. Bahkan karena tidak mengamalkannya, itu bisa jadi argumen untuk menjatuhkan diri seorang penuntut ilmu. At Taubah 119.Nabi shallallahu alaihi wa sallam juga mengajarkan kepada kita agar bersahabat dengan orang yang dapat memberikan kebaikan dan sering menasehati kita. Dari Abu Musa, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Seseorang yang duduk berteman dengan orang sholih dan orang yang jelek adalah bagaikan berteman dengan pemilik minyak misk dan pandai besi. Jika engkau tidak dihadiahkan minyak misk olehnya, engkau bisa membeli darinya atau minimal dapat baunya. 466Ibnul Qayyim mengisahkan, Kami muridmurid Ibnu Taimiyyah, jika kami ditimpa perasaan gundah gulana atau muncul dalam diri kami prasangkaprasangka buruk atau ketika kami merasakan sempit dalam menjalani hidup, kami segera mendatangi Ibnu Taimiyah untuk meminta nasehat. 9495Di antara sebab yang membuat seseorang cepat futur dalam belajar adalah sikap terlalu berlebihan esktrim. Ia berkata bahwa ia biasa shalat malam tanpa tidur dan biasa berpuasa setiap hari tanpa ada waktu luang untuk tidak puasa. Siapa yang mencontohiku, maka ia termasuk golonganku. Namun siapa yang rasa malasnya masih di atas ajaran Rasul, maka dialah yang mendapat petunjuk. Nabi shallallahu alaihi wa sallam pernah menasehati Abdullah bin Amr, Dirimu itu memiliki hak yang mesti diperhatikan. Begitu pula amalan yang terbaik adalah amalan yang pertengahan dan rutin, walau jumlahnya sedikit. 782.Dalam Al Quran Allah Taala memuji orangorang yang beriman yang selalu berdoa kepadaNya untuk meminta keteguhan iman, termasuk dalam hal ini adalah semangat dalam belajar. Dan Allah menyukai orangorang yang berbuat kebaikan QS. Ali Imran 146148.Dalam ayat lain Allah Taala berfirman, Ya Rabb kami, limpahkanlah kesabaran atas diri kami, dan teguhkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orangorang kafir QS. Ali Imron 8Doa yang paling sering Nabi shallallahu alaihi wa sallam panjatkan adalah, Ya muqollibal qulub tsabbit qolbi alaa diinik Wahai Dzat yang Maha Membolakbalikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agamaMu. Nabi shallallahu alaihi wa sallam seraya menjawab, Wahai Ummu Salamah, yang namanya hati manusia selalu berada di antara jarijemari Allah. Siapa saja yang Allah kehendaki, maka Allah akan berikan keteguhan dalam iman. Syaikh Syuaib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini kuat sesuai syarat MuslimAl Hasan Al Bashri ketika membaca ayat, Sesungguhnya orangorang yang mengatakan Rabb kami ialah Allah kemudian mereka istiqomah pada pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih dan bergembiralah kamu dengan memperoleh surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu. |
Tasawuf Sunni : Pengertian, Sejarah dan Manfaatnya | https://dalamislam.com/dasar-islam/tassawuf-sunni | Manusia hidup tentunya dengan kebutuhan jasmani dan rohani. Kedua aspek tersebut saling melengkapi dan harus diperhatikan. Namun semakin berkembangnya zaman dan pola hidup masyarakat yang modern, kebutuhan rohani atau spiritual sema kian ditinggalkan akibat manusia terlampau khawatir dengan kehidupan dunia atau materialistis (bacadan ).Munculnya pemikiran islam dan kewajiban menuntut ilmu mendorong manusia untuk tidak hanya mengejar materi saja melainkan mempelajari ilmu rohani atau yang sering disebut dengan istilah . Ada beberapa aliran dalam ilmu tasawuf dan salah satu diantaranya adalah tasawuf sunni. Kali ini dalamislam.com akan membahas mengenai ilmu tasawuf sunni dan fungsi serta keutamaan ilmu tersebut. (baca dan)Pengertian Tasawuf SunniAda beberapa hal yang dapat menjelaskan ilmu tasawuf sunni baik secara bahasa maupun secara istilah. Secara BahasaIlmu tasawuf berkembang dalam islam sebagaimana ilmu filsafat. Tasawuf sendiri dalam bahasa Arab berasal dari kata Shufah yang artinya adalah selembar bulu (baca dan ). Maksudnya, para sufi atau ahli tasawuf adalah layaknya bulu yang ringan dan tidak ada apa-apanya dibanding Allah SWT pencipta seluruh alam semesta.Kata tasawuf juga diyakini berasal dari kata shafah yang artinya bersih dan jernih, dengan kata lain tasawuf sendiri merupakan bentuk ilmu yang mengedepankan kejernihan dan kebersihan hati serta akal sehat, selain itu para sufi juga menyeru kepada umat islam lainnya untuk senantiasa menaati Allah SWT sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah SWT berikut ini Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas. (QS Al Kahfi :28)Secara IstilahAda dua aliran utama dalam ilmu tasawuf yakni tasawuf falsafi dan tasawuf sunni. sunni adalah suatu aliran tasawuf yang tidak dicampuri oleh filsafat atau para pelakunya hanya berusaha mengikuti Alqur’an dan hadits dengan sebaik-baiknya serta membersihkan hati dan pikiran, dan juga memperbaiki akhlak dan ibadah mereka disisi Allah SWT.Dengan kata lain para penganut tasawuf sunni cenderung menjauhi hal-hal yang bersiafat keduniaan seperti jabatan, kekayaan dan hal lain yang bisa menggangu ibadahnya kepada Allah SWT. (baca dan )Sejarah Tasawuf SunniPerkembangan ilmu tasawuf khususnya ilmu tasawuf sunni melewati beberapa fase dan tahapan sebagaimana disebutkan berikut ini. Awal Abad HijriyahIlmu tasawuf sudah berkembang sejak awal-awal tahun hijriyah. Saat itu para penganut tasawuf bahkan tidak memperdulikan makanan, pakaian, tempat tinggal dan hal lain yang terkait dengan dunia dan hanya berfokus pada ibadah dan menjalankan kewajiban sebagai seorang muslim saja.Diantara para penganut tasawuf saat itu antara lain adalah para sahabat dan tabiin seperti halnya salman Al Farisi, Ammar bin Yasir,Abu dzar Al ghifari dan Hudzaifah bin Al Yaman. Selanjutnya pada ketiga dan keempat hijriyah, ilmu tasawuf pun berkembang dan pada abad ini tasawuf lebih fokus pada perbaikan akhlak atau tasawuf akhlak dimana akhlak terpuji menjadi salah satu hal utama yang harus dimiliki umat muslim. (baca dan Abad kelima hijriyah dan seterusnyaBarulah pada abad kelima hijriyah muncul pengaruh ilmu dan budaya bangsa barat terutama filsafat bangsa Yunani yang mulai mmepengaruhi paham tasawuf dalam agama islam dan kemudian dikenql dengan istilah tasawuf falsafi. Banyaknya kalangan yang tidak menyetujui tasawuf falsafi pada abad itu dan akhirnya seorang cendekiawan muslim yakni Al Ghazali menetapkan dasar atau landasan pokok tasawuf berdasarkan Alqur’an dan sunnah dan yang selanjutnya dikenal sebagai tasawuf sunni.(baca juga dan ) Sumber Tasawuf SunniTidak seperti aliran tasawuf laiinya yang berlandaskan pemikiran islam dan budaya serta faklsafah bangsa barat, tasawuf sunni bersumber dari Alqur’an dan hadits yang merupakan pedoman hidup bagi manusia didunia. Beberapa dalil yang mendasari ilmu tasawuf antara lain sebagai berikut“Tidaklah para hamba yang beribadah kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada yang telah Aku fardhukan kepadanya. Dan hamba yang beribadah kepada-Ku dengan perbuatan-perbuatan sunat, maka Aku juga mencintainya. Jika Aku telah mencintainya, maka Aku adalah pendengaran yang ia gunakan untuk mendengar, penglihatan yang ia gunakan untuk melihat, tangan yang ia pakai memegang dan kaki yang ia gunakan untuk berjalan. Dan jika ia memohon perlindungan kepada-Ku, maka Aku akan melindunginyaDasar ilmu tasawuf atau ilmu kebatinan juga disebutkan juga dalam surat Almaidah ayat 54 secara eksplisit yakni mengenai orang beriman dan kecintaan kepada Allah SWT berikut ini Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui. (Qs Al Maidah : 54)Manfaat Tasawuf SunniSeseorang yang mengamalkan ilmu tasawuf terutama tasawuf sunni tentu akan memiliki jiwa atau batin yang lebih tenang, hati yang dermawan serta tidak mudah terpikat oleh gemerlap dunia yang bisa mendatangkan kemudharatan. Tasawuf yang diamalkan akan membuat orang lain merasa nyaman dan pelakunya akan lebih ikhlas dalam beribadah kepada Allah SWT.Dengan kata lain, mempelajari ilmu tasawuf dapat melengkapi ilmu-ilmu lainnya dan membuat seseorang senantiasa rendah hati meskipun ia memiliki banyak ilmu maupun materi. Tasawuf dapat dilakukan dengan mempelajari ilmu agama dengan benar dan memahami maknanya serta dengan berzikir dan beribadah kepada Allah SWT. Wallahu A’lam Bisshawab. (baca juga dan ) | Manusia hidup tentunya dengan kebutuhan jasmani dan rohani. Kedua aspek tersebut saling melengkapi dan harus diperhatikan. Namun semakin berkembangnya zaman dan pola hidup masyarakat yang modern, kebutuhan rohani atau spiritual sema kian ditinggalkan akibat manusia terlampau khawatir dengan kehidupan dunia atau materialistis bacadan .Munculnya pemikiran islam dan kewajiban menuntut ilmu mendorong manusia untuk tidak hanya mengejar materi saja melainkan mempelajari ilmu rohani atau yang sering disebut dengan istilah . Ada beberapa aliran dalam ilmu tasawuf dan salah satu diantaranya adalah tasawuf sunni. baca danPengertian Tasawuf SunniAda beberapa hal yang dapat menjelaskan ilmu tasawuf sunni baik secara bahasa maupun secara istilah. Tasawuf sendiri dalam bahasa Arab berasal dari kata Shufah yang artinya adalah selembar bulu baca dan . Maksudnya, para sufi atau ahli tasawuf adalah layaknya bulu yang ringan dan tidak ada apaapanya dibanding Allah SWT pencipta seluruh alam semesta. Awal Abad HijriyahIlmu tasawuf sudah berkembang sejak awalawal tahun hijriyah. Saat itu para penganut tasawuf bahkan tidak memperdulikan makanan, pakaian, tempat tinggal dan hal lain yang terkait dengan dunia dan hanya berfokus pada ibadah dan menjalankan kewajiban sebagai seorang muslim saja. Selanjutnya pada ketiga dan keempat hijriyah, ilmu tasawuf pun berkembang dan pada abad ini tasawuf lebih fokus pada perbaikan akhlak atau tasawuf akhlak dimana akhlak terpuji menjadi salah satu hal utama yang harus dimiliki umat muslim. baca dan Abad kelima hijriyah dan seterusnyaBarulah pada abad kelima hijriyah muncul pengaruh ilmu dan budaya bangsa barat terutama filsafat bangsa Yunani yang mulai mmepengaruhi paham tasawuf dalam agama islam dan kemudian dikenql dengan istilah tasawuf falsafi. Beberapa dalil yang mendasari ilmu tasawuf antara lain sebagai berikutTidaklah para hamba yang beribadah kepadaKu dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada yang telah Aku fardhukan kepadanya. Dan hamba yang beribadah kepadaKu dengan perbuatanperbuatan sunat, maka Aku juga mencintainya. Jika Aku telah mencintainya, maka Aku adalah pendengaran yang ia gunakan untuk mendengar, penglihatan yang ia gunakan untuk melihat, tangan yang ia pakai memegang dan kaki yang ia gunakan untuk berjalan. Itulah karunia Allah, diberikanNya kepada siapa yang dikehendakiNya, dan Allah Maha Luas pemberianNya, lagi Maha Mengetahui. Tasawuf yang diamalkan akan membuat orang lain merasa nyaman dan pelakunya akan lebih ikhlas dalam beribadah kepada Allah SWT.Dengan kata lain, mempelajari ilmu tasawuf dapat melengkapi ilmuilmu lainnya dan membuat seseorang senantiasa rendah hati meskipun ia memiliki banyak ilmu maupun materi. |
Ini Besarnya Pahala Orang Yang Berkurban | https://www.harakatuna.com/ini-besarnya-pahala-orang-yang-berkurban.html | Harakatuna.com – Bentar lagi orang Islam akan merayakan hari raya kurban. Kurban merupakan salah satu ibadah yang utama yang disyariatkan oleh Allah untuk mengenang kisah perjuangan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Dan perlu diketahui juga bahwa pahala kurban ini amatlah besar. Dan berikut besarnya pahala orang yang berkurban. Nabi Muhammad dalam hadisnya bersabda salah satu besarnya pahala berkurban adalah setiap bulu hewan yang dikurbankan akan dicatat sebagai kebaikan. - - . . . Artinya: “Para sahabat bertanya kepada Nabi Saw; Wahai Rasulullah, apakah maksud dari hewan-hewan kurban seperti ini? Beliau menjawab; Ini merupakan sunah (ajaran) bapak kalian, Nabi Ibrahim. Mereka bertanya; Wahai Rasulullah, lantas apa yang akan kami dapatkan dengannya? Beliau menjawab; Setiap rambut terdapat satu kebaikan. Mereka berkata; Bagaimana dengan bulu-bulunya wahai Rasulullah? Beliau menjawab; Dari setiap rambut pada bulu-bulunya terdapat suatu kebaikan,” [HR. Abu Daud] Selain banyaknya pahala kebaikan. Berkurban merupakan salah satu amalan yang paling dicintai oleh Allah. Nabi Muhammad bersabda Artinya: “Tidaklah pada hari nahr, suatu amalan yang lebih dicintai oleh Allah dibanding mengalirkan darah dari hewan kurban. Ia akan datang pada hari kiamat dengan tanduk, kuku, rambut hewan kurban tersebut. Dan sungguh darah tersebut akan sampai kepada (ridha) Allah sebelum tetesan darah tersebut jatuh ke bumi, maka bersihkanlah jiwa kalian dengan berkurban.” [HR. Hakim] Semoga dengan mengetahui ini, kita semua dimampukan oleh Allah untuk berkurban. | Harakatuna.com Bentar lagi orang Islam akan merayakan hari raya kurban. Kurban merupakan salah satu ibadah yang utama yang disyariatkan oleh Allah untuk mengenang kisah perjuangan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Dan perlu diketahui juga bahwa pahala kurban ini amatlah besar. Dan berikut besarnya pahala orang yang berkurban. Nabi Muhammad dalam hadisnya bersabda salah satu besarnya pahala berkurban adalah setiap bulu hewan yang dikurbankan akan dicatat sebagai kebaikan. . . . Artinya Para sahabat bertanya kepada Nabi Saw Wahai Rasulullah, apakah maksud dari hewanhewan kurban seperti ini Beliau menjawab Ini merupakan sunah ajaran bapak kalian, Nabi Ibrahim. Mereka bertanya Wahai Rasulullah, lantas apa yang akan kami dapatkan dengannya Beliau menjawab Setiap rambut terdapat satu kebaikan. Mereka berkata Bagaimana dengan bulubulunya wahai Rasulullah Beliau menjawab Dari setiap rambut pada bulubulunya terdapat suatu kebaikan, HR. Abu Daud Selain banyaknya pahala kebaikan. Berkurban merupakan salah satu amalan yang paling dicintai oleh Allah. Nabi Muhammad bersabda Artinya Tidaklah pada hari nahr, suatu amalan yang lebih dicintai oleh Allah dibanding mengalirkan darah dari hewan kurban. Ia akan datang pada hari kiamat dengan tanduk, kuku, rambut hewan kurban tersebut. Dan sungguh darah tersebut akan sampai kepada ridha Allah sebelum tetesan darah tersebut jatuh ke bumi, maka bersihkanlah jiwa kalian dengan berkurban. HR. Hakim Semoga dengan mengetahui ini, kita semua dimampukan oleh Allah untuk berkurban. |
Empat Penyebab Utama Suul Khatimah | https://www.dakwah.id/empat-penyebab-suul-khatimah/ | Sebagian orang yang mengaku beragama Islam ternyata mengalami suul khatimah. Kondisi suul khatimah biasanya tampak pada sebagian orang yang sedang sakaratul maut.Shiddiq hasan Khan pernah menceritakan tentang kondisi suul khatimah, Suul khatimah memiliki sebab-sebab yang harus selalu diwaspadai oleh setiap mukmin. (Yaqdzah Ulil Itibar, 211)Kemudian beliau mennyebutkan empat sebab suul khatimah yang beliau maksud sebagai berikut.Tak ada artinya jika telah memiliki sifat zuhud, kualitas keshalihan yang tinggi, namun akidahnya rusak. Jika seseorang memiliki akidah yang rusak dan ia meyakininya, bahkan sama sekali tidak menyangka telah berada dalam kekeliruan akidah, maka semua itu akan tersingkap saat sakaratul maut.Jika seseorang wafat dalam kondisi seperti ini sebelum ia kembali pada iman yang benar, maka ia akan mendapatkan suul khatimah dan wafat dalam kondisi tanpa iman.Selain itu, ia juga akan termasuk dalam kategori golongan yang telah disebutkan oleh Allah Azza wa Jalla dalam firman-Nya, Dan jelaslah bagi mereka azab dari Allah yang belum pernah mereka perkirakan. (QS. Az-Zumar: 47)Dan ayat, . Katakanlah Apakah akan kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya? Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan ini, padahal mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya. (QS. Al-Kahfi: 103-104)Oleh sebab itu, hendaknya setiap manusia selalu memberbaiki akidahnya. Akidah yang benar adalah akidah yang bersumber dari al-Quran dan as-Sunnah sebagaimana yang disampaikan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dalam risalah dakwahnya di era awal kebangkitan Islam masa hidup beliau.Orang yang sering melakukan maksiat, maka kemaksiatan itu akan terus menumpuk dalam hatinya. Semua yang pernah dikumpulkan manusia sepanjang umur kehidupannya, maka memori itu akan muncul dan terulang saat ia mati.Jika seseorang cenderung kepada ketaatan dan hal-hal yang baik, maka yang paling banyak hadir pada saat ia sakaratul maut adalah memori ketaatan.Sebaliknya, jika kecenderungannya pada maksiat lebih dominan, maka yang paling banyak hadir saat sakaratul maut adalah memori maksiat.Bahkan, bisa jadi pada saat maut menjelang dan ia belum taubat, syahwat dan maksiat menguasainya hingga hatinya terikat padanya. Dan akhirnya, dua hal itu menjadi penghalang antara dia dan Rabbnya, serta menjadi penyebab kesengsaraan di akhir hayat. Adapun orang yang tidak melakukan dosa, atau melakukan dosa namun selalu segera diiringi dengan taubat, maka ia akan dijauhkan dari kondisi tersebut.Imam adz-Dzahabi mengutip perkataan Mujahid dalam tulisannya, Tidaklah seseorang meninggal kecuali ditampilkan kepadanya orang-orang yang biasa bergaul dengannya. Seseorang yang suka main catur sekarat, lalu dikatakan kepadanya, Ucapkan Laa Ilaha Illallah. Ia menjawab, Skak! kemudian ia mati.Jadi, yang mendominasi lidahnya adalah kebiasaan permainan dalam hidupnya. Sebagai ganti kalimat tauhid, ia mengatakan Skak! Ini mirip dengan seseorang yang berkawan dengan para pemabuk. Saat sekarat, seseorang datang untuk mengajarkannya mengucap syahadat. Tetapi ia malah berkata, Mari minum dan tuangkan untukku! kemudia ia mati. Laa haula wa laa quwwata illa billah. (Al-Kaba-ir, Imam adz-Dzahabi, 91)Orang yang semula istiqamah dalam kebaikan, lalu berubah dan menyimpang jauh menuju keburukan, ini bisa menjadi penyebab Suul khatimah.Sebagaimana iblis yang pada mulanya adalah pemimpin malaikat plus malaikat yang paling giat beribadah, namun kemudian saat ia diperintah untuk sujud kepada Adam, ia membangkang dan menyombongkan diri. Sehingga ia tergolong makhluk yang kafir.Juga sebagaimana Balam Ibnu Baura yang telah sampai kepadanya ayat-ayat Allah Azza wa Jalla. Lalu Allah Azza wa Jalla menurunkannya ke dunia. Ia menuruti hawa nafsunya dan termasuk orang-orang yang sesat.Keluarnya seseorang dari jalan istiqamah dalam ketaatan harus segera disadarkan dan diluruskan. Agar ia tidak termasuk golongan orang yang mendapatkan Suul khatimah saat sakaratul maut.Iman yang lemah dapat melemahkan cinta kepada Allah Azza wa Jalla dan terus menguatkan cinta kepada dunia dalam hatinya. Lemahnya iman dapat menjajah dan mendominasi dirinya sehingga tidak tersisa dalam hatinya tempat untuk cinta kepada Allah Azza wa Jalla kecuali hanya sedikit bisikan jiwa.Akibatnya, ia akan terperosok ke dalam lembah nafsu syahwat dan maksiat. Noda hitam yang ada di hatinya akan terus menumpuk dan akhirnya memadamkan cahaya iman yang sudah terlanjur lemah dalam hatinya.Dalam kondisi seperti itu, jika sakaratul maut datang, ia akan selalu dibayangi rasa khawatir dalam dirinya bahwa Allah Azza wa Jalla murka dan tidak cinta kepadanya. Cinta Allah Azza wa Jalla yang sudah lemah itu berbalik menjadi benci. Akhirnya, bila ia mati dalam kondisi iman lemah, dia akan mendapatkan suul khatimah dan sengsara selamanya.Sebab, yang melahirkan suul khatimah adalah cinta dan kecenderungan kepada dunia serta lemahnya iman. Semuanya akan berimbas pada lemahnya rasa cinta kepada Allah Azza wa Jalla. (Disadur dari kitab Al-Qiyamah ash-Shughra, Syaikh Umar bin Khattab radhyallahu anhu Sulaiman al-Asyqar) Wallahu alam [dakwah.id] | Sebagian orang yang mengaku beragama Islam ternyata mengalami suul khatimah. Shiddiq hasan Khan pernah menceritakan tentang kondisi suul khatimah, Suul khatimah memiliki sebabsebab yang harus selalu diwaspadai oleh setiap mukmin. Tak ada artinya jika telah memiliki sifat zuhud, kualitas keshalihan yang tinggi, namun akidahnya rusak. Katakanlah Apakah akan kami beritahukan kepadamu tentang orangorang yang paling merugi perbuatannya Yaitu orangorang yang telah siasia perbuatannya dalam kehidupan ini, padahal mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaikbaiknya. AlKahfi 103104Oleh sebab itu, hendaknya setiap manusia selalu memberbaiki akidahnya. Jika seseorang cenderung kepada ketaatan dan halhal yang baik, maka yang paling banyak hadir pada saat ia sakaratul maut adalah memori ketaatan. Bahkan, bisa jadi pada saat maut menjelang dan ia belum taubat, syahwat dan maksiat menguasainya hingga hatinya terikat padanya. Jadi, yang mendominasi lidahnya adalah kebiasaan permainan dalam hidupnya. Sebagai ganti kalimat tauhid, ia mengatakan Skak Ini mirip dengan seseorang yang berkawan dengan para pemabuk. Saat sekarat, seseorang datang untuk mengajarkannya mengucap syahadat. Tetapi ia malah berkata, Mari minum dan tuangkan untukku kemudia ia mati. AlKabair, Imam adzDzahabi, 91Orang yang semula istiqamah dalam kebaikan, lalu berubah dan menyimpang jauh menuju keburukan, ini bisa menjadi penyebab Suul khatimah. Sebagaimana iblis yang pada mulanya adalah pemimpin malaikat plus malaikat yang paling giat beribadah, namun kemudian saat ia diperintah untuk sujud kepada Adam, ia membangkang dan menyombongkan diri. Sehingga ia tergolong makhluk yang kafir. Lalu Allah Azza wa Jalla menurunkannya ke dunia. Akhirnya, bila ia mati dalam kondisi iman lemah, dia akan mendapatkan suul khatimah dan sengsara selamanya. Semuanya akan berimbas pada lemahnya rasa cinta kepada Allah Azza wa Jalla. Disadur dari kitab AlQiyamah ashShughra, Syaikh Umar bin Khattab radhyallahu anhu Sulaiman alAsyqar Wallahu alam dakwah.id |
Buah Khuldi | https://radiomutiaraquran.com/2023/06/23/buah-khuldi/ | Buah Khuldi adalah penamaan buah untuk nama pohon yang Allah ‘Azza Wajalla larang Nabi Adam dan istri beliau untuk mendekatinya. Sebagaimana firman Allah ‘Azza Wajalla, “Kami berfirman, “Wahai Adam, tinggallah engkau dan istrimu di dalam surga, makanlah dengan nikmat (berbagai makanan) yang ada di sana sesukamu, dan janganlah kamu dekati pohon ini, sehingga kamu termasuk orang-orang zalim!” (QS. Al-Baqarah: 35) Syekh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’diy rahimahullahu mengatakan, ; “Pohon ini merupakan salah satu pohon surga. Allah yang lebih tahu tentang hal tersebut. Akan tetapi, yang jelas Allah larang keduanya mendekati pohon tersebut sebagai bentuk ujian (patuh ataukah tidak).” (Tafsir As-Sa’diy, hal. 49) Akan tetapi, setan berupaya sedemikian kuat untuk menjerumuskan Nabi Adam dan Hawa ‘alaihimassalam agar tidak mematuhi perintah Rabbnya. Dalam sebuah riwayat [1] disebutkan bahwa setan berpura-pura menangis dengan tangisan yang menyayat sehingga mengundang iba keduanya. Setan mengaku bersedih jika keduanya nanti tidak akan menjumpai nikmat seperti ini, sampai ia berkata, :” ” “Wahai Adam, maukah kutunjukkan manfaat pohon Khuld yang nantinya kamu akan menjadi malaikat di sini yang tidak akan lenyap? Rabbmu melarangmu memakannya agar engkau tidak menjadi malaikat dan kekal di sini. (Bahkan setan sampai bersumpah) dan mengatakan bahwa, aku ini benar-benar memberi saran yang baik untukmu.” [2] Rayuan setan ini pun masuk ke dalam hati Adam dan Hawa dan keduanya menuruti bisikan tersebut. Allah ‘Azza Wajalla berfirman, “Maka, setan membisikkan (pikiran jahat) kepada keduanya yang berakibat tampak pada keduanya sesuatu yang tertutup dari aurat keduanya. Ia (setan) berkata, ‘Tuhanmu tidak melarang kamu berdua untuk mendekati pohon ini, kecuali (karena Dia tidak senang) kamu berdua menjadi malaikat atau kamu berdua termasuk orang-orang yang kekal (dalam surga).’” (QS. Al-A’raf: 20) Allah pun memberikan teguran dengan menampakkan aurat lahir mereka karena telah melanggar apa-apa yang Allah perintahkan. Hal ini menunjukkan, bahwa kemaksiatan dalam hati sekalipun akan berdampak pada lahiriah manusia. Syekh As-Sa’diy rahimahullahu menjelaskan ayat ini dengan mengatakan, “Nampaklah aurat keduanya satu sama lain, setelah sebelumnya tertutup. Keterbukaan batin (karena melanggar ketentuan Allah) memberikan efek kepada keterbukaan lahiriah (terbukanya aurat). Sampai benar-benar tidak ada yang menutupi aurat mereka dan nampaklah aurat keduanya. Mereka pun berupaya menutupinya karena malu dengan dedaunan surga.” [3] Jika Nabi Adam ‘alaihissalam langsung Allah tegur, bagaimana dengan kita yang bahkan kedekatan kita dengan Allah Ta’ala tidak sebagaimana kedekatan Nabi Adam ‘alaihissalam?! Semoga Allah jaga kita dari perbuatan ingkar kepada Allah Ta’ala. Catatan kaki: [1] Diriwayatkan oleh At-Thabari dalam Tafsir-nya no. 747 (1: 529). [2] Diriwayatkan oleh At-Thabari dalam Tafsir-nya no. 747 (1: 529). [3] Tafsir As-Sa’diy, hal. 285. Penulis: Muhammad Nur Faqih, S.Ag. Sumber | Buah Khuldi adalah penamaan buah untuk nama pohon yang Allah Azza Wajalla larang Nabi Adam dan istri beliau untuk mendekatinya. Sebagaimana firman Allah Azza Wajalla, Kami berfirman, Wahai Adam, tinggallah engkau dan istrimu di dalam surga, makanlah dengan nikmat berbagai makanan yang ada di sana sesukamu, dan janganlah kamu dekati pohon ini, sehingga kamu termasuk orangorang zalim QS. AlBaqarah 35 Syekh Abdurrahman bin Nashir AsSadiy rahimahullahu mengatakan, Pohon ini merupakan salah satu pohon surga. Allah yang lebih tahu tentang hal tersebut. Akan tetapi, yang jelas Allah larang keduanya mendekati pohon tersebut sebagai bentuk ujian patuh ataukah tidak. 49 Akan tetapi, setan berupaya sedemikian kuat untuk menjerumuskan Nabi Adam dan Hawa alaihimassalam agar tidak mematuhi perintah Rabbnya. Dalam sebuah riwayat 1 disebutkan bahwa setan berpurapura menangis dengan tangisan yang menyayat sehingga mengundang iba keduanya. Setan mengaku bersedih jika keduanya nanti tidak akan menjumpai nikmat seperti ini, sampai ia berkata, Wahai Adam, maukah kutunjukkan manfaat pohon Khuld yang nantinya kamu akan menjadi malaikat di sini yang tidak akan lenyap Rabbmu melarangmu memakannya agar engkau tidak menjadi malaikat dan kekal di sini. Bahkan setan sampai bersumpah dan mengatakan bahwa, aku ini benarbenar memberi saran yang baik untukmu. 2 Rayuan setan ini pun masuk ke dalam hati Adam dan Hawa dan keduanya menuruti bisikan tersebut. AlAraf 20 Allah pun memberikan teguran dengan menampakkan aurat lahir mereka karena telah melanggar apaapa yang Allah perintahkan. Hal ini menunjukkan, bahwa kemaksiatan dalam hati sekalipun akan berdampak pada lahiriah manusia. Syekh AsSadiy rahimahullahu menjelaskan ayat ini dengan mengatakan, Nampaklah aurat keduanya satu sama lain, setelah sebelumnya tertutup. Keterbukaan batin karena melanggar ketentuan Allah memberikan efek kepada keterbukaan lahiriah terbukanya aurat. Mereka pun berupaya menutupinya karena malu dengan dedaunan surga. 3 Jika Nabi Adam alaihissalam langsung Allah tegur, bagaimana dengan kita yang bahkan kedekatan kita dengan Allah Taala tidak sebagaimana kedekatan Nabi Adam alaihissalam Semoga Allah jaga kita dari perbuatan ingkar kepada Allah Taala. Catatan kaki 1 Diriwayatkan oleh AtThabari dalam Tafsirnya no. |
Membaca Basmalah Sebelum Tayamum | https://konsultasisyariah.com/30643-membaca-basmalah-sebelum-tayamum.html | Apakah dianjurkan membaca basmalah ketika tayamum? Jika dianjurkan, kapan itu dilakukan? Jawab: Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du, Jumhur ulama – hanafiyah, malikiyah, syafiiyah, dan hambali – menganjurkan untuk membaca basmalah sebelum tayamum. Dan itu dilakukan sebelum menepukkan kedua tangan di media tayamum. Kita akan simak keterangan yang mewakili masing-masing madzhab, [1] Keterangan dalam madzhab hanafi, Dalam al-Jauharah an-Nirah – kitab madzhab hanafiyah – dinyatakan, .. Sunah tayammum adalah membaca basmalah sebelum menepukkan kedua tangan… (al-Jauharah an-Nirah, 1/22). [2] Keterangan dalam madzhab Malikiyah, Dalam Hasyiyah al-Adawi – kitab madzhab maliki – dinyatakan, : … Dianjurkan baginya sebelum menepukkan kedua telapak tangan di tanah untuk mengucapkan bismillah… (Hasyiyah al-Adawi, 1/229) [3] Keterangan dalam madzhab Syafiiyah, Dalam kitab al-Muhadzab – kitab madzhab Syafiiyah – dinyatakan, … Apabila hendak tayamum, dianjurkan untuk membaca basmalah… (al-Muhadzab, 1/68) [4] Keterangan dalam madzhab hambali Dalam kitab al-Inshaf disebutkan perbedaan ulama hambali terkait hukum membaca basmalah untuk tayamum. Ada yang mengatakan, basmalah hukumnya wajib ketika wudhu dan tayamum menurut pendapat yang kuat dalam madzhab hambali. Lalu al-Mardawi mengatakan, – – Dan diriwayatkan dari beliau – Imam Ahmad – bahwa itu anjuran. (al-Inshaf, 1/288). Demikian, Allahu a’lam. Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina ) Anda bisa membaca artikel ini melalui aplikasi Tanya Ustadz untuk . Download Sekarang !! didukung oleh Zahir Accounting Software Akuntansi Terbaik di Indonesia. Dukung dengan menjadi SPONSOR dan DONATUR. SPONSOR hubungi: 081 326 333 328 DONASI hubungi: 087 882 888 727 REKENING DONASI : BNI SYARIAH 0381346658 / BANK SYARIAH MANDIRI 7086882242 a.n. YAYASAN YUFID NETWORK | Apakah dianjurkan membaca basmalah ketika tayamum Jika dianjurkan, kapan itu dilakukan Jawab Bismillah was shalatu was salamu ala Rasulillah, wa badu, Jumhur ulama hanafiyah, malikiyah, syafiiyah, dan hambali menganjurkan untuk membaca basmalah sebelum tayamum. Dan itu dilakukan sebelum menepukkan kedua tangan di media tayamum. Kita akan simak keterangan yang mewakili masingmasing madzhab, 1 Keterangan dalam madzhab hanafi, Dalam alJauharah anNirah kitab madzhab hanafiyah dinyatakan, Sunah tayammum adalah membaca basmalah sebelum menepukkan kedua tangan alJauharah anNirah, 122. 2 Keterangan dalam madzhab Malikiyah, Dalam Hasyiyah alAdawi kitab madzhab maliki dinyatakan, Dianjurkan baginya sebelum menepukkan kedua telapak tangan di tanah untuk mengucapkan bismillah Hasyiyah alAdawi, 1229 3 Keterangan dalam madzhab Syafiiyah, Dalam kitab alMuhadzab kitab madzhab Syafiiyah dinyatakan, Apabila hendak tayamum, dianjurkan untuk membaca basmalah alMuhadzab, 168 4 Keterangan dalam madzhab hambali Dalam kitab alInshaf disebutkan perbedaan ulama hambali terkait hukum membaca basmalah untuk tayamum. Ada yang mengatakan, basmalah hukumnya wajib ketika wudhu dan tayamum menurut pendapat yang kuat dalam madzhab hambali. Lalu alMardawi mengatakan, Dan diriwayatkan dari beliau Imam Ahmad bahwa itu anjuran. alInshaf, 1288. Demikian, Allahu alam. Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits Dewan Pembina Anda bisa membaca artikel ini melalui aplikasi Tanya Ustadz untuk . Download Sekarang didukung oleh Zahir Accounting Software Akuntansi Terbaik di Indonesia. Dukung dengan menjadi SPONSOR dan DONATUR. SPONSOR hubungi 081 326 333 328 DONASI hubungi 087 882 888 727 REKENING DONASI BNI SYARIAH 0381346658 BANK SYARIAH MANDIRI 7086882242 a.n. YAYASAN YUFID NETWORK |
5796. BERSENTUHAN DENGAN SEPUPU MEMBATALKAN WUDHU' ? | https://www.piss-ktb.com/2020/02/5796-bersentuhan-dengan-sepupu.html | PERTANYAAN : Assalamualaikum. Saya mau tanya. Misal ibu saya punya adik laki laki namanya Jono. Kemudian Jono ini mempunyai anak laki laki. PERTANYAANYA : Apakah saya dan anak nya Jono jika bersentuhan kulit bisa membatalkan wudu ? Terima kasih. [Najwa]. JAWABAN : Wa'alaikumussalam. Jika anda bersentuhan dengan sepupu anda( anaknya bapak Jono), maka wudlu anda dan juga sepupu anda batal, karena bukan mahram. Wallohu a'lam. [Moh Showi, Muhayadi]. Ibarot : (: ) : . () ( ) ( ) : * ( ) * ( ) ( ) () : . . www.fb.com/groups/piss.ktb/2418892231466904 | PERTANYAAN Assalamualaikum. Saya mau tanya. Misal ibu saya punya adik laki laki namanya Jono. Kemudian Jono ini mempunyai anak laki laki. PERTANYAANYA Apakah saya dan anak nya Jono jika bersentuhan kulit bisa membatalkan wudu Terima kasih. Najwa. JAWABAN Waalaikumussalam. Jika anda bersentuhan dengan sepupu anda anaknya bapak Jono, maka wudlu anda dan juga sepupu anda batal, karena bukan mahram. Wallohu alam. Moh Showi, Muhayadi. Ibarot . . . www.fb.comgroupspiss.ktb2418892231466904 |
Lebih Baik Berkurban Hewan Ternak Jantan atau Betina? | https://bincangsyariah.com/hukum-islam/ubudiyah/lebih-baik-berkurban-hewan-ternak-jantan-atau-betina/ | Ketika hendak berkurban, seseorang dianjurkan untuk memilih hewan yang terbaik, baik dari kesempurnaan anggota tubuh, tubuh yang besar dan gemuk, dan lainnya. Hal ini dikarenakan kurban merupakan salah satu syiar Allah yang harus dilakukan dengan sebaik-baiknya. Di masyarakat ada anggapan kuat bahwa hewan ternak jantan lebih baik dibanding hewan ternak betina untuk dijadikan kurban. Karena itu, hewan ternak jantan biasanya lebih mahal harganya dibanding hewan betina. Benarkah demikian? Benarkah hewan jantan lebih baik dijadikan kurban dibanding hewan betina disebabkan hewan jantan lebih mahal? Para ulama sepakat bahwa hewan ternak yang dijadikan kurban boleh jantan dan juga boleh betina. Kedua jenis kelamin terbsebut sama-sama sah dijadikan kurban. Dalam kitab Alfiqhul Islmai wa Adillatuhu disebutkan; : ( ) ( ) Para ulama fiqih sepakat bahwa kurban tidak diperbolehkan kecuali dengan binatang ternak yaitu; unta, sapi (termasuk kerbau) dan kambing (termasuk kambing kacang) dengan segala jenisnya mencakup hewan ternak jantan atau betina, yang dikebiri atau menjadi pejantan. Imam Nawawi dalam kitabnya Almajmu menyebutkan, kebolehan berkurban dengan hewan ternak jantan maupun betina ini sudah merupakan ijma ulama. Sah berkurban dengan hewan ternak jantan dan betina dengan kesepakatan atau ijma ulama. Namun demikian, menurut Imam Arramli, hewan ternak jantan lebih baik dijadikan kurban. Hal ini disebabkan hewan ternak jantan dagingnya lebih bagus dan juga harganya lebih mahal. Dalam kitab Nihayatul Muhtaj, Imam Arramli berkata; Boleh berkurban dengan hewan ternak jantan, betina dan hewan yang tidak jelas kelaminnya. Namun demikian, hewan ternak jantan meski warna bulunya kurang bagus, menurut pendapat yang zahir, lebih utama. | Ketika hendak berkurban, seseorang dianjurkan untuk memilih hewan yang terbaik, baik dari kesempurnaan anggota tubuh, tubuh yang besar dan gemuk, dan lainnya. Hal ini dikarenakan kurban merupakan salah satu syiar Allah yang harus dilakukan dengan sebaikbaiknya. Di masyarakat ada anggapan kuat bahwa hewan ternak jantan lebih baik dibanding hewan ternak betina untuk dijadikan kurban. Karena itu, hewan ternak jantan biasanya lebih mahal harganya dibanding hewan betina. Benarkah demikian Benarkah hewan jantan lebih baik dijadikan kurban dibanding hewan betina disebabkan hewan jantan lebih mahal Para ulama sepakat bahwa hewan ternak yang dijadikan kurban boleh jantan dan juga boleh betina. Kedua jenis kelamin terbsebut samasama sah dijadikan kurban. Dalam kitab Alfiqhul Islmai wa Adillatuhu disebutkan Para ulama fiqih sepakat bahwa kurban tidak diperbolehkan kecuali dengan binatang ternak yaitu unta, sapi termasuk kerbau dan kambing termasuk kambing kacang dengan segala jenisnya mencakup hewan ternak jantan atau betina, yang dikebiri atau menjadi pejantan. Imam Nawawi dalam kitabnya Almajmu menyebutkan, kebolehan berkurban dengan hewan ternak jantan maupun betina ini sudah merupakan ijma ulama. Sah berkurban dengan hewan ternak jantan dan betina dengan kesepakatan atau ijma ulama. Namun demikian, menurut Imam Arramli, hewan ternak jantan lebih baik dijadikan kurban. Hal ini disebabkan hewan ternak jantan dagingnya lebih bagus dan juga harganya lebih mahal. Dalam kitab Nihayatul Muhtaj, Imam Arramli berkata Boleh berkurban dengan hewan ternak jantan, betina dan hewan yang tidak jelas kelaminnya. Namun demikian, hewan ternak jantan meski warna bulunya kurang bagus, menurut pendapat yang zahir, lebih utama. |
Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 224: Larangan Sumpah atas Nama Allah untuk Halangi Perbuatan Baik | https://islam.nu.or.id/tafsir/tafsir-surat-al-baqarah-ayat-224-larangan-sumpah-atas-nama-allah-untuk-halangi-perbuatan-baik-YrsOq | Surat Al-Baqarah [2] ayat 244 menjelaskan tentang larangan bersumpah atas nama Allah untuk menghalangi diri kita dari melakukan kebaikan, bertakwa, dan menyelesaikan perselisihan di antara manusia. Hal ini karena sumpah atas nama Allah mengandung konsekuensi yang serius dan tidak boleh digunakan untuk tujuan yang tidak terhormat. Simak firman Allah berikut; Wa lā taj‘alullāha ‘urḍatal li'aimānikum an tabarrū wa tattaqū wa tuṣliḥū bainan-nās(i), wallāhu samī‘un ‘alīm(un). Artinya: "Janganlah kamu jadikan (nama) Allah dalam sumpahmu sebagai penghalang dari berbuat baik, bertakwa, dan menciptakan kedamaian di antara manusia. Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." Buya Hamka dalam kitab Tafsir Al-Azhar, Jilid 1, halaman 528 menjelaskan bahwa dalam ayat 224 ini tentang larangan menjadikan sumpah atas nama Allah sebagai penghalang untuk berbuat kebaikan, bertakwa, dan mendamaikan perselisihan. Allah dalam ayat ini menggunakan kalimat urdhatan, yang mempunyai dua arti. Pertama penghalang, yang bermakna janganlah kamu jadikan Allah menjadi penghalang bagi sumpah kamu, yang menghalangi kamu berbuat kebajikan dan bertakwa dan mendamaikan di antara manusia. Sebagaimana kita maklumi, sumpah ialah suatu perjanjian yang diteguhkan dengan memakai nama Allah. Kita pun bisa bersumpah hendak menghentikan suatu pekerjaan ataupun mengerjakannya. Ada orang yang dengan memakai nama Allah, berjanji tidak akan menolong orang tertentu. Sebagaimana pernah terjadi pada Sayyidina Abu Bakar sendiri, beliau pernah bersumpah: “Demi Allah, aku tidak lagi akan memberikan bantuan kepada si Misthah." Karena si Misthah ini yang hidupnya sejak pindah dari Makkah ke Madinah dibantu oleh Abu Bakar. Ketika orang-orang munafik membuat fitnah bahwa Siti Aisyah berlaku serong dengan seorang pemuda bernama Shafwan, si Misthah ini pun telah turut menyebar-nyebarkan fitnah itu pula. Maka kemudian setelah turun ayat Allah membersihkan Aisyah dari noda yang busuk itu, Abu Bakar tidak lagi akan memberikan bantuannya kepada si Misthah. Patut dia berlaku demikian terhadap si Misthah yang selama ini telah mendapat bantuan daripadanya. Lantaran teguran ayat itu, Abu Bakar telah membayar kafarat atas sumpahnya yang telah terlanjur itu. Dalam hal ini Abu Bakar telah menjadikan nama Allah menjadi penghalang atas maksudnya hendak berbuat baik, membantu orang lain. Oleh sebab itu janganlah orang sampai mengambil nama Allah menjadi penghalang bagi dirinya untuk berbuat baik, atau untuk menegakkan takwa. Karena segala kebajikan yang kita kerjakan, tujuan kita ialah supaya dia menjadi jalan untuk memperkokoh ketakwaan kita kepada Allah. Arti kedua dari urdhatan, sasaran. Maksudnya jangan jadikan sumpah sebagai cara untuk merendahkan keagungan Allah, seperti bersumpah demi Allah untuk hal-hal sepele. Ibnu Abbas memberikan contoh sumpah tidak bertegur sapa dengan kerabat, tidak bersedekah, atau tidak mendamaikan perselisihan. Dengan demikian, ayat ini melarang keras orang bersumpah dengan memakai nama Allah buat menghambat dirinya dari satu pekerjaan yang baik, dan banyaklah misal-misal yang dapat dikemukakan untuk itu. Misalnya orang berkata: “Demi Allah, saya tidak akan ke Makkah selama si anu masih bercokol di sana. Atau Demi Allah, biar si anu dan si fulan itu berkelahi terus-menerus, namun aku tidak akan mendamaikan mereka.” Sumpah-sumpah seperti ini, yang menjadikan Allah jadi penghalang dari suatu perbuatan yang baik, atau menjadikan Allah menjadi sasaran sumpah, amatlah dicela olehNya. Dan di ujung ayat Allah berfirman: “Dan Allah adalah Maha Mendengar, lagi Mengetahui”. Sementara itu, Syekh Nawawi Al-Bantani dalam kitab Tafsir Marah Labib, Jilid 1, halaman 78 menjelaskan bahwa dalam ayat ini Allah melarang manusia untuk menjadikan sumpah kepada Allah sebagai penghalang untuk berbuat baik, bertakwa, dan mengadakan perdamaian di antara manusia. Perbuatan tersebut masuk dalam perbuatan yang dilarang dan haram untuk dilaksanakan. Artinya: "Janganlah kamu menjadikan sumpahmu kepada Allah sebagai penghalang untuk berbuat baik, bertakwa, dan mengadakan perdamaian di antara manusia,". Terkait asbabun nuzul ayat ini, Ibnu Abbas menjelaskan bahwa ayat ini turun dalam konteks sumpah Abdullah bin Rawahah atas nama Allah, di mana ia bersumpah untuk tidak berlaku baik terhadap saudara perempuannya dan iparnya, Basyir bin Nu'man. Ia juga berkomitmen untuk tidak berbicara atau melakukan perdamaian dengan keduanya. Ketika dia diajak berdamai, Abdullah menjelaskan bahwa ia telah bersumpah atas nama Allah dan karenanya tidak dapat melanggar sumpah tersebut dengan melakukan perdamaian. Untuk itu dalam Islam, bersumpah atas nama Allah untuk tidak berbuat baik pada orang lain merupakan perbuatan yang dilarang. Sumpah adalah sesuatu yang sangat serius dalam ajaran Islam, dan seseorang diharapkan untuk memenuhi sumpahnya. Namun, Islam mendorong untuk berbuat baik kepada sesama dan melarang seseorang bersumpah untuk tidak berbuat baik kepada orang lain. Selanjutnya, Profesor Quraish Shihab dalam kitab Tafsir Al-Misbah, Volume I, halaman 483-484 menjelaskan bahwa ayat tersebut melarang untuk sering bersumpah. Alasannya, sering menyebut nama Allah dalam sumpah dapat menghalangi seseorang untuk berbuat kebajikan, bertakwa, dan melakukan ishlah (perbaikan antar manusia). Hal ini karena penyebutan nama Allah yang tidak pada tempatnya dapat membuat seseorang terbiasa dengannya, sehingga ia mudah berbuat dosa dan tidak dipercaya orang lain. Akibatnya, usahanya untuk melakukan ishlah pun akan gagal. Sumpah pada dasarnya digunakan untuk menguatkan ucapan dan meyakinkan orang lain. Jika seseorang terpercaya, ia tidak perlu bersumpah karena ucapannya sudah dipercaya. Sering bersumpah justru menunjukkan rasa tidak percaya diri dan dapat menghambat kebajikan, takwa, dan ishlah. Dengan demikian, ayat ini mengingatkan kita untuk tidak menggunakan nama Allah sebagai alasan untuk menghalangi diri dari melakukan perbuatan baik. Kita harus selalu bertakwa kepada Allah dan berusaha untuk menciptakan kedamaian di antara manusia. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu dan akan membalas setiap perbuatan kita. Zainuddin Lubis, Pegiat kajian Islam, tinggal di Ciputat | Surat AlBaqarah 2 ayat 244 menjelaskan tentang larangan bersumpah atas nama Allah untuk menghalangi diri kita dari melakukan kebaikan, bertakwa, dan menyelesaikan perselisihan di antara manusia. Hal ini karena sumpah atas nama Allah mengandung konsekuensi yang serius dan tidak boleh digunakan untuk tujuan yang tidak terhormat. Simak firman Allah berikut Wa lā tajalullāha urḍatal liaimānikum an tabarrū wa tattaqū wa tuṣliḥū bainannāsi, wallāhu samīun alīmun. Buya Hamka dalam kitab Tafsir AlAzhar, Jilid 1, halaman 528 menjelaskan bahwa dalam ayat 224 ini tentang larangan menjadikan sumpah atas nama Allah sebagai penghalang untuk berbuat kebaikan, bertakwa, dan mendamaikan perselisihan. Kita pun bisa bersumpah hendak menghentikan suatu pekerjaan ataupun mengerjakannya. Ada orang yang dengan memakai nama Allah, berjanji tidak akan menolong orang tertentu. Sebagaimana pernah terjadi pada Sayyidina Abu Bakar sendiri, beliau pernah bersumpah Demi Allah, aku tidak lagi akan memberikan bantuan kepada si Misthah. Lantaran teguran ayat itu, Abu Bakar telah membayar kafarat atas sumpahnya yang telah terlanjur itu. Karena segala kebajikan yang kita kerjakan, tujuan kita ialah supaya dia menjadi jalan untuk memperkokoh ketakwaan kita kepada Allah. Ibnu Abbas memberikan contoh sumpah tidak bertegur sapa dengan kerabat, tidak bersedekah, atau tidak mendamaikan perselisihan. Misalnya orang berkata Demi Allah, saya tidak akan ke Makkah selama si anu masih bercokol di sana. Atau Demi Allah, biar si anu dan si fulan itu berkelahi terusmenerus, namun aku tidak akan mendamaikan mereka. Dan di ujung ayat Allah berfirman Dan Allah adalah Maha Mendengar, lagi Mengetahui. Perbuatan tersebut masuk dalam perbuatan yang dilarang dan haram untuk dilaksanakan. Artinya Janganlah kamu menjadikan sumpahmu kepada Allah sebagai penghalang untuk berbuat baik, bertakwa, dan mengadakan perdamaian di antara manusia,. Terkait asbabun nuzul ayat ini, Ibnu Abbas menjelaskan bahwa ayat ini turun dalam konteks sumpah Abdullah bin Rawahah atas nama Allah, di mana ia bersumpah untuk tidak berlaku baik terhadap saudara perempuannya dan iparnya, Basyir bin Numan. Ia juga berkomitmen untuk tidak berbicara atau melakukan perdamaian dengan keduanya. Untuk itu dalam Islam, bersumpah atas nama Allah untuk tidak berbuat baik pada orang lain merupakan perbuatan yang dilarang. Hal ini karena penyebutan nama Allah yang tidak pada tempatnya dapat membuat seseorang terbiasa dengannya, sehingga ia mudah berbuat dosa dan tidak dipercaya orang lain. Akibatnya, usahanya untuk melakukan ishlah pun akan gagal. Sumpah pada dasarnya digunakan untuk menguatkan ucapan dan meyakinkan orang lain. Jika seseorang terpercaya, ia tidak perlu bersumpah karena ucapannya sudah dipercaya. Dengan demikian, ayat ini mengingatkan kita untuk tidak menggunakan nama Allah sebagai alasan untuk menghalangi diri dari melakukan perbuatan baik. Zainuddin Lubis, Pegiat kajian Islam, tinggal di Ciputat |
Ancaman yang curang dalam menakar dan menimbang | https://www.laduni.id/alquran/tema/tema-ayat-quran-Ancaman-yang-curang-dalam-menakar-dan-menimbang | QS.Surat Al-Tatfif[83]:1 () 1. Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang(1562), [1562] Yang dimaksud dengan orang-orang yang curang di sini ialah orang-orang yang curang dalam menakar dan menimbang QS.Surat Al-Tatfif[83]:2 () 2. (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, QS.Surat Al-Tatfif[83]:3 () 3. dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi. QS.Surat Al-Tatfif[83]:4 () 4. Tidaklah orang-orang itu menyangka, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan, QS.Surat Al-Tatfif[83]:5 () 5. pada suatu hari yang besar, QS.Surat Al-Tatfif[83]:6 () 6. (yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam? | QS.Surat AlTatfif831 1. Kecelakaan besarlah bagi orangorang yang curang1562, 1562 Yang dimaksud dengan orangorang yang curang di sini ialah orangorang yang curang dalam menakar dan menimbang QS.Surat AlTatfif832 2. yaitu orangorang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, QS.Surat AlTatfif833 3. dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi. QS.Surat AlTatfif834 4. Tidaklah orangorang itu menyangka, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan, QS.Surat AlTatfif835 5. pada suatu hari yang besar, QS.Surat AlTatfif836 6. yaitu hari ketika manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam |
5489. HUKUM MEMBERIKAN THR TAPI DINIATI ZAKAT | https://www.piss-ktb.com/2018/05/5489-hukum-memberikan-thr-tapi-diniati.html | PERTANYAAN : Asslamualaikum. Punten mau nanya, kebiasaan para pedagang kalau menjelang lebaran itu kan bagi-bagi THR (Tunjangan Hari Raya). Pertanyaannya : Bolehkah bila THR itu dijadikan zakat mal / tijaroh? maksudnya diniati zakt mal boleh nggak ? Mohon penjelasannya dan ibarohnya, suwun. [Mirza Usmani]. JAWABAN : Wa'alaikumussalam. Boleh dan sah THR itu dijadikan zakat mal / tijaroh, apabila memenuhi semua persyaratan zakat mal. Sudah mencukupi (sah) sebagai zakat mal jika yang menerima adalah mustahiq zakat. Poin yang terpenting yang menerima harus mustakhiquz zakat, jadi andaikata dari sekian pelanggan ada yang kaya, berarti pemberian THR kepada yang kaya (bukan mustakhiq) tidak bisa dikategorikan sebagai zakat. Referensi : - (8 / 80) ( ) . . - (13 / 94) ( ) ( ) . - Bughyah halaman 101 : : . : : . Wallohu a'lam. [Umronuddin, Moh Showi, Imam Tantowi]. web.fb.com/groups/piss.ktb/1975168105839321 | PERTANYAAN Asslamualaikum. Punten mau nanya, kebiasaan para pedagang kalau menjelang lebaran itu kan bagibagi THR Tunjangan Hari Raya. Pertanyaannya Bolehkah bila THR itu dijadikan zakat mal tijaroh maksudnya diniati zakt mal boleh nggak Mohon penjelasannya dan ibarohnya, suwun. Mirza Usmani. JAWABAN Waalaikumussalam. Boleh dan sah THR itu dijadikan zakat mal tijaroh, apabila memenuhi semua persyaratan zakat mal. Sudah mencukupi sah sebagai zakat mal jika yang menerima adalah mustahiq zakat. Poin yang terpenting yang menerima harus mustakhiquz zakat, jadi andaikata dari sekian pelanggan ada yang kaya, berarti pemberian THR kepada yang kaya bukan mustakhiq tidak bisa dikategorikan sebagai zakat. Referensi 8 80 . . 13 94 . Bughyah halaman 101 . . Wallohu alam. Umronuddin, Moh Showi, Imam Tantowi. web.fb.comgroupspiss.ktb1975168105839321 |
4813. CARA ISTIBRO DARI BUANG HAJAT | https://www.piss-ktb.com/2016/07/4813-cara-istibro-dari-buang-hajat.html | PERTANYAAN : Assalamu 'alaikum Wr Wb. Dalam kitab bulughul marom ada sebuah hadits yang mengajarkan tentang tatacara setelah buang air kecil yakni dengan cara di-odot-odot tiga kali kemudian berdehem tiga kali. Pertanyaannya kalau perempuan yang diodot apanya kang ? [Mohammed Shofa]. JAWABAN : Wa'alaikum salam Wr Wb. Istibro adalah membersihkan (mengeluarkan sisa air kencing) yang masih tersisa dalam saluran nya (prostat dan urethra=saluran dari kantung kemih sampai ujung penis/ujung saluran di vagina bagi perempuan) dengan cara mengurut keluar dengan tangan kiri,dari halqoh dubur sampai ujung penis, ini dimaksudkan agar air kencing yang masih tersisa di saluran itu terdorong keluar. Prakteknya dengan meletakkan jari tengah (tangan kiri) dibawah penis dan meletakkan ibu jarinya di atas penis kemudian mengurutnya sampai ujung penis. Cara Istibro' (minta pembebasan) dari kencing yaitu dengan berdehem dan menarik-narik tiga kali, mengurut-urut dengan tangan kiri dibagian bawahnya batang penis. Istibro juga bisa dilakukan dengan berjalan atau dengan berdehem atau dengan memiringkan/merebahkan badan ke kiri atau selainnya seperti menggerakkan kaki.Istibro untuk wanita, yaitu menempatkan ujung jari jari tangan kiri di area 'Aanat nya (antara anus dan farji) dengan mengurutnya perlahan.Wallohu a'lam. [Santrialit]. - Bidayatul hidayah : . . - Al fiqh al islam wa adillatuh : : : () . - 'Umdatus saalik : : : . : : . : (1). : . : . . . . : : : : (2). : : . - Hawasyi Syarwani - Tuhfatul Muhtaj : . . . . : : : : www.fb.com/groups/piss.ktb/1161362653886541/ www.fb.com/notes/1204520909570715 | PERTANYAAN Assalamu alaikum Wr Wb. Dalam kitab bulughul marom ada sebuah hadits yang mengajarkan tentang tatacara setelah buang air kecil yakni dengan cara diodotodot tiga kali kemudian berdehem tiga kali. Pertanyaannya kalau perempuan yang diodot apanya kang Mohammed Shofa. JAWABAN Waalaikum salam Wr Wb. Istibro adalah membersihkan mengeluarkan sisa air kencing yang masih tersisa dalam saluran nya prostat dan urethrasaluran dari kantung kemih sampai ujung penisujung saluran di vagina bagi perempuan dengan cara mengurut keluar dengan tangan kiri,dari halqoh dubur sampai ujung penis, ini dimaksudkan agar air kencing yang masih tersisa di saluran itu terdorong keluar. Prakteknya dengan meletakkan jari tengah tangan kiri dibawah penis dan meletakkan ibu jarinya di atas penis kemudian mengurutnya sampai ujung penis. Cara Istibro minta pembebasan dari kencing yaitu dengan berdehem dan menariknarik tiga kali, menguruturut dengan tangan kiri dibagian bawahnya batang penis. Istibro juga bisa dilakukan dengan berjalan atau dengan berdehem atau dengan memiringkanmerebahkan badan ke kiri atau selainnya seperti menggerakkan kaki.Istibro untuk wanita, yaitu menempatkan ujung jari jari tangan kiri di area Aanat nya antara anus dan farji dengan mengurutnya perlahan.Wallohu alam. Santrialit. Bidayatul hidayah . . Al fiqh al islam wa adillatuh . Umdatus saalik . . 1. . . . . . 2. . Hawasyi Syarwani Tuhfatul Muhtaj . . . . www.fb.comgroupspiss.ktb1161362653886541 www.fb.comnotes1204520909570715 |
Ini Perbedaan Pendapat Ulama Perihal Qadha Shalat | https://pecihitam.org/ini-perbedaan-pendapat-ulama-perihal-qadha-shalat/ | PeciHitam.org – Perlu kita ketahui, perbedaan pendapat ulama perihal qadha shalat sering terjadi dikarenakan beberapa faktor, mulai dari cara pengambilan hukumnya sampai dengan faktor geografi juga berpengaruh. Nah, terkait perbedaan pendapat ulama perihal qadha shalat, berikut pemaparan singkatnya; Perintah shalat disebutkan berkali-kali dalam Al-Quran, hadits, serta dapat kita simak kalam ulama tentang keutamaan shalat dan hal-hal buruk yang bisa terjadi jika shalat ditinggalkan. Jika shalat terlewat atau bahkan ditinggalkan secara sengaja, kita mengenal bahwa shalat yang terlewat mesti diganti, atau lebih kita kenal dengan qadha shalat. Secara umum, ulama bersepakat bahwa mengganti shalat, lebih-lebih shalat fardhu yang terlewatkan, hukumnya wajib. Kesepakatan ini ada dalam masalah shalat yang tertinggal akibat ketiduran atau terlupa–semisal, karena saking sibuknya. Dalam sebuah riwayat hadits yang dinilai shahih: Artinya: “Jika kalian tertidur atau terlupa dari suatu shalat maka hendaknya shalat jika telah teringat/terbangun.” (HR. Abu Dawud) Begitu pula dalam riwayat hadits lain, Nabi menyebutkan bahwa amal manusia dicatat saat tiga hal ini: jika seorang anak telah balig; orang tidur telah terbangun; dan orang lupa yang teringat. Rupanya, ada persoalan yang menarik: apakah meninggalkan shalat secara sengaja, juga meninggalkan shalat akibat kondisi pingsan atau gangguan kesadaran lainnya, juga diwajibkan mengqadha shalat? Mengingat keduanya tidak terjelaskan secara gamblang dalam teks-teks sumber hukum. Jumhur (mayoritas) ulama, sebagaimana dicatat oleh Imam Ibnu Rusyd dalam Bidayatul Mujtahid, menyebutkan bahwa orang yang meninggalkan shalat itu “berdosa”. Bahkan dalam pendapat mazhab lain, hukum meninggalkan shalat secara sengaja itu bisa sampai berstatus kafir. Meninggalkan shalat jelas harus menggantinya. Satu kaul menarik dari mazhab Zhahiri, dalam hal ini Imam Muhammad bin Hazm (yang kini mungkin mazhabnya sudah tidak eksis) menyatakan bahwa orang yang meninggalkan shalat secara sengaja tidak wajib mengqadhanya. Imam Ibnu Hazm ini, sebagaimana cara ijtihad ulama mazhab Zhahiri lain, tidak menggunakan qiyas dalam usaha menggali hukum. Karena tidak ditemukan keterangan yang sharih (eksplisit) seputar bagaimana hukum meninggalkan shalat, kecuali untuk orang yang tertidur atau terlupa, maka qadha untuk orang yang meninggalkan shalat secara sengaja ini tidak wajib. Jawaban itu mungkin asing bagi kita, tapi demikianlah keragaman pendapat ulama. Sebagai argumen seputar qadha shalat, ulama menggunakan analogi ini: jika syariat sudah memberi aturan qadha shalat untuk orang lupa, apalagi untuk yang sengaja jelas lebih wajib mengganti shalat. Hal ini dikenal dengan qiyas aulawi (menganalogikan dengan hal-hal yang lebih berat atau tinggi kedudukannya). Kemudian soal pelaksanaannya, bagaimana qadha shalat itu dilaksanakan? Secara prinsip, “sesuatu yang mengganti” jelas berbeda dengan “yang digantikan”. Shalat qadha, karena merupakan shalat wajib yang menggantikan yang shalat yang terlewat, masuk waktu shalat sebagai salah satu syarat sah menjadi tidak terpenuhi. Karena itulah qadha baiknya mesti segera dilakukan dan tidak berbatas waktu. Sebagian ulama ada yang mensyaratkan tartib dalam qadha shalat. Tertib di sini maksudnya adalah melakukan sesuai urutan shalat yang tertinggal, atau mendahulukannya sebelum shalat fardlu di waktu tersebut. Mazhab Maliki mensyaratkan shalat yang ditinggal untuk dilakukan secara tartib. Seperti semisal dalam sehari ketinggalan shalat Subuh, Zhuhur dan Ashar, maka meng-qadhanya pun mesti berurutan sesuai waktunya. Namun ulama lainnya, seperti Imam Asy-Syafi’i, tidak mewajibkan berurutan dalam pelaksanaan shalat qadha ini. Selain itu, ada perbedaan pula soal cara mengqadhanya. Imam Syafi’i berpendapat bahwa meski dalam perjalanan yang membolehkan untuk qashar atau jama’, shalat mesti diganti sebagaimana asalnya. Berbeda dengan Imam Malik, yang dalam hal ini qadha shalat boleh menyesuaikan kondisi yang ada – maka shalat boleh di-qadha secara qashar atau jama’ jika syarat kebolehannya terpenuhi. Perbedaan ini disebabkan pandangan yang berbeda seputar status shalat yang ditinggalkan: apakah ia sama dengan shalat yang dikerjakan secara ada’ di waktu normal sehingga bisa menyesuaikan kondisi, ataukah berstatus sebagaimana utang yang mesti dibayar serupa dengan kondisi awal ia ditinggalkan. Sikap lebih hati-hati (ihtiyath) yang diambil adalah shalat yang tertinggal itu, diganti sebagaimana asalnya. Demikian beberapa hal seputar ragam pendapat ulama mengenai qadha shalat, khususnya shalat fardlu. Shalat menjadi sarana wajib untuk mendekatkan diri dengan Allah. Mengganti yang telah terlewat, tentu dapat menjadi bentuk instropeksi diri akan kewajiban-kewajiban kita sebagai muslim. Semoga Allah selalu menjaga shalat kita. Wallahu a’lam. | PeciHitam.org Perlu kita ketahui, perbedaan pendapat ulama perihal qadha shalat sering terjadi dikarenakan beberapa faktor, mulai dari cara pengambilan hukumnya sampai dengan faktor geografi juga berpengaruh. Nah, terkait perbedaan pendapat ulama perihal qadha shalat, berikut pemaparan singkatnya Perintah shalat disebutkan berkalikali dalam AlQuran, hadits, serta dapat kita simak kalam ulama tentang keutamaan shalat dan halhal buruk yang bisa terjadi jika shalat ditinggalkan. Jika shalat terlewat atau bahkan ditinggalkan secara sengaja, kita mengenal bahwa shalat yang terlewat mesti diganti, atau lebih kita kenal dengan qadha shalat. Kesepakatan ini ada dalam masalah shalat yang tertinggal akibat ketiduran atau terlupasemisal, karena saking sibuknya. Dalam sebuah riwayat hadits yang dinilai shahih Artinya Jika kalian tertidur atau terlupa dari suatu shalat maka hendaknya shalat jika telah teringatterbangun. Abu Dawud Begitu pula dalam riwayat hadits lain, Nabi menyebutkan bahwa amal manusia dicatat saat tiga hal ini jika seorang anak telah balig orang tidur telah terbangun dan orang lupa yang teringat. Rupanya, ada persoalan yang menarik apakah meninggalkan shalat secara sengaja, juga meninggalkan shalat akibat kondisi pingsan atau gangguan kesadaran lainnya, juga diwajibkan mengqadha shalat Mengingat keduanya tidak terjelaskan secara gamblang dalam teksteks sumber hukum. Jumhur mayoritas ulama, sebagaimana dicatat oleh Imam Ibnu Rusyd dalam Bidayatul Mujtahid, menyebutkan bahwa orang yang meninggalkan shalat itu berdosa. Meninggalkan shalat jelas harus menggantinya. Satu kaul menarik dari mazhab Zhahiri, dalam hal ini Imam Muhammad bin Hazm yang kini mungkin mazhabnya sudah tidak eksis menyatakan bahwa orang yang meninggalkan shalat secara sengaja tidak wajib mengqadhanya. Imam Ibnu Hazm ini, sebagaimana cara ijtihad ulama mazhab Zhahiri lain, tidak menggunakan qiyas dalam usaha menggali hukum. Jawaban itu mungkin asing bagi kita, tapi demikianlah keragaman pendapat ulama. Hal ini dikenal dengan qiyas aulawi menganalogikan dengan halhal yang lebih berat atau tinggi kedudukannya. Karena itulah qadha baiknya mesti segera dilakukan dan tidak berbatas waktu. Sebagian ulama ada yang mensyaratkan tartib dalam qadha shalat. Mazhab Maliki mensyaratkan shalat yang ditinggal untuk dilakukan secara tartib. Seperti semisal dalam sehari ketinggalan shalat Subuh, Zhuhur dan Ashar, maka mengqadhanya pun mesti berurutan sesuai waktunya. Imam Syafii berpendapat bahwa meski dalam perjalanan yang membolehkan untuk qashar atau jama, shalat mesti diganti sebagaimana asalnya. Demikian beberapa hal seputar ragam pendapat ulama mengenai qadha shalat, khususnya shalat fardlu. Shalat menjadi sarana wajib untuk mendekatkan diri dengan Allah. Mengganti yang telah terlewat, tentu dapat menjadi bentuk instropeksi diri akan kewajibankewajiban kita sebagai muslim. |
Mengusap Gips dan Perban ketika Bersuci | https://muslim.or.id/91771-mengusap-jabirah-gips-dan-perban-ketika-bersuci.html | Daftar Isi Ada kalanya seseorang mendapatkan musibah berupa luka di tangannya. Dalam rangka pengobatan, dokter mengharuskan pemakaian perban di tangan tersebut. Ketika dia hendak berwudu untuk salat, apakah dia harus melepas perbannya karena di antara syarat sah wudu adalah tidak adanya penghalang sampainya air ke kulit, atau dia boleh mengusapnya sebagaimana diperbolehkannya mengusap khuf? Untuk menjawab pertanyaan tersebut dengan tuntas, berikut ini beberapa poin pembahasan tentang mengusap jabirah (gips, perban, atau semisalnya) ketika bersuci. Sebelumnya, perlu diketahui bahwa pembahasan ini erat kaitannya dengan permasalahan mengusap khuf. Bahkan, beberapa ulama menggabungkan pembahasan mengusap khuf dan jabirah dalam satu bab saja. Oleh karena itu, silakan membaca artikel kami tentang mengusap khuf terlebih dahulu di sini, sehingga bisa memahami permasalahan ini dengan lebih mudah. Mengusap jabirah, yang biasa diistilahkan ( – mengusap di atas jabirah) tersusun dari dua kata utama, yaitu al-mashu ( ) dan al-jabirah ( ). Tentang al-mashu ( ), Al-Jurjaniy rahimahullah mengatakan, Mengusap adalah melewatkan tangan yang basah tanpa pengaliran (air). [1] Sedangkan tentang al-jabirah ( ), disebutkan dalam kitab At-Tarifat Al-Fiqhiyyah, Jabirah (secara bahasa) adalah tongkat-tongkat (kayu) yang diikatkan pada luka untuk memperbaiki tulang. Bentuk jamaknya adalah jabāir. [2] Dalam istilah fikih, penggunaan kata-kata tersebut tidak keluar dari makna bahasa. Namun, mazhab Maliki menjelaskan jabirah dengan makna yang lebih luas, yaitu apa saja yang digunakan untuk merawat luka, baik itu tongkat, plester, atau lainnya. [3] Tidak ada perbedaan antara penggunaan jabirah pada patah tulang atau luka. Ibnu Qudamah rahimahullah berkata, () : ….. . (Pasal) Tidak ada perbedaan antara (jabirah) yang digunakan pada patah tulang atau luka. Imam Ahmad mengatakan, Jika ia berwudu dan takut air akan merusak lukanya, ia boleh mengusap di atas kain… Demikian juga, jika ia memberikan obat pada lukanya dan takut merusaknya dengan melepaskannya, ia boleh mengusap di atasnya. [4] Oleh karena itu, dapat kita katakan bahwa jabirah dalam konteks mengusap adalah mencakup apa saja yang dibuat dari tongkat (kayu), gips, perban, atau lainnya, baik pada patah tulang maupun luka. Wallahu alam. Bolehnya mengusap jabirah dalam wudu, mandi, atau tayamum, merupakan perkara yang disepakati oleh empat mazhab fikih: Hanafi, Maliki, Syafii, dan Hanbali. [5] Di antara dalilnya adalah [6]: Pertama: Diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhu, dia berkata, ﷺ Salah satu tulang bawahku patah, maka saya bertanya kepada Nabi ﷺ, dan beliau memerintahkan saya untuk mengusap jabirah. [7] Kedua: Diriwayatkan dari Jabir radhiyallahu anhu bahwa seorang pria terkena batu yang melukai kepalanya, kemudian ia mengalami mimpi basah. Lalu, ia bertanya kepada sahabat-sahabatnya, apakah ia mendapat keringanan untuk bertayamum. Mereka berkata, Kami tidak menemukan keringanan untukmu, sedangkan kamu mampu menggunakan air. Maka, ia mandi dan meninggal. Maka, Nabi ﷺ bersabda, . Mereka membunuhnya. Semoga Allah membunuh mereka. Kenapa mereka tidak bertanya ketika mereka tidak mengetahui? Karena sesungguhnya obat dari ketidaktahuan adalah bertanya. Cukup baginya untuk bertayamum dan mengikat (lukanya). [8] Ketiga: Di antara dalil yang lain, dan ini merupakan yang paling kuat, yaitu kebutuhan mengharuskan untuk mengusap di atas jabirah. Karena melepasnya akan menyebabkan kesulitan dan menimbulkan bahaya. [9] Syarat diperbolehkannya mengusap jabirah adalah sebagai berikut [10]: Pertama: Khawatir terjadi bahaya dengan melepasnya. Kedua: Membasuh anggota tubuh yang sehat, tidak menyebabkan bahaya pada anggota yang cedera/sakit. Jika membasuhnya menyebabkan bahaya, maka pendapat yang benar adalah mengusap anggota tubuh yang sehat tersebut. (Lihat pembahasan tentang cara mengusap jabirah di bawah.) Ketiga: Memakainya setelah bersuci dengan sempurna. Syarat ini merupakan syarat yang diperselisihkan oleh para ulama. Pendapat yang sahih adalah tidak diharuskan bersuci untuk jabirah. Dan ini adalah riwayat dalam mazhab Hanbali yang dipilih oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan Syekh Ibnu Utsaimin rahimahumallah karena alasan berikut: Pertama: Tidak ada dalil yang mensyaratkan bersuci dengan sempurna sebelum memakai jabirah. Kedua: Jabirah biasanya dipasang secara tiba-tiba, tidak seperti khuf yang dipakai ketika diperlukan. Wallahu alam. Baca juga: Keringanan Syariat bagi Orang yang Sakit dalam Bersuci dan Salat Untuk mengetahui permasalahan jabirah dengan menyeluruh, maka kita perlu mengetahui perbedaan antara jabirah dengan khuf (dari sisi pengusapan). Di antaranya [11]: Pertama: Mengusap jabirah dilakukan dalam keadaan darurat, sedangkan mengusap atas khuf tidak demikian. Kedua: Mengusap jabirah dibatasi sampai penyebabnya hilang, berbeda dengan khuf yang dibatasi oleh hari. Ketiga: Untuk jabirah, tidak diwajibkan berada dalam keadaan bersuci dengan sempurna menurut pendapat yang rajih, berbeda dengan khuf yang membutuhkan bersuci dengan sempurna dengan air. Keempat: Jabirah dapat diusap dalam bersuci dari hadas besar dan kecil, berbeda dengan khuf yang harus dilepas dalam bersuci dari hadas besar. Kelima: Mengusap harus mencakup seluruh jabirah menurut pendapat yang sahih dari para ulama, berbeda dengan khuf yang cukup dengan mengusap sebagian besarnya saja. Jika seseorang ingin mengusap jabirah ketika bersuci, maka ia melakukan hal berikut [12]: Pertama: Membasuh anggota badan yang sehat. Kedua: Mengusap jabirah. Ketiga: Apakah mengusap harus mencakup seluruh jabirah atau cukup sebagian besar seperti khuf? Ini merupakan perbedaan pendapat di antara ulama. Pendapat yang lebih tepat adalah wajib mengusap seluruh jabirah. Ini merupakan pendapat Maliki, Hanbali, dan Hanafi. Wallahu alam. Harus mengusap jabirah tersebut. Tetapi, jika bisa dilepas tanpa menyebabkan bahaya, maka bagian yang melebihi kebutuhan harus dilepas. Jika tidak bisa, menurut suatu pendapat, cukup mengusap bagian yang terdapat jabirah yang diperlukan, dan tayamum untuk bagian yang melebihinya. Pendapat ini adalah mazhab Hanbali. Pendapat yang rajih adalah mengusap seluruh jabirah (termasuk yang melebihi keperluan) tanpa tayamum. Hal ini karena ketika mencopot bagian yang berlebihan menyebabkan bahaya, maka seluruhnya dianggap sebagai jabirah. Ini adalah pilihan Syekh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah. [13] Pertama: Diizinkan mengusap atas perban, plester, atau apa pun yang diletakkan di atas luka yang mencegah air sampai ke luka sebagaimana telah dijelaskan di atas. Kedua: Anggota badan yang diberi jabirah atau perban dan sejenisnya, yang secara syari diizinkan untuk ditutupi, hanya diusap saja. Jika mengusap membahayakan meskipun ditutupi, maka beralih ke tayamum sebagaimana jika terbuka. Ketiga: Apakah wajib menggabungkan antara mengusap dan tayamum? Beberapa ulama mengatakan, Wajib menggabungkan keduanya sebagai sikap hati-hati. Namun, yang benar adalah tidak wajib menggabungkan karena mewajibkan dua jenis bersuci untuk satu anggota badan bertentangan dengan kaedah-kaedah fikih. [14] Demikian penjelasan ringkas, dan insyaAllah menyeluruh, tentang mengusap jabirah. Semoga selawat dan salam senantiasa tercurah bagi Nabi Muhammad, keluarga, dan pengikut beliau. Baca juga: Bersuci Dengan Debu *** 3 Syaban 1445, Rumdin Ponpes Ibnu Abbas Assalafy Sragen. Penulis: Prasetyo, S.Kom. Artikel: Muslim.or.id === Referensi utama: Al-Fiqhul Muyassar Qism Ibadat, Prof. Dr. Abdullah bin Muhammad Ath-Thayyar, Madarul Wathan, Riyadh, cet. ke-4 2018 M === Catatan kaki: [1] Mujamut Tariifat, hal. 178, Ali bin Muhammad Al-Jurjaniy, Darul Fadhilah. [2] At-Tarifat Al-Fiqhiyyah, hal. 69. [3] Al-Mausuah Al-Fiqhiyyah Al-Kuwaitiyyah, 15: 106. [4] Lihat Al-Mughniy, 1: 357. [5] Lihat [6] Al-Mausuuah Al-Fiqhiyyah Al-Kuwaitiyyah, 15: 107-108. [7] Diriwayatkan oleh Ibnu Majah no. 659. Syekh Al-Albani mengatakan, Hadis sangat lemah. Al-Baihaqi berkata dalam Al-Sunan Al-Kubra (1: 228), Tidak ada satu pun hadis yang dapat dijadikan hujah dalam bab ini. [8] Diriwayatkan oleh Abu Dawud, 1: 239 – 240; Ad-Daraqutni, 1: 189 – 190, dan Al-Baihaqi, 1: 228 dari hadis Jabir. Keduanya melemahkan hadis ini. [9] Lihat Al-Mughniy, 1: 277-278. [10] Lihat Al-Fiqhul Muyassar Qism Ibadat, 1: 96-97. [11] Lihat Al-Mughniy, 1: 356. [12] Lihat Al-Fiqhul Muyassar Qism Ibadat, 1: 98. [13] Lihat Al-Fiqhul Muyassar Qism Ibadat, 1: 98 [14] Lihat Al-Mughniy, 1: 357. | Daftar Isi Ada kalanya seseorang mendapatkan musibah berupa luka di tangannya. Dalam rangka pengobatan, dokter mengharuskan pemakaian perban di tangan tersebut. Sebelumnya, perlu diketahui bahwa pembahasan ini erat kaitannya dengan permasalahan mengusap khuf. 2 Dalam istilah fikih, penggunaan katakata tersebut tidak keluar dari makna bahasa. 3 Tidak ada perbedaan antara penggunaan jabirah pada patah tulang atau luka. 4 Oleh karena itu, dapat kita katakan bahwa jabirah dalam konteks mengusap adalah mencakup apa saja yang dibuat dari tongkat kayu, gips, perban, atau lainnya, baik pada patah tulang maupun luka. 7 Kedua Diriwayatkan dari Jabir radhiyallahu anhu bahwa seorang pria terkena batu yang melukai kepalanya, kemudian ia mengalami mimpi basah. Lalu, ia bertanya kepada sahabatsahabatnya, apakah ia mendapat keringanan untuk bertayamum. Mereka berkata, Kami tidak menemukan keringanan untukmu, sedangkan kamu mampu menggunakan air. Kenapa mereka tidak bertanya ketika mereka tidak mengetahui Karena sesungguhnya obat dari ketidaktahuan adalah bertanya. 8 Ketiga Di antara dalil yang lain, dan ini merupakan yang paling kuat, yaitu kebutuhan mengharuskan untuk mengusap di atas jabirah. Kedua Membasuh anggota tubuh yang sehat, tidak menyebabkan bahaya pada anggota yang cederasakit. Ketiga Memakainya setelah bersuci dengan sempurna. Kedua Jabirah biasanya dipasang secara tibatiba, tidak seperti khuf yang dipakai ketika diperlukan. Ketiga Untuk jabirah, tidak diwajibkan berada dalam keadaan bersuci dengan sempurna menurut pendapat yang rajih, berbeda dengan khuf yang membutuhkan bersuci dengan sempurna dengan air. Keempat Jabirah dapat diusap dalam bersuci dari hadas besar dan kecil, berbeda dengan khuf yang harus dilepas dalam bersuci dari hadas besar. Kelima Mengusap harus mencakup seluruh jabirah menurut pendapat yang sahih dari para ulama, berbeda dengan khuf yang cukup dengan mengusap sebagian besarnya saja. Tetapi, jika bisa dilepas tanpa menyebabkan bahaya, maka bagian yang melebihi kebutuhan harus dilepas. Jika tidak bisa, menurut suatu pendapat, cukup mengusap bagian yang terdapat jabirah yang diperlukan, dan tayamum untuk bagian yang melebihinya. Ini adalah pilihan Syekh Muhammad bin Shalih AlUtsaimin rahimahullah. 14 Demikian penjelasan ringkas, dan insyaAllah menyeluruh, tentang mengusap jabirah. Semoga selawat dan salam senantiasa tercurah bagi Nabi Muhammad, keluarga, dan pengikut beliau. 5 Lihat 6 AlMausuuah AlFiqhiyyah AlKuwaitiyyah, 15 107108. AlBaihaqi berkata dalam AlSunan AlKubra 1 228, Tidak ada satu pun hadis yang dapat dijadikan hujah dalam bab ini. 8 Diriwayatkan oleh Abu Dawud, 1 239 240 AdDaraqutni, 1 189 190, dan AlBaihaqi, 1 228 dari hadis Jabir. 10 Lihat AlFiqhul Muyassar Qism Ibadat, 1 9697. |
Tahadduts Bin Ni’mah | https://radiomutiaraquran.com/2018/11/19/tahadduts-bin-nimah/ | Bismillah walhamdulillah wash shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du. Setiap hari seorang muslim mendapatkan kenikmatan silih berganti, baik kenikmatan lahiriyah maupun batiniyah, diniyyah maupun dunyawiyyah. Kewajiban seorang hamba ketika mendapatkan nikmat adalah bersyukur kepada Allah Ta’ala. Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah menjelaskan hakikat bersyukur dalam kitab Madarijus Salikin dengan mengatakan, : . : . : “Dan hakikat syukur dalam bentuk ibadah adalah nampaknya nikmat Allah pada lisan hamba-Nya dalam bentuk memuji-Nya dan mengakui (nikmat tersebut dari-Nya), pada hatinya dalam bentuk menyaksikan dan mencintai-Nya, dan pada anggota tubuhnya dalam bentuk tunduk dan taat kepada-Nya”. “Syukur terbangun di atas lima dasar: Tunduknya hamba kepada Dzat yang menganugerahkan nikmat kepadanya. Mencintai-Nya Mengakui nikmat itu dari-Nya Memuji-Nya atas anugerah nikmat-Nya kepadanya. Tidak menggunakannya untuk bermaksiat kepada-Nya” (Madarijus Salikin 2/234). Beliau juga berkata, . “Dan setiap orang yang berbicara khusus tentang syukur, maka pembicaraannya kembali kepadanya (lima dasar syukur di atas) dan berkisar seputarnya” (Madarijus Salikin 2/234). Dari penjelasan di atas nampaklah, bahwa menyebutkan nikmat Allah hakikatnya merupakan bagian dari bersyukur kepada Allah Ta’ala. Terkait dengan masalah menyebutkan nikmat Allah, ada beberapa hal yang perlu diketahui, yaitu: Menyebutkan nikmat Allah merupakan Perintah Allah Ketahuilah bahwa menyebutkan nikmat Allah yang didapatkan oleh seorang hamba adalah perkara yang diperintahkan oleh Rabbuna ‘Azza wa Jalla. Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman, “Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu sebutkan”. (QS. Adh-Dhuha: 11). Syaikh As-Sa’di rahimahullah berkata, “Ini mencakup nikmat agama maupun nikmat dunia, {}, yaitu pujilah Allah karena (limpahan nikmat tersebut) dan (bisa saja) suatu nikmat tertentu dikhususkan penyebutannya, jika memang ada maslahat, namun jika tidak, maka sebutkan nikmat Allah secara umum, karena menyebutkan nikmat Allah mendorong (seseorang) untuk mensyukurinya, dan mengharuskan hati seorang hamba mencintai Dzat yang telah menganugerahkan nikmat tersebut, karena sesungguhnya fitrah hati seorang hamba mencintai kepada yang telah berbuat baik kepadanya” (Tafsir As-Sa’di :928). Faidah: Bahwa nikmat itu ada dua, yaitu nikmat diniyyah dan dunyawiyyah. Jadi sebenarnya, sesorang bisa beribadah dan beramal shalih adalah sebuah nikmat dan anugerah dari Allah. Dan kita diperintahkan untuk menyebutkan nikmat tersebut, sebagaimana kita diperintahkan pula menyebutkan nikmat Allah berupa harta benda dan kenikmatan duniawi sesuai dengan syariat. Menyebutkan nikmat juga ada dua bentuk, yaitu: Menyebutkan nikmat secara khusus (nikmat tertentu). Menyebutkan nikmat secara umum. Menyebutkan nikmat Allah yang khusus adalah suatu perkara yang tertuntut, jika memang ada maslahat dan tidak ada ancaman bahaya, seperti hasad. Menyebutkan nikmat Allah adalah pendorong seorang hamba bisa bersyukur kepada-Nya, bahkan hakikatnya ia merupakan bentuk mensyukuri nikmat itu sendiri. Hal ini dikarenakan menyebutkan nikmat Allah berarti seorang hamba mengingat dan mengakui bahwa nikmat itu adalah karunia Allah dan ia benar-benar menyandarkan nikmat itu kepada Allah. Diapun menyadari bahwa Dia adalah Tuhan Yang Maha Pemurah. Sehingga ia pun bersyukur kepada Rabb-Nya. Dari Abi Nadhrah rahimahullah menuturkan, “Kaum muslimin (baca ulama) memandang bahwa termasuk bagian mensyukuri nikmat adalah ia menyebutkan nikmat tersebut” (Tafsir Ath-Thabari, 24/484). Bahkan -sebagaimana telah dijelaskan Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah di atas- bahwa menyebutkan nikmat Allah hakikatnya merupakan bagian dari bersyukur kepada Allah Ta’ala itu sendiri. Meninggalkan menyebut nikmat Allah dan suka menyebut musibah merupakan bentuk kufur (ingkar) nikmat Allah Ta’ala berfirman : Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada Tuhannya (QS. Al-‘Aadiyaat: 6). Ibnu Katsir rahimahullah dalam tafsirnya 5/249 berkata, : “Berkata Al-Hasan Al-Bashri: Al-Kanuud adalah orang yang menghitung-hitung musibah dan melupakan nikmat Allah atas dirinya”. Imam Ahli Tafsir, Ibnu Jarir At-Thabari rahimahullah menyebutkan, : { } : “Dari Ibnu ‘Abbas berkata, “{ } Kepada Rabbnya benar-benar ingkar (kufur nikmat)”. Kapan seseorang diperintahkan menyebutkan nikmat Allah? Berkata Al-Munawi rahimahullah, “… ” “Selama menyebutkan nikmat Allah tersebut tidak mengakibatkan bahaya, seperti hasad (tidak mengapa menyebutkannya). Namun jika menimbulkan bahaya, maka menyembunyikan nikmat adalah lebih utama”. Dalam menyebutkan nikmat Allah perlu diperhatikan hal-hal berikut ini: Di dalam menyebutkan nikmat Allah, hadirkan dalam hati niat melaksanakan perintah Allah. Sebutkan nikmat yang Anda dapatkan tersebut kepada orang atau sahabat dekat Anda yang mencintai Anda karena Allah. Dan hindari menyebutkannya kepada orang yang diduga kuat ada hasad/iri di hatinya dan tidak suka jika nikmat tersebut Anda kabarkan kepadanya. Ketika seseorang menyebutkan nikmat Allah secara khusus dikhawatirkan orang lain hasad kepada dirinya, maka hendaknya beralih kepada menyebutkan nikmat Allah secara umum, yaitu nikmat yang diperolehnya dan diperoleh pula oleh orang lain, sehingga dengan demikian Anda tetap bisa melaksanakan perintah Allah yang terdapat dalam surat Adh-Dhuha di atas. Dalam penerapan point yang ketiga di atas, butuh diperhatikan apakah ada indikasi yang cukup yang menunjukkan kepada dampak munculnya hasad atau tidak. Karena jika tidak ada indikasi yang cukup, maka hukum asalnya seseorang husnudz dzan (berprasangka baik) kepada saudaranya muslim, sembari menyerahkan urusan hati orang lain kepada Allah dan bertawakal kepada-Nya. Adapun selanjutnya, apakah ketika seorang muslim menyebutkan amal shalihnya kepada saudaranya tidak dinilai sebagai perbuatan riya` (memamerkan amal shaleh) atau ‘ujub (membanggakan amal shaleh)? Simaklah jawabannya di artikel Perbedaan antara menyebutkan nikmat Allah (tahadduts bin ni’mah) dengan membanggakannya (riya` dan ‘ujub ). Referensi Madarijus Salikin, Ibnul Qoyyim (jilid 2) Tafsir Ibnu Katsir (jilid 5) Tafsir Ath-Thabari (http://quran.ksu.edu.sa/tafseer/tabary/sura100-aya6.html#tabary) Islamqa.info/ar/137984 Islamqa.info/ar/148158 — Penulis: Ust. Sa’id Abu Ukkasyah Sumber: https://muslim.or.id/24169-sudahkah-anda-melakukan-tahadduts-bin-nimah.html | Bismillah walhamdulillah wash shalatu was salamu ala Rasulillah, amma badu. Setiap hari seorang muslim mendapatkan kenikmatan silih berganti, baik kenikmatan lahiriyah maupun batiniyah, diniyyah maupun dunyawiyyah. Kewajiban seorang hamba ketika mendapatkan nikmat adalah bersyukur kepada Allah Taala. MencintaiNya Mengakui nikmat itu dariNya MemujiNya atas anugerah nikmatNya kepadanya. Tidak menggunakannya untuk bermaksiat kepadaNya Madarijus Salikin 2234. Dan setiap orang yang berbicara khusus tentang syukur, maka pembicaraannya kembali kepadanya lima dasar syukur di atas dan berkisar seputarnya Madarijus Salikin 2234. Allah Tabaraka wa Taala berfirman, Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu sebutkan. Faidah Bahwa nikmat itu ada dua, yaitu nikmat diniyyah dan dunyawiyyah. Jadi sebenarnya, sesorang bisa beribadah dan beramal shalih adalah sebuah nikmat dan anugerah dari Allah. Hal ini dikarenakan menyebutkan nikmat Allah berarti seorang hamba mengingat dan mengakui bahwa nikmat itu adalah karunia Allah dan ia benarbenar menyandarkan nikmat itu kepada Allah. Diapun menyadari bahwa Dia adalah Tuhan Yang Maha Pemurah. Bahkan sebagaimana telah dijelaskan Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah di atas bahwa menyebutkan nikmat Allah hakikatnya merupakan bagian dari bersyukur kepada Allah Taala itu sendiri. Meninggalkan menyebut nikmat Allah dan suka menyebut musibah merupakan bentuk kufur ingkar nikmat Allah Taala berfirman Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada Tuhannya QS. Ibnu Katsir rahimahullah dalam tafsirnya 5249 berkata, Berkata AlHasan AlBashri AlKanuud adalah orang yang menghitunghitung musibah dan melupakan nikmat Allah atas dirinya. Kapan seseorang diperintahkan menyebutkan nikmat Allah Berkata AlMunawi rahimahullah, Selama menyebutkan nikmat Allah tersebut tidak mengakibatkan bahaya, seperti hasad tidak mengapa menyebutkannya. Namun jika menimbulkan bahaya, maka menyembunyikan nikmat adalah lebih utama. Sebutkan nikmat yang Anda dapatkan tersebut kepada orang atau sahabat dekat Anda yang mencintai Anda karena Allah. Dan hindari menyebutkannya kepada orang yang diduga kuat ada hasadiri di hatinya dan tidak suka jika nikmat tersebut Anda kabarkan kepadanya. Dalam penerapan point yang ketiga di atas, butuh diperhatikan apakah ada indikasi yang cukup yang menunjukkan kepada dampak munculnya hasad atau tidak. Karena jika tidak ada indikasi yang cukup, maka hukum asalnya seseorang husnudz dzan berprasangka baik kepada saudaranya muslim, sembari menyerahkan urusan hati orang lain kepada Allah dan bertawakal kepadaNya. Adapun selanjutnya, apakah ketika seorang muslim menyebutkan amal shalihnya kepada saudaranya tidak dinilai sebagai perbuatan riya memamerkan amal shaleh atau ujub membanggakan amal shaleh Simaklah jawabannya di artikel Perbedaan antara menyebutkan nikmat Allah tahadduts bin nimah dengan membanggakannya riya dan ujub . Referensi Madarijus Salikin, Ibnul Qoyyim jilid 2 Tafsir Ibnu Katsir jilid 5 Tafsir AthThabari Islamqa.infoar137984 Islamqa.infoar148158 Penulis Ust. |
Kisah Penyebab Turunnya Lailatul Qadar | https://www.laduni.id/post/read/60872/kisah-penyebab-turunnya-lailatul-qadar.html | LADUNI.ID, Di dalam Durrul-Mantsur terdapat sebuah hadits dan Anas r.a., bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Lailatul-Qadar telah dikaruniakan kepada umat ini (umatku) yang tidak diberikan kepada umat-umat sebelumnya.” Terdapat beberapa pendapat mengenai alasan dikaruniakannya Lailatul-Qadar. Menurut beberapa hadits, di antara sebabnya adalah sebagai berikut: Rasulullah SAW. pernah merenungkan usia umat-umat terdahulu yang lebih panjang daripada usia umatnya yang pendek. Beliau pun bersedih karena mustahil umatnya dapat menandingi amal ibadah umat-umat terdahulu. Oleh sebab itu, Allah SWT. dengan kasih sayang-Nya yang tidak terhingga mengaruniakan Lailatul-Qadar kepada umat ini. Hal ini bermakna bahwa apabila ada seseorang yang memperoleh kesempatan beribadah selama sepuluh malam Lailatul-Qadar pada bulan Ramadhan dan mendapatkan keberkahan malam-malam tersebut, maka ia akan mendapat pahala beribadah selama 83 tahun 4 bulan, bahkan lebih. Riwayat lain menyatakan bahwa Rasulullah saw bercerita kepada para sahabatnya tentang kisah seseorang yang sangat shalih dan Bani Israil yang telah menghabiskan waktunya selama seribu bulan untuk berjihad fi sabilillah. Mendengar kisah ini, para sahabat radliyallahu anhum merasa iri. Terhadap hal ini, Allah SWT. mengaruniakan kepada mereka Lailatul-Qadar sebagai ganti dan beribadah selama 1000 bulan tersebut. Ada juga riwayat lainnya yang menyatakan bahwa Nabi SAW. pernah menyebutkan empat nama Nabi dan Bani Israil, yang masing-masing telah menghabiskan delapan puluh tahun untuk berbakti dan beribadah kepada Allah tanpa pernah mendurhakai-Nya sekejap mata pun. Mereka adalah Ayyub as., Zakariya as., Hizkil as., Yusya’ as. Mendengar hal ini para sahabat merasa iri. Lalu Jibril a.s. datang dan membacakan surat Al-Qadar; yang mewahyukan tentang keberkahan malam yang istimewa ini. Semoga kita mampu menggapai Lailatul Qadar! Baca Juga : 01. Cara Mendapatkan Lailatul Qadar 02. Keistimewaan Lailatul Qodar 03. Kisah Rasulullah Saat Terjadi Lailatul Qadar 04. Misteri Lailatul Qodar 05. Inilah Waktu Turunnya Lailatul Qadar 06. Orang yang Berhak Mendapatkan Lailatul Qadar | LADUNI.ID, Di dalam DurrulMantsur terdapat sebuah hadits dan Anas r.a., bahwa Rasulullah saw. bersabda, LailatulQadar telah dikaruniakan kepada umat ini umatku yang tidak diberikan kepada umatumat sebelumnya. Terdapat beberapa pendapat mengenai alasan dikaruniakannya LailatulQadar. Menurut beberapa hadits, di antara sebabnya adalah sebagai berikut Rasulullah SAW. pernah merenungkan usia umatumat terdahulu yang lebih panjang daripada usia umatnya yang pendek. Beliau pun bersedih karena mustahil umatnya dapat menandingi amal ibadah umatumat terdahulu. Oleh sebab itu, Allah SWT. dengan kasih sayangNya yang tidak terhingga mengaruniakan LailatulQadar kepada umat ini. Hal ini bermakna bahwa apabila ada seseorang yang memperoleh kesempatan beribadah selama sepuluh malam LailatulQadar pada bulan Ramadhan dan mendapatkan keberkahan malammalam tersebut, maka ia akan mendapat pahala beribadah selama 83 tahun 4 bulan, bahkan lebih. Riwayat lain menyatakan bahwa Rasulullah saw bercerita kepada para sahabatnya tentang kisah seseorang yang sangat shalih dan Bani Israil yang telah menghabiskan waktunya selama seribu bulan untuk berjihad fi sabilillah. Mendengar kisah ini, para sahabat radliyallahu anhum merasa iri. Terhadap hal ini, Allah SWT. mengaruniakan kepada mereka LailatulQadar sebagai ganti dan beribadah selama 1000 bulan tersebut. Ada juga riwayat lainnya yang menyatakan bahwa Nabi SAW. pernah menyebutkan empat nama Nabi dan Bani Israil, yang masingmasing telah menghabiskan delapan puluh tahun untuk berbakti dan beribadah kepada Allah tanpa pernah mendurhakaiNya sekejap mata pun. Mereka adalah Ayyub as., Zakariya as., Hizkil as., Yusya as. Mendengar hal ini para sahabat merasa iri. Lalu Jibril a.s. datang dan membacakan surat AlQadar yang mewahyukan tentang keberkahan malam yang istimewa ini. Semoga kita mampu menggapai Lailatul Qadar Baca Juga 01. Cara Mendapatkan Lailatul Qadar 02. Keistimewaan Lailatul Qodar 03. Kisah Rasulullah Saat Terjadi Lailatul Qadar 04. Misteri Lailatul Qodar 05. Inilah Waktu Turunnya Lailatul Qadar 06. Orang yang Berhak Mendapatkan Lailatul Qadar |
Hukum Tidak Shalat Jum’at Karena Ketiduran | https://bincangsyariah.com/hukum-islam/ubudiyah/hukum-tidak-shalat-jumat-karena-ketiduran/ | Akibat dari aktivitas yang padat membuat sebagian orang merasa lelah, sehingga membutuhkan waktu untuk tidur. Namun, pada beberapa situasi terkadang membuat seseorang tidak bisa mengontrol waktu tidurnya sampai meninggalkan shalat jumat. Lantas, bagaimanakah hukum tidak shalat jumat karena ketiduran? Dalam literatur kitab fikih, dijumpai beberapa keterangan yang menegaskan bahwa shalat jumat hukumnya adalah fardu ain bagi setiap muslim laki-laki yang sudah mencapai usia baligh dan tidak dalam kondisi udzur. Kewajiban ini didasarkan pada Surat Al-Jumuah, ayat 9 dan beberapa hadis nabi. Sebagaimana disebutkan dalam kitab Asnal Mathalib, juz 3, halaman 409 berikut, ( ) ( ) { } { } { } Artinya : (Adapun sholat jumat) dengan syarat-syaratnya adalah (Fardu ain) berdasarkan firman Allah Taala (Wahai orang yang beriman, bila diseru shalat pada hari Jumat) artinya di hari jumat (Maka bersegeralah menuju zikrullah (shalat Jumat) dan tinggalkan aktivitas jual-beli) (Nabi Muhammad Saw bersabda Hendaknya orang yang suka meninggalkan jumatan itu menghentikan kebiasaan buruknya, atau Allah akan mengunci mati hatinya, kemudian dia menjadi orang orang lalai). Namun demikian, menurut qaul yang sohih seseorang yang tertidur sehingga tidak melaksanakan sholat jumat tidak dihukumi berdosa apabila dia tidur sebelum masuk waktu shalat jumat. Sebagaimana dalam keterangan kitab Inarotud Duja, halaman 86 berikut, Artinya : Adapun hasilnya sesungguhnya tidak ada dosa bagi seseorang yang tidur sebelum masuk waktu dan menyebabkan tertinggalnya sholat. Walaupun dia tahu bahwa tidurnya dapat menghabiskan waktu sholat sekalipun sholat jumat menurut qaul sohih. Dan dia tidak diwajibkan untuk mengqada shalat dengan segera. kitab Fatawa Imam Ramly, juz 1, halaman 114 berikut, () Artinya : Imam Ramly ditanya tentang seseorang yang tidur sebelum masuk waktu sholat fardhu seperti sholat subuh dan dia menduga bahwa dia tidak akan bangun kecuali setelah keluarnya waktu sholat, apakah tidur tersebut haram atau tidak? Kemudian beliau menjawab bahwa tidur tersebut tidak haram karena tidak ada khitab untuk melaksanakan sholat. Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa menurut qaul yang shahih seseorang yang tertidur sehingga tidak melaksanakan sholat jumat tidak dihukumi berdosa apabila dia tidur sebelum masuk waktu shalat jumat. Tetapi, dia masih dikenakan kewajiban untuk mengganti sholat jumatnya dengan sholat dzuhur. Demikian penjelasan mengenai hukum tidak shalat jumat karena ketiduran. Semoga bermanfaat. Wallahu alam. (Baca:Sejarah Nama Hari Jumat dan Nama-nama Hari Era Jahiliyah ) | Akibat dari aktivitas yang padat membuat sebagian orang merasa lelah, sehingga membutuhkan waktu untuk tidur. Namun, pada beberapa situasi terkadang membuat seseorang tidak bisa mengontrol waktu tidurnya sampai meninggalkan shalat jumat. Lantas, bagaimanakah hukum tidak shalat jumat karena ketiduran Dalam literatur kitab fikih, dijumpai beberapa keterangan yang menegaskan bahwa shalat jumat hukumnya adalah fardu ain bagi setiap muslim lakilaki yang sudah mencapai usia baligh dan tidak dalam kondisi udzur. Kewajiban ini didasarkan pada Surat AlJumuah, ayat 9 dan beberapa hadis nabi. Sebagaimana disebutkan dalam kitab Asnal Mathalib, juz 3, halaman 409 berikut, Artinya Adapun sholat jumat dengan syaratsyaratnya adalah Fardu ain berdasarkan firman Allah Taala Wahai orang yang beriman, bila diseru shalat pada hari Jumat artinya di hari jumat Maka bersegeralah menuju zikrullah shalat Jumat dan tinggalkan aktivitas jualbeli Nabi Muhammad Saw bersabda Hendaknya orang yang suka meninggalkan jumatan itu menghentikan kebiasaan buruknya, atau Allah akan mengunci mati hatinya, kemudian dia menjadi orang orang lalai. Namun demikian, menurut qaul yang sohih seseorang yang tertidur sehingga tidak melaksanakan sholat jumat tidak dihukumi berdosa apabila dia tidur sebelum masuk waktu shalat jumat. Sebagaimana dalam keterangan kitab Inarotud Duja, halaman 86 berikut, Artinya Adapun hasilnya sesungguhnya tidak ada dosa bagi seseorang yang tidur sebelum masuk waktu dan menyebabkan tertinggalnya sholat. Walaupun dia tahu bahwa tidurnya dapat menghabiskan waktu sholat sekalipun sholat jumat menurut qaul sohih. Dan dia tidak diwajibkan untuk mengqada shalat dengan segera. kitab Fatawa Imam Ramly, juz 1, halaman 114 berikut, Artinya Imam Ramly ditanya tentang seseorang yang tidur sebelum masuk waktu sholat fardhu seperti sholat subuh dan dia menduga bahwa dia tidak akan bangun kecuali setelah keluarnya waktu sholat, apakah tidur tersebut haram atau tidak Kemudian beliau menjawab bahwa tidur tersebut tidak haram karena tidak ada khitab untuk melaksanakan sholat. Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa menurut qaul yang shahih seseorang yang tertidur sehingga tidak melaksanakan sholat jumat tidak dihukumi berdosa apabila dia tidur sebelum masuk waktu shalat jumat. Tetapi, dia masih dikenakan kewajiban untuk mengganti sholat jumatnya dengan sholat dzuhur. Demikian penjelasan mengenai hukum tidak shalat jumat karena ketiduran. Semoga bermanfaat. Wallahu alam. BacaSejarah Nama Hari Jumat dan Namanama Hari Era Jahiliyah |
Hukum Pacaran Dalam Islam; Boleh atau Tidak? Begini Penjelasannya | https://pecihitam.org/hukum-pacaran-dalam-islam/ | PeciHitam.org – Bolehkah pacaran dalam islam? Bagaimana hukum pacaran dalam Islam? Pertanyaan demi pertanyaan terkait pacaran sangat banyak ditujukan baik kepada Ustadz, Kiai, Guru atau mencari sendiri dalam artikel-artikel internet. Pacaran sendiri banyak dipersepsikan dengan sesuatu yang bersifat intim dan dekat antara laki-laki dan perempuan. Akan tetapi pengertian pacaran belum satupun Ulama satu pandangan. Daftar Pembahasan: Pengertian Pacaran Banyak orang latah menghukumi pacaran adalah berbuatan dosa, keji dan menjerumus kepada perzinahan akan tetapi tarif atau pengertian pacaran tidak diketahui dengan jelas. Kejelasan batasan dalam pengertian pacaran akan menjadi mudah untuk dihukumi, boleh atau haram. Dalam Kamus besar Bahasa Indonesia, Pacaran mempunyai makna Teman lawan Jenis yang tetap dan mempunyai hubungan berdasarkan cinta. Dalam bahasa Arab, etimologi pacar merujuk pada kata () yang mendekati makna kekasih, atau orang yang dicinta. Pengertian dalam KBBI jika dipahami bermakna sangat abstrak, tidak mengandung unsur-unsur hukum yang mengkhawatirkan. Dalam Islam sendiri, hubungan antar manusia, baik sama jenis atau lawan jenis masuk dalam hukum Muammalah atau hukum kehidupan Islam. Kosa kata Pacar dalam bahasa Arab yakni () bahkan sering digunakan dalam shalawat Nabi, yang menempatkan Nabi Muhammad SAW sebagai Habibi, atau kekasihku. Dalam hal ini, menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagai kekasih adalah kesunnahan. Kiranya pendapat para Ulama tentang fenomena Pacaran sangat jarang ditemukan karena kata tersebut merupakan istilah baru dan sudah ada hukum yang menyamai dengan pacaran melalui unsur-unsurnya. Pendapat lebih jelas terkait pengertian pacaran dikemukakan oleh Bowman, seorang sosiolog barat. Bowman mengatakan bahwa Pacaran adalah kegiatan bersenang-senang antara pria dan wanita yang tidak terikat tali akah pernikahan, yang mana dengannya dapat menimbulkan pengaruh timbal balik untuk hubungan selanjutnya. Pengertian ini merujuk kepada fenomena yang Bowman temukan di Amerika Serikat. Praktek di Amerika sendiri, hubungan pacaran sudah selaiknya suami-istri dalam kerangka hubungan intim antar laki-laki dan perempuan. Tentu hal ini sangat ditentang oleh Islam. Akan tetapi pengertian pacaran dalam kerangka Islam harus dikembalikan dalam ranah hukum hubungan antar manusia yakni, Muammalah. Hukum Pacaran dalam Islam Rujukan pengertian pacaran sama dengan Muammalah akan menjadikan akibat hukum yang berbeda jika Pacaran disamakan dengan pengertain di Barat menurut Sosiolog Bowman. Karena pada dasarnya segala macam Muamalah dibolehkan kecuali ada dalil yang melarangnya. Dasar kaidahnya adalah; Artinya; “Asal segala perbuatan (manusia dengan manusia) adalah Boleh (Mubah) selama tidak ada larangan Syara”. Hukum pacaran dalam Islam jika ditarik ke dalam kerangka pengertian Muammalah tentu hukumnya diperbolehkan, tidak ada larangan untuk berhubungan antar manusia. Bahkan hubungan yang lain jenis sangat diperbolehkan sebagaimana orang-orang yang akan menikah tentu melakukan kontak dengan lawan jenis. Tentu kontak hubungan dalam Islam ada aturannya sendiri, tidak menggunakan aturan kontak sebagaimana di Barat. Kaidah Utama dalam hubungan Muammalah dengan lawan jenis adalah al-Quran surat Al-Isra ayat 32; Artinya; “Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk” (Qs. Al-Israa; 32) Acuan pengertian Pacaran dalam koridor Muammalah mempunyai banyak prasyarat sebagaimana dalam aturan Budaya, Agama dan kebiasaan baik masyarakat. Al-Israa ayat 12 dengan jelas bahwa () adalah perbuatan Keji dan Munkar. Allah SWT sangat membenci perbuatan zina. Bahkan Rasulullah menguatkan dalam Sabda beliau; ( ( Hadits di atas menjelaskan rambu-rambu larangan seorang laki-laki untuk berkhalwat atau menyepi berdua atau bahasa mudanya Mojok dengan pasangan dengan tanpa orang lain yang mengawasi. Pengawasnya-pun harus dari golongan keluarganya sendiri atau mahram. Perhatikan dengan seksama makna kandungan hadits di atas sebagai berikut; Artinya; “Dari Ibnu Abbas ra. Ia berkata: Aku mendengar Rasulullah saw berkhutbah, ia berkata: Jangan sekali-kali seorang laki-laki berkhalwat dengan seorang perempuan kecuali beserta ada mahramnya, dan janganlah seorang perempuan melakukan musafir kecuali beserta ada mahramnya” (muttafaq alaihi) Nabi SAW membuat wanti-wanti/ tanda-tanda kepada Umatnya bahwa hubungan laki-laki dan perempuan jangan terjerumus kedalam kemaksiatan. Rambu-rambu Rasulullah berdasar hadits di atas yakni; Berdua dengan lawan jenis yang bukan mahram Istilah mahram adalah orang yang Haram untuk dinikahi seperti Kakak, Adik, Ibu, ayah saudara sepersusuan dan lain sebagainya. Istilah ini sering salah ucap dengan kata Muhrim. Boncengan dalam Perjalanan Berdua Nabi SAW membuat perumpamaan bahwa memboncengkan orang lain yang bukan mahram tidak diperbolehkan. Tentunya keharaman dalam hadits ini merujuk kepada mereka yang mempunyai hubungan dan berpotensi untuk bermaksiat atau mesum. Hukum ini tidak berlaku bagi mereka yang memang bekerja sebagai tukang ojek atau fasilitas angkutan lainnya selama potensi maksiat tidak ada. Hukum Muammalah dalam Islam adalah boleh, akan tetapi dalam muammalah harus dengan baik dan tidak menyalahi hukum dengan lawan jenis yang bukan mahram. Jika melanggar dengan selain Mahram atau melakukan maksiat, maka hukumannya adalah neraka Jahannam. Jika pengertian Pacaran disamakan dengan pengertian milik Sosiolog Bowman, yakni pergaulan bebas laki-laki dan perempuan, maka tidak ada perdebatan bahwa Pacaran adalah HARAM. Karena unsur-unsur dalam pacaran sebagaimana dalam pengertian Bowman, merujuk pada perbuatan zina yang dikategorikan sebagai perbuatan keji. Zina sebagai perbuatan keji telah disampaikan Allah dalam firman surat Al-Israa ayat 32. Rasulullah saw secara tidak langsung telah memberikan rambu-rambu kepada umatnya mengenai model hubungan laki-laki dan perempuan yang terlarang. Pelarangan itu demi menghindarkan seseorang terjerumus dalam perzinahan. Karena pada umumnya perzinahan bermula dari situasi berduaan. Maka sebelum menyampaikan hukum harus lebih dahulu mendefinisikan pengertian supaya tidak salah dalam menghukumi sebuah fenomena. Pacaran dan Khitbah (Lamaran) Hikum pacaran dalam Islam menjadi haram jika hanya sekedar tujuan praktis bernuansa erotis dan penuh dengan maksiat. Sedangkan jika kita bermuammalah dengan perempuan atau lelaki secara baik dan benar, jauh dari maksiat dan berorientasi menikah maka disunnahkan. Bahkan Rasulullah SAW mendukung dan menganjurkan generasi muda muslim untuk menikah, sebagai solusi menghindarkan diri dari perzinahan. Pokok perintah Nabi SAW bahwa bagi seseorang yang sudah mampu baik lahiriah ataupun batinniah maka hendaknya menikah. Dengan menikah akan menghindarkan manusia dari perbuatan maksiat yang menjerumuskan. Jika belum mampu maka berpuasa, karena dengannya akan menjaga pandangan. Perhatikan makna dari hadits di atas; Artinya; “Dari Ibnu Masud RA berkata, Rasulullah saw mengatakan kepada kami: Hai sekalian pemuda, barang siapa diantara kamu yang telah sanggup melaksanakan akad nikah, hendaklah melaksanakannya. Maka sesungguhnya melakukan akad nikah itu (dapat) menjaga pandangan dan memlihar farj (kemaluan), dan barangsiapa yang belum sanggup hendaklah ia berpuasa (sunat), maka sesunguhnya puasa itu perisai baginya” (HR. Bukhari-Muslim) Jika tujuan untuk bermuammalah dengan lawan jenis agar segera terlaksananya sunnah Nabi SAW, yakni menikah sangat dianjurkan. Menikah adalah sunnah Nabi SAW, dan barangsiapa tidak senang dengan sunnah Nabi maka tidak dihitung sebagai Umatnya. Kiranya inti hadits riwayat Bukhari tersebut menjadikan orang paham bahwa muammalah dan berhubungan antara lawan jenis akan HARAM selama belum adanya ikatan Akad Nikah. Langkah muammalah yang baik dengan perempuan adalah dengan cara berpacaran dalam kerangka Khitbah atau melamar. Inilah bentuk keromantisan seorang laki-laki untuk perempuan tidak memerlukan penjajakan maksiat dalam pacaran Ala Barat, akan tetapi melakukan penjajakan Ala Islam. Khitbah dalam Islam menurut kitab Taqrib dijelaskan bahwa; Artinya; Melihat (kepada Wanita) untuk maksud menikahi diperbolehkan denga memandang muka dan telapak tangannya. Penjajakan dalam Islam kepada perempuan untuk dinikahi diperbolehkan. Maka pacaran dengan memperhatikan berbagai situasi dan prasyarat diperbolehkan selama sesuai dengan prinsip Muammalah. Jika pacaran disamakan dengan pergaulan bebas lelaki perempuan, tentu tidak boleh atau Haram karena mendekati Zina. | PeciHitam.org Bolehkah pacaran dalam islam Bagaimana hukum pacaran dalam Islam Pertanyaan demi pertanyaan terkait pacaran sangat banyak ditujukan baik kepada Ustadz, Kiai, Guru atau mencari sendiri dalam artikelartikel internet. Dalam bahasa Arab, etimologi pacar merujuk pada kata yang mendekati makna kekasih, atau orang yang dicinta. Pengertian dalam KBBI jika dipahami bermakna sangat abstrak, tidak mengandung unsurunsur hukum yang mengkhawatirkan. Dalam hal ini, menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagai kekasih adalah kesunnahan. Kiranya pendapat para Ulama tentang fenomena Pacaran sangat jarang ditemukan karena kata tersebut merupakan istilah baru dan sudah ada hukum yang menyamai dengan pacaran melalui unsurunsurnya. Pengertian ini merujuk kepada fenomena yang Bowman temukan di Amerika Serikat. Praktek di Amerika sendiri, hubungan pacaran sudah selaiknya suamiistri dalam kerangka hubungan intim antar lakilaki dan perempuan. Tentu hal ini sangat ditentang oleh Islam. Karena pada dasarnya segala macam Muamalah dibolehkan kecuali ada dalil yang melarangnya. Hukum pacaran dalam Islam jika ditarik ke dalam kerangka pengertian Muammalah tentu hukumnya diperbolehkan, tidak ada larangan untuk berhubungan antar manusia. Pengawasnyapun harus dari golongan keluarganya sendiri atau mahram. Perhatikan dengan seksama makna kandungan hadits di atas sebagai berikut Artinya Dari Ibnu Abbas ra. Ia berkata Aku mendengar Rasulullah saw berkhutbah, ia berkata Jangan sekalikali seorang lakilaki berkhalwat dengan seorang perempuan kecuali beserta ada mahramnya, dan janganlah seorang perempuan melakukan musafir kecuali beserta ada mahramnya muttafaq alaihi Nabi SAW membuat wantiwanti tandatanda kepada Umatnya bahwa hubungan lakilaki dan perempuan jangan terjerumus kedalam kemaksiatan. Istilah ini sering salah ucap dengan kata Muhrim. Boncengan dalam Perjalanan Berdua Nabi SAW membuat perumpamaan bahwa memboncengkan orang lain yang bukan mahram tidak diperbolehkan. Hukum ini tidak berlaku bagi mereka yang memang bekerja sebagai tukang ojek atau fasilitas angkutan lainnya selama potensi maksiat tidak ada. Jika melanggar dengan selain Mahram atau melakukan maksiat, maka hukumannya adalah neraka Jahannam. Jika pengertian Pacaran disamakan dengan pengertian milik Sosiolog Bowman, yakni pergaulan bebas lakilaki dan perempuan, maka tidak ada perdebatan bahwa Pacaran adalah HARAM. Zina sebagai perbuatan keji telah disampaikan Allah dalam firman surat AlIsraa ayat 32. Karena pada umumnya perzinahan bermula dari situasi berduaan. Sedangkan jika kita bermuammalah dengan perempuan atau lelaki secara baik dan benar, jauh dari maksiat dan berorientasi menikah maka disunnahkan. Bahkan Rasulullah SAW mendukung dan menganjurkan generasi muda muslim untuk menikah, sebagai solusi menghindarkan diri dari perzinahan. Pokok perintah Nabi SAW bahwa bagi seseorang yang sudah mampu baik lahiriah ataupun batinniah maka hendaknya menikah. Jika belum mampu maka berpuasa, karena dengannya akan menjaga pandangan. Inilah bentuk keromantisan seorang lakilaki untuk perempuan tidak memerlukan penjajakan maksiat dalam pacaran Ala Barat, akan tetapi melakukan penjajakan Ala Islam. Khitbah dalam Islam menurut kitab Taqrib dijelaskan bahwa Artinya Melihat kepada Wanita untuk maksud menikahi diperbolehkan denga memandang muka dan telapak tangannya. |
Sifat Sombong Dalam Islam – Hukum dan Bahayanya | https://dalamislam.com/dasar-islam/sifat-sombong-dalam-islam | Sombong merupakan suatu penyakit hati yang mana pengidapnya merasa bangga dan memandang tinggi atas diri sendiri. Dalam hadist Nabi Muhammad SAW bersabda yang artinya; “Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia.” (H. R. Muslim). Sebagai suatu penyakit, sombong hanya bisa disembuhkan berdasarkan kesadaran diri penderitanya sendiri karena sombong bertitik berat pada kondisi hati seseorang.Allah SWT di dalam Al-Qur’an surah Al-Israa’ ayat 37 menyebutkan, yang artinya;“Dan janganlah engkau berjalan di bumi dengan berlagak sombong, karena sesungguhnya engkau tidak akan dapat menembus bumi, dan engkau tidak akan dapat menyamai setinggi gunung-gunung.” Hukum Islam Mengenai Sifat SombongSebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an surah Al-Israa’ ayat 37, jelas disebutkan bahwa manusia tidak diperkenankan untuk berjalan di atas bumi dengan sifat sombongnya. Artinya, Allah jelas melarang untuk manusia memiliki penyakit hati ini dan jika manusia tidak mengindahkannya, maka murka Allah lah yang akan diterima sebagai ganjarannya.Di dalam sebuah hadist Rasulullah SAW bersabda yang artinya;”Tidak akan masuk surga orang yang dalam hatinya ada sifat sombong, walaupun hanya seberat biji sawi.” (H. R. Muslim).Jelas sudah, jika Allah tidak menyukai sifat sombong yang artinya sombong itu dilarang dan harus dihindari oleh manusia agar tidak mendapat murka Allah SWT.Jenis – Jenis Sifat SombongYang menjadikan seseorang bersifat sombong bisa oleh berbagai macam, misalnya; harta, fisik, ilmu pengetahuan, keturunan, bahkan ibadah. Namun, ada tiga (3) jenis kesombongan yang perlu untuk diketahui agar kita terhindar daripadanya, yakni:Sombong terhadap AllahMerupakan keadaan atau penyakit sombong yang paling parah karena seseorang yang sombong kepada Allah SWT, artinya ia menolak dan tidak taat kepada Allah SWT. Orang yang memiliki sifat tinggi hati kepada Allah SWT, berarti dalam hatinya tertanam bahwa ia tidak peduli, tidak takut, serta tidak segan untuk melanggar apapun perintah Allah SWT yang pastinya semua itu dilakukan tanpa ada perasaan bersalah atau tidak merasa berdosa sedikitpun.Allah SWT berfirman; Artinya:“Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina. (Al-Qur’an surah Lukman, ayat 60). Sombong terhadap RasulullahSeseorang yang tidak mau mengikuti ajaran Rasulullah, merasa bahwa apa yang diajarkan Nabi Muhammad tidak benar dan tidak sedikitpun peduli atau mau taat terhadap ajaran beliau, berarti orang tersebut telah memiliki sifat sombong terhadap Rasulullah di dalam hatinya.Sombong terhadap sesama manusiaJenis penyakit sombong yang paling sering terjadi yakni menganggap remeh orang lain, merasa dirinya adalah yang paling baik, paling bijaksanan, paling hebat, paling kaya, paling canti, dan segala yang besifat paling lainnya. Selalu memabandingkan diri dengan orang lain dan menganggap orang lain tersebut paling buruk jika dibandingkan dengan diri sendiri.Orang yang sombong biasanya gila hormat dan sangat senang dipuji bahkan bisa dibilang haus pujian. Mereka selalu memabanggakan diri dihadapan orang lain dengan niat ingin pamer agar dipuji dan orang lain pun jadi merasa rendah. Selain itu, orang yang sombong tidak suka menerima teguran, kritik, saran, nasihat, apalagi bantahan. Ia merasa bahwa dirinya lah yang paling benar dan tidak akan peduli terhadap keadaan atau pendapat orang lain.Bahaya KesombonganLayaknya sebuah penyakit yang menyerang fisik manusia, sombong yang merupakan penyakit hati tentu akan memberikan banyak gangguan pada penderitanya. Diantara bahaya akibat memiliki sifat sombong adalah sebagai berikut:Menghancurkan amal shalehRasulullah SAW bersabda yang artinya;“Adapun amal-amal yang membinasakan adalah berprilaku kikir, mengikuti hawa nafsu dan membanggakan diri.” (H. R. Thabrani)Mereka yang memiliki sifat sombong, tidak akan pernah memiliki sifat ikhlas yang merupakan dasar daripada setiap perbuatan maupun ibadah yang kita kerjakan. Oleh karena kesombongan itu dapat membinasakan amal ibadah, artinya sia-sialah semua perbuatan yang ia lakukan.Allah SWT tidak pernah menyukai mereka yang menyembah kepada-Nya, tapi tidak didasari dengan rasa ikhlas yang hanya ingin mencari ridha Allah semata. Karena pada dasarnya, seseorang yang bersifat sombong berarti ia tidak pernah benar-benar ingin meminta pertolongan terhadap Allah, tidak pula memiliki niat sungguh-sungguh dalam beribadah. Kasarnya, mereka hanya bermain-main.Memperturutkan hawa nafsuOrang yang sombong akan selalu bertindak sesuai dengan apa yang ia kehendaki tanpa memikirkan atau memerdulikan sekitar. Akibatnya, mereka sering bertindak tanpa berpikir dan hanya mengandalkan hawa nafsu. Mereka akan melakukan apapun yang penting bisa membuat mereka puas dan bangga.Dalam keadaan seperti itu, mereka akan cenderung berbuat serakah dan mudah dihasut oleh setan dan iblis sehingga yang mereka lakukan tak lain hanyalah maksiat semata.Lebih buruk dari syirikSyirik adalah dosa yang takkan pernah terampuni oleh Allah SWT karena orang yang syirik berarti tidak mengakui ke-Esa-an Allah SWT. Jika dikatakan bahwa sombong merupakan penyakit yang lebih buruk daripada syirik tersebut, sudah pasti ganjaran yang diterima akan lebih berat lagi.Orang yang memiliki sifat sombong, seringkali menyalahkan takdir atas kejelekkan atau ketidakberuntungan yang mereka dapati. Sementara ketika mereka mendapat berkah, mereka tidak akan pernah bersyukur kepada Allah. Dapat dikatakan bahwa mereka yang memiliki sifat sombong, berarti mereka telah jauh dari Allah sehingga yang akan menemai mereka diakhirat nanti adalah iblis dan bersama-sama menuju neraka.Akibat dari Sifat SombongDibenci Allah SAW dan RasulullahDi dalam Al-Qur’an surah Luqman ayat 18, Allah SWT berfirman yang artinya:“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.”Dalam salah satu hadist shahihnya, Rasulullah juga berpesan bahwa manusia harusnya bersikap rendah hati. Artinya, jelas sudah jika memiliki sifat sombong maka kita sudah melanggar perintah Allah SWT dan Rasulullah SAW. Orang yang tidak taat tentunya wajar jika tidak disukai.Padahal, tiada yang paling menyakitkan kecuali dibenci oleh Allah SWT dan Rasulullah SAW. Dalam hadist yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi, Rasulullah bersabda yang artinya;“Sesungguhnya orang yang paling aku cintai dan duduknya paling dekat kepadaku pada hari kiamat adalah orang yang akhlaknya terbaik di antara kalian. Sedangkan orang yang paling aku benci dan paling jauh dariku pada hari kiamat adalah orang-orang yang banyak bicara, suka ngobrol dan bermulut besar (sombong).”Diabaikan Allah SWTDalam sebuah hadist, Rasulullah SAW bersabda yang artinya;“Ada tiga golongan yang tidak akan diajak bicara oleh Allah, tidak disucikan oleh-Nya, dan baginya adzab yang pedih; (yaitu) Orang yang sudah tua berzina, penguasa pendusta dan orang miskin yang sombong.” (H. R. Muslim)Merupakan Makhluk yang HinaAllah SWT berfirman yang artinya;“Orang-orang yang bersikap sombong dimuka bumi tanpa alasan yang benar, mereka akan Aku palingkan dari kebenaran sehingga mereka tidak dapat memahami bukti-bukti kekuasaan-Ku. Sekalipun orang-orang yang sombong itu menyaksikan bukti-bukti kekuasaan-Ku, mereka tetap tidak mau beriman. Jika mereka melihat jalan sesat justru mereka mau mengikutinya. Begitulah karakter orang-orang yang sombong, mereka telah mendustakan agama Kami, dan mereka telah melalaikan bukti-bukti kekuasan Kami. (Q. S. Al-A’raf, ayat 146).Sombong merupakan penyakit hati yang menjadikan penderitanya justru masuk ke dalam kelompok orang-orang yang zalim, sekalipun ia adalah orang kaya dan terhormat.Hatinya TerkunciSesuai apa yang tertera dalam Al-Qur’an surah Mukmi aat 35, dikatakan bahwa Allah SWT akan menutup rapat pintu hati seseorang yang bersikap sombong sehingga ia tidak akan bisa menerima kebenaran.Menjadi Pengikut IblisAllah berfirman yang artinya;“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam,” maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.” (Q. S. Al-Baqarah, ayat 34).Menjadi Penghuni NerakaOrang yang memiliki sifat sombong akan dibenci dan ditutup hatinya oleh Allah SWT. Maka jadilah mereka pengikut iblis yang senang berbuat sekehendak hati dan tidak akan pernah taat terhadap perintah Allah dan Rasul-Nya.Maka tiada lain tempatnya kecuali di neraka. Rasulullah SAW bersabda yang artinya:”Para penghuni neraka adalah orang-orang yang keras kepala, kasar lagi sombong.” (H. R. Bukhari dan Muslim).Dijauhi Sesama ManusiaTidak ada seorang pun yang menyukai sesamanya yang memiliki sifat sombong. Maka, mereka yang sombong pasti akan dijauhi oleh sesama manusia karena yang sombong selalu saja memandang lemah orang lain dan menganggap dirinya lebih tinggi. Wajar jika mereka ditinggalkan dan tidak ada yang mau berteman dengan orang yang sombong. | Sombong merupakan suatu penyakit hati yang mana pengidapnya merasa bangga dan memandang tinggi atas diri sendiri. Allah SWT di dalam AlQuran surah AlIsraa ayat 37 menyebutkan, yang artinyaDan janganlah engkau berjalan di bumi dengan berlagak sombong, karena sesungguhnya engkau tidak akan dapat menembus bumi, dan engkau tidak akan dapat menyamai setinggi gununggunung. Orang yang memiliki sifat tinggi hati kepada Allah SWT, berarti dalam hatinya tertanam bahwa ia tidak peduli, tidak takut, serta tidak segan untuk melanggar apapun perintah Allah SWT yang pastinya semua itu dilakukan tanpa ada perasaan bersalah atau tidak merasa berdosa sedikitpun. Selalu memabandingkan diri dengan orang lain dan menganggap orang lain tersebut paling buruk jika dibandingkan dengan diri sendiri. Selain itu, orang yang sombong tidak suka menerima teguran, kritik, saran, nasihat, apalagi bantahan. Ia merasa bahwa dirinya lah yang paling benar dan tidak akan peduli terhadap keadaan atau pendapat orang lain. Diantara bahaya akibat memiliki sifat sombong adalah sebagai berikutMenghancurkan amal shalehRasulullah SAW bersabda yang artinyaAdapun amalamal yang membinasakan adalah berprilaku kikir, mengikuti hawa nafsu dan membanggakan diri. Akibatnya, mereka sering bertindak tanpa berpikir dan hanya mengandalkan hawa nafsu. Mereka akan melakukan apapun yang penting bisa membuat mereka puas dan bangga. Jika dikatakan bahwa sombong merupakan penyakit yang lebih buruk daripada syirik tersebut, sudah pasti ganjaran yang diterima akan lebih berat lagi. Orang yang memiliki sifat sombong, seringkali menyalahkan takdir atas kejelekkan atau ketidakberuntungan yang mereka dapati. Sementara ketika mereka mendapat berkah, mereka tidak akan pernah bersyukur kepada Allah. Dapat dikatakan bahwa mereka yang memiliki sifat sombong, berarti mereka telah jauh dari Allah sehingga yang akan menemai mereka diakhirat nanti adalah iblis dan bersamasama menuju neraka. Akibat dari Sifat SombongDibenci Allah SAW dan RasulullahDi dalam AlQuran surah Luqman ayat 18, Allah SWT berfirman yang artinyaDan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia karena sombong dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Artinya, jelas sudah jika memiliki sifat sombong maka kita sudah melanggar perintah Allah SWT dan Rasulullah SAW. Orang yang tidak taat tentunya wajar jika tidak disukai. Padahal, tiada yang paling menyakitkan kecuali dibenci oleh Allah SWT dan Rasulullah SAW. Dalam hadist yang diriwayatkan oleh AtTirmidzi, Rasulullah bersabda yang artinyaSesungguhnya orang yang paling aku cintai dan duduknya paling dekat kepadaku pada hari kiamat adalah orang yang akhlaknya terbaik di antara kalian. Jika mereka melihat jalan sesat justru mereka mau mengikutinya. Begitulah karakter orangorang yang sombong, mereka telah mendustakan agama Kami, dan mereka telah melalaikan buktibukti kekuasan Kami. Q. S. AlAraf, ayat 146.Sombong merupakan penyakit hati yang menjadikan penderitanya justru masuk ke dalam kelompok orangorang yang zalim, sekalipun ia adalah orang kaya dan terhormat. Menjadi Pengikut IblisAllah berfirman yang artinyaDan ingatlah ketika Kami berfirman kepada para malaikat Sujudlah kamu kepada Adam, maka sujudlah mereka kecuali Iblis ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orangorang yang kafir. Maka tiada lain tempatnya kecuali di neraka. Maka, mereka yang sombong pasti akan dijauhi oleh sesama manusia karena yang sombong selalu saja memandang lemah orang lain dan menganggap dirinya lebih tinggi. |
4037. HUKUM MENGAMBIL BUAH DARI TANAMAN MILIK PEMERINTAH ( UMUM ) | https://www.piss-ktb.com/2015/04/4037-hukum-mengambil-buah-dari-tanaman.html | PERTANYAAN : Assalaamu 'alaikum wr.wb. Pertanyaan : Bagaimana hukumnya mengambil buah milik pemerintah ? misalnya pohon buah tersebut ditanam di pinggir-pinggir jalan atau di taman-taman umum. [ Santriwati Dumay ] JAWABAN : Wa'alaikumussalaam. Hukum asal tidak boleh, kecuali ada pembolehan dari pemerintah. Karena satu contoh untuk menebang pohon pinggir jalan saja harus seijin dinas pertamanan / perhubungan, kalau maksa, siap-siap kena pasal aturan pemerintah. Itu kalo dipinggir jalan, apalagi pohon-pohon yang ditanam perhutani. Jadi Jika memang sang pemilik / pemerintah sudah tak menggubris atau sudah diketahui kerelaannya maka boleh untuk mengambilnya. Wallohu a'lam. (Ubaidillah Hasan, Mbah Godek). - Ibarot : 2 291 ( 3 / 602 ) www.fb.com/groups/piss.ktb/936846749671467/ www.fb.com/notes/937766506246158 | PERTANYAAN Assalaamu alaikum wr.wb. Pertanyaan Bagaimana hukumnya mengambil buah milik pemerintah misalnya pohon buah tersebut ditanam di pinggirpinggir jalan atau di tamantaman umum. Santriwati Dumay JAWABAN Waalaikumussalaam. Hukum asal tidak boleh, kecuali ada pembolehan dari pemerintah. Karena satu contoh untuk menebang pohon pinggir jalan saja harus seijin dinas pertamanan perhubungan, kalau maksa, siapsiap kena pasal aturan pemerintah. Itu kalo dipinggir jalan, apalagi pohonpohon yang ditanam perhutani. Jadi Jika memang sang pemilik pemerintah sudah tak menggubris atau sudah diketahui kerelaannya maka boleh untuk mengambilnya. Wallohu alam. Ubaidillah Hasan, Mbah Godek. Ibarot 2 291 3 602 www.fb.comgroupspiss.ktb936846749671467 www.fb.comnotes937766506246158 |
Karena Cinta, Aku Rindu Ingin Melihat Wajah-Mu (Bag. 3) | https://muslim.or.id/36565-karena-cinta-aku-rindu-ingin-melihat-wajah-mu-03.html | Baca pembahasan sebelumnya Karena Cinta, Aku Rindu Ingin Melihat Wajah-Mu (Bag. 2) Kerinduan Melihat Wajah-Mu Lihatlah mereka yang memiliki cinta palsu kepada sang idola. Pecinta (maniak) sepak bola akan rindu, sangat ingin bertemu dan melihat langsung pesebak bola dunia yang selama ini hanya bisa dia saksikan di layar kaca. Lihatlah mereka yang memiliki cinta palsu kepada sanga artis idola. Mereka teriak-teriak histeris ketika bertemu langsung dengan sang pujaan hati. Potret kecintaan seperti ini, bisa kita saksikan dalam dunia nyata kita. Namun, wahai hati yang lalai, pernahkah kita merasa rindu untuk melihat wajah-Nya? Kita setiap hari beribadah dan menghamba kepada Allah Taala dalam ruku dan sujud kita. Kita memuji Allah dan mengagungkan-Nya dalam setiap detik ibadah kita, meskipun kita tidak bisa melihat-Nya di dunia. Namun seorang mukmin yakin dan percaya bahwa Allah Taala itu ada dan pasti selalu rindu untuk melihat wajah-Nya. Melihat wajah Allah Taala, inilah kenikmatan yang akan Allah Taala berikan kepada hamba-Nya yang beriman. Allah Taala berfirman, Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya. Dan wajah mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak (pula) kehinaan. Mereka itulah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya (QS. Yunus [10]: 26). Apakah yang dimaksud dengan tambahan dalam ayat ini? Penjelasan tentang hal ini diriwayatkan dari Shuhaib radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaih wa sallam bersabda, : : : Bila penduduk surga telah masuk ke dalam surga, Allah Taala berfirman, Apakah kalian ingin sesuatu yang perlu Aku tambahkan kepada kalian? Penduduk surga menjawab, Bukankah Engkau telah membuat wajah-wajah kami menjadi putih? Bukankah Engkau telah memasukkan kami ke dalam surga dan menjauhkan kami dari neraka? Beliau shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Lalu Allah membukakan pembatas (hijab). Tidak ada satu pun anugerah yang telah diberikan kepada mereka yang lebih mereka cintai daripada anugerah dapat memandang Rabb mereka (HR. Muslim no. 181). Dalam Tafsir Jalalain (1/270) disebutkan, {} (Yang dimaksud dengan) tambahan yaitu melihat (wajah) Allah Taala sebagaimana yang disebutkan dalam hadits riwayat Muslim. Demikianlah pahala orang-orang yang beriman dan beramal shalih, yaitu Allah siapkan untuknya surga dan nikmat yang paling nikmat, yaitu melihat wajah Allah Taala. Inilah yang akan dirindukan oleh setiap mukmin di detik-detik ketika ajal menjemputnya. Ketika sakaratul maut, seorang mukmin akan diperlihatkan amal ibadahnya ketika masih hidup di dunia sehingga dia pun rindu untuk segera bertemu dengan Rabb-nya. Sebagaimana sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ubadah bin Shamit radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Barangsiapa mencintai perjumpaan dengan Allah, Allah juga mencintai perjumpaan dengannya. (Sebaliknya), barangsiapa yang membenci perjumpaan dengan Allah, Allah pun membenci perjumpaan dengannya. Mendengar hadits ini, Aisyah atau sebagian istri Nabi berkata, Sesungguhnya kami cemas (menunggu) kematian. Aisyah menyangka bahwa ketika mereka merasa cemas terhadap kematian, berarti dia benci untuk bertemu dengan Allah Taala. Sehingga anggapan seperti ini pun diluruskan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dalam sabda beliau, Bukan begitu. Namun yang benar, seorang mukmin jika dijemput kematian, dia diberi kabar gembira dengan keridhaan Allah Taala dan karamah-Nya. Sehingga tidak ada sesuatu pun yang lebih dia cintai daripada apa yang di hadapannya. Dia pun mencintai untuk berjumpa dengan Allah Taala, dan Allah pun cinta untuk berjumpa dengannya. Sebaliknya orang kafir, jika mereka dijemput kematian, dia diberi kabar buruk dengan siksa (adzab) Allah dan hukuman-Nya. Sehingga tidak ada yang lebih dia cemaskan (dia takutkan) daripada sesuatu yang ada di hadapannya. Dia pun membenci berjumpa dengan Allah, dan Allah benci untuk berjumpa dengannya. (HR. Bukhari no. 6507) Setiap orang yang merasakan cinta, tentu dia akan gundah gulana ketika lama tidak berjumpa dengan kekasihnya. Dan demikianlah hakikat cinta seorang mukmin kepada Rabb-nya. [Selesai] *** Diselesaikan di pagi hari, Rotterdam NL, 16 Jumadil awwal 1439/ 3 Februari 2018 Oleh seorang hamba yang sangat butuh ampunan Rabb-nya, Penulis: M. Saifudin Hakim | Baca pembahasan sebelumnya Karena Cinta, Aku Rindu Ingin Melihat WajahMu Bag. 2 Kerinduan Melihat WajahMu Lihatlah mereka yang memiliki cinta palsu kepada sang idola. Pecinta maniak sepak bola akan rindu, sangat ingin bertemu dan melihat langsung pesebak bola dunia yang selama ini hanya bisa dia saksikan di layar kaca. Mereka teriakteriak histeris ketika bertemu langsung dengan sang pujaan hati. Potret kecintaan seperti ini, bisa kita saksikan dalam dunia nyata kita. Namun, wahai hati yang lalai, pernahkah kita merasa rindu untuk melihat wajahNya Kita setiap hari beribadah dan menghamba kepada Allah Taala dalam ruku dan sujud kita. Namun seorang mukmin yakin dan percaya bahwa Allah Taala itu ada dan pasti selalu rindu untuk melihat wajahNya. Melihat wajah Allah Taala, inilah kenikmatan yang akan Allah Taala berikan kepada hambaNya yang beriman. Allah Taala berfirman, Bagi orangorang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik surga dan tambahannya. Dan wajah mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak pula kehinaan. Mereka itulah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya QS. Apakah yang dimaksud dengan tambahan dalam ayat ini Penjelasan tentang hal ini diriwayatkan dari Shuhaib radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaih wa sallam bersabda, Bila penduduk surga telah masuk ke dalam surga, Allah Taala berfirman, Apakah kalian ingin sesuatu yang perlu Aku tambahkan kepada kalian Penduduk surga menjawab, Bukankah Engkau telah membuat wajahwajah kami menjadi putih Bukankah Engkau telah memasukkan kami ke dalam surga dan menjauhkan kami dari neraka Beliau shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Lalu Allah membukakan pembatas hijab. Dalam Tafsir Jalalain 1270 disebutkan, Yang dimaksud dengan tambahan yaitu melihat wajah Allah Taala sebagaimana yang disebutkan dalam hadits riwayat Muslim. Sebagaimana sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ubadah bin Shamit radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Barangsiapa mencintai perjumpaan dengan Allah, Allah juga mencintai perjumpaan dengannya. Sebaliknya, barangsiapa yang membenci perjumpaan dengan Allah, Allah pun membenci perjumpaan dengannya. Mendengar hadits ini, Aisyah atau sebagian istri Nabi berkata, Sesungguhnya kami cemas menunggu kematian. Sehingga anggapan seperti ini pun diluruskan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dalam sabda beliau, Bukan begitu. Namun yang benar, seorang mukmin jika dijemput kematian, dia diberi kabar gembira dengan keridhaan Allah Taala dan karamahNya. Sehingga tidak ada sesuatu pun yang lebih dia cintai daripada apa yang di hadapannya. Sehingga tidak ada yang lebih dia cemaskan dia takutkan daripada sesuatu yang ada di hadapannya. 6507 Setiap orang yang merasakan cinta, tentu dia akan gundah gulana ketika lama tidak berjumpa dengan kekasihnya. Selesai Diselesaikan di pagi hari, Rotterdam NL, 16 Jumadil awwal 1439 3 Februari 2018 Oleh seorang hamba yang sangat butuh ampunan Rabbnya, Penulis M. Saifudin Hakim |
Hadits Bintang Tsurayya dan Hilangnya Wabah Corona | https://bimbinganislam.com/hadits-bintang-tsurayya-dan-hilangnya-wabah-corona/ | Hadits Bintang Tsurayya dan Hilangnya Wabah Corona Para pembaca Bimbinganislam.com yang baik hati berikut kami sajikan tanya jawab, serta pembahasan tentang hadits bintang tsurayya dan hilangnya wabah corona. Silahkan membaca. Pertanyaan : Semoga Allah Azza wa Jalla selalu menjaga Ustadz & keluarga. Ustadz, apakah bintang tsurayya itu? Apakah benar ketika bintang tsurayya muncul, maka wabah penyakit serta wabah corona ini akan diangkat? Jazakallahu khairan. (Disampaikan oleh Fulanah, Grup Belajar Bias N09) Jawaban : Alhamdulillh Alhamdulillah, wa laa haula wa laa quwwata illaa billaah, wash shalaatu was salaamu alaa rasulillaah, Amma badu Ayyuhal Ikhwan wal Akhwat baarakallah fiikum Ajmain. Secara umum, Bintang Tsurayya adalah bintang yang muncul pada malam hari di musim panas. Di Indonesia biasanya akan muncul pada saat pergantian musim (ke musim panas), terjadi di awal-awal bulan juni. Al Hafizh Ibnu Hajar Al Asqolaniy rahimahullah (wafat pada tahun 852 H.) berkata: Yang dimaksud dengan munculnya bintang di pagi hari adalah di awal musim panas, yaitu ketika puncknya panas di daerah-daerah Hijaz (Mekah, Thaif, Madinah, dan kota-kota sekitarnya -pen) dan permulaan matangnya buah-buahan (misalnya; buah kurma matang pada musim panas). Dan inilah (mulai matangnya buah-buahan) yang menjadi patokan sesungguhnya, dan terbitnya bintang Tsurayya hanyalah tanda saja (lihat Fathul Baari 4/395). Apakah wabah akan diangkat ketika munculnya bintang tsurayyah? Tidak ada hadits secara khusus (Wallahu Taala Alam) yang menerangkan bahwa ketika munculnya bintang tsurayyah, semua wabah apa saja, yang ada di atas muka bumi ini akan terangkat (secara umum). Penjelasan yang benar menurut penjelasan para ulama bahwa yang dimaksud adalah wabah (penyakit) pada buah-buahan, karena pada saat itu, biasanya buah-buahan belum matang di pohon (misalnya kurma), sehingga penyakit, hama, dan lainnya lebih mudah hinggap dan merusak pertumbuhan buah di masa muda (belum matang) tersebut. Di antara penjelasan tentang hadits bintang tsurayya : : : Rasulullah Shallallahu laihi wasallam melarang menjual buah-buahan hingga hilang penyakitnya. Aku (yaitu tsman bin Abdillah bin Surooqoh, perawi dari Ibnu Umar) berkata, Wahai Ibnu Umar, apa itu perginya penyakit, apakah itu penyakit?. Ibnu Umar berkata, Terbitnya bintang Ats-Tsurayya (HR. Ahmad, no. 5012 dengan sanad yang shahih). Penjelasan tentang hadits di atas dimuat para ulama dalam buku-buku mereka. Di antaranya; 1. Abu Jafar At-Thohawi rahimahullah (mazhab Hanafi, wafat pada tahun 321 H.), beliau membawakan hadits ini setelah itu beliau menyebutkan atsar Ibnu Umar di atas, lalu beliau berkata Bahwasanya yang dimaksud dengan diangkatnya penyakit darinya adalah dari buah-buahan kurma (lihat Kitab Syarh Musykil al-Aatsaar, 6/54). 2. Ibnu Abdil Barr rahimahullah (mazhab Hambali, wafat pada tahun 463 H.) beliau bawakan dalam pembahasan penjualan buah-buahan yang terlarang (karena belum matang, dan atau ada cacat/penyakit pada buah tersebut) (lihat juga Kitab al-Istidzkaar, 6/305). 3. Ibnu Rusyd rahimahullah (condong ke mazhab Maliki, wafat pada tahun 595 H.) beliau membawakan hadits ini pada pembahasan jual beli yang terlarang yaitu pada pembahasan larangan menjual buah-buahan sebelum nampak kematangannya (Lihat Kitab Bidaaytul Mujtahid, 3/170). 4. Ibnu Hajar rahimahullah (mazhab Syafii, wafat pada tahun 852 H.), Beliau membawakan hadits yang sedang kita bahas ini pada pembahasan bab : Hukum menjual buah-buahan sebelum nampak matangnya (Lihat juga Kitab Fathul Baari, 4/395). Wallahu Taala Alam. Dijawab dengan ringkas oleh: Ustadz Fadly Gugul S.Ag. Kamis, 14 Ramadhan 1441 H / 07 Mei 2020 M Ustadz Fadly Gugul S.Ag. Beliau adalah Alumni STDI Imam Syafii Jember (ilmuhadits), Dewan konsultasi BimbinganIslam Untuk melihat artikel lengkapdariUstadz Fadly Gugul klik disini | Hadits Bintang Tsurayya dan Hilangnya Wabah Corona Para pembaca Bimbinganislam.com yang baik hati berikut kami sajikan tanya jawab, serta pembahasan tentang hadits bintang tsurayya dan hilangnya wabah corona. Pertanyaan Semoga Allah Azza wa Jalla selalu menjaga Ustadz keluarga. Ustadz, apakah bintang tsurayya itu Apakah benar ketika bintang tsurayya muncul, maka wabah penyakit serta wabah corona ini akan diangkat Jazakallahu khairan. Disampaikan oleh Fulanah, Grup Belajar Bias N09 Jawaban Alhamdulillh Alhamdulillah, wa laa haula wa laa quwwata illaa billaah, wash shalaatu was salaamu alaa rasulillaah, Amma badu Ayyuhal Ikhwan wal Akhwat baarakallah fiikum Ajmain. Secara umum, Bintang Tsurayya adalah bintang yang muncul pada malam hari di musim panas. Di Indonesia biasanya akan muncul pada saat pergantian musim ke musim panas, terjadi di awalawal bulan juni. Al Hafizh Ibnu Hajar Al Asqolaniy rahimahullah wafat pada tahun 852 H. berkata Yang dimaksud dengan munculnya bintang di pagi hari adalah di awal musim panas, yaitu ketika puncknya panas di daerahdaerah Hijaz Mekah, Thaif, Madinah, dan kotakota sekitarnya pen dan permulaan matangnya buahbuahan misalnya buah kurma matang pada musim panas. Dan inilah mulai matangnya buahbuahan yang menjadi patokan sesungguhnya, dan terbitnya bintang Tsurayya hanyalah tanda saja lihat Fathul Baari 4395. Penjelasan yang benar menurut penjelasan para ulama bahwa yang dimaksud adalah wabah penyakit pada buahbuahan, karena pada saat itu, biasanya buahbuahan belum matang di pohon misalnya kurma, sehingga penyakit, hama, dan lainnya lebih mudah hinggap dan merusak pertumbuhan buah di masa muda belum matang tersebut. Di antara penjelasan tentang hadits bintang tsurayya Rasulullah Shallallahu laihi wasallam melarang menjual buahbuahan hingga hilang penyakitnya. Aku yaitu tsman bin Abdillah bin Surooqoh, perawi dari Ibnu Umar berkata, Wahai Ibnu Umar, apa itu perginya penyakit, apakah itu penyakit. Penjelasan tentang hadits di atas dimuat para ulama dalam bukubuku mereka. Abu Jafar AtThohawi rahimahullah mazhab Hanafi, wafat pada tahun 321 H., beliau membawakan hadits ini setelah itu beliau menyebutkan atsar Ibnu Umar di atas, lalu beliau berkata Bahwasanya yang dimaksud dengan diangkatnya penyakit darinya adalah dari buahbuahan kurma lihat Kitab Syarh Musykil alAatsaar, 654. Ibnu Hajar rahimahullah mazhab Syafii, wafat pada tahun 852 H., Beliau membawakan hadits yang sedang kita bahas ini pada pembahasan bab Hukum menjual buahbuahan sebelum nampak matangnya Lihat juga Kitab Fathul Baari, 4395. Dijawab dengan ringkas oleh Ustadz Fadly Gugul S.Ag. Kamis, 14 Ramadhan 1441 H 07 Mei 2020 M Ustadz Fadly Gugul S.Ag. Beliau adalah Alumni STDI Imam Syafii Jember ilmuhadits, Dewan konsultasi BimbinganIslam Untuk melihat artikel lengkapdariUstadz Fadly Gugul klik disini |
Darah yang Keluar Saat Hamil, Haid atau Istihadah? | https://bincangsyariah.com/hukum-islam/nisa/darah-yang-keluar-saat-hamil-haid-atau-istihadah/ | Salah satu hikmah darah haid adalah sebagai makanan nutrisi bagi janin yang ada di dalam kandungan wanita hamil. Sehingga sangat kecil kemungkinan, wanita akan mengeluarkan darah saat ia hamil. Namun, bagaimana jika ada darah yang keluar saat hamil, haid atau istihadah kah? Dr. Mustafa Al Khan dan tim penyusun kitab Al-Fiqh Al-Manhaji Ala Madzhab Al Imam Al Syafii mengatakan, - . . : . Jika wanita hami melihat darah, dan masanya telah mencapai batas minimal masa haid. Yakni sehari semalam (24 jam). Dan (darah tersebut keluarnya) tidak melebihi batas maksimal masa haid. Yakni lima belas hari lima belas malam. Maka darah tersebut dianggap darah haid secara jelasnya. Oleh karena itu, ia (harus) meninggalkan salat, puasa dan semua hal yang diharamkan bagi wanita haid. Adapun jika darah yang dilihat tersebut keluar (melebihi) batas minimal haid. Atau melebihi batas maksimal masa haid. Maka, darah tersebut dianggap istihadah. Dan ia melaksanakan hukum wanita istihadah yang tetap shalat dan ibadah lainnya. Dan dikatakan (suatu pendapat) yakni darah yang dilihat wanita hamil itu dianggap darah istihadah secara mutlak. Bukan darah haid, karena kehamilah itu menyumbat keluarnya haid, dan inilah yang umum. (Namun, sebenarnya) Haidnya wanita di tengah kehamilannya tidak terhalang (sangat mungkin sekali), tetapi hal itu sangat jarang sekali. Berdasarkan keterangan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa darah yang keluar saat hamil adalah darah haid. Tetapi jika telah memenuhi syarat darah haid. Yakni jika darah tersebut keluarnya minimal selama sehari semalam atau dua puluh empat jam. Atau darah tersebut tidak melebihi batas maksimal haid, yakni tidak lebih dari lima belas hari lima belas malam. Sehingga, jika darah yang keluar saat haid tersebut kurang dari sehari semalam atau kurang dari dua puluh empat jam, maka darah tersebut dianggap darah istihadah. Atau jika darah yang keluar itu lebih dari lima belas hari lima dan belas malam (batas maksimal haid), maka darah tersebut adalah darah istihadah. Wa Allahu alam bis shawab. | Salah satu hikmah darah haid adalah sebagai makanan nutrisi bagi janin yang ada di dalam kandungan wanita hamil. Sehingga sangat kecil kemungkinan, wanita akan mengeluarkan darah saat ia hamil. Namun, bagaimana jika ada darah yang keluar saat hamil, haid atau istihadah kah Dr. Mustafa Al Khan dan tim penyusun kitab AlFiqh AlManhaji Ala Madzhab Al Imam Al Syafii mengatakan, . . . Jika wanita hami melihat darah, dan masanya telah mencapai batas minimal masa haid. Yakni sehari semalam 24 jam. Dan darah tersebut keluarnya tidak melebihi batas maksimal masa haid. Yakni lima belas hari lima belas malam. Maka darah tersebut dianggap darah haid secara jelasnya. Oleh karena itu, ia harus meninggalkan salat, puasa dan semua hal yang diharamkan bagi wanita haid. Adapun jika darah yang dilihat tersebut keluar melebihi batas minimal haid. Atau melebihi batas maksimal masa haid. Maka, darah tersebut dianggap istihadah. Dan ia melaksanakan hukum wanita istihadah yang tetap shalat dan ibadah lainnya. Dan dikatakan suatu pendapat yakni darah yang dilihat wanita hamil itu dianggap darah istihadah secara mutlak. Bukan darah haid, karena kehamilah itu menyumbat keluarnya haid, dan inilah yang umum. Namun, sebenarnya Haidnya wanita di tengah kehamilannya tidak terhalang sangat mungkin sekali, tetapi hal itu sangat jarang sekali. Berdasarkan keterangan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa darah yang keluar saat hamil adalah darah haid. Tetapi jika telah memenuhi syarat darah haid. Yakni jika darah tersebut keluarnya minimal selama sehari semalam atau dua puluh empat jam. Atau darah tersebut tidak melebihi batas maksimal haid, yakni tidak lebih dari lima belas hari lima belas malam. Sehingga, jika darah yang keluar saat haid tersebut kurang dari sehari semalam atau kurang dari dua puluh empat jam, maka darah tersebut dianggap darah istihadah. Atau jika darah yang keluar itu lebih dari lima belas hari lima dan belas malam batas maksimal haid, maka darah tersebut adalah darah istihadah. Wa Allahu alam bis shawab. |
Niat Shalat Nisfu Sya'ban dan Tata Cara Shalat Sunnah Nisfu Syaban | https://www.doaharianislami.com/2017/04/niat-sholat-nisfu-syaban-dan-tata-cara.html | Niat Shalat Nisfu Sya'ban - Nisfu Sya'ban sendiri adalah pertengahan hari di bulan syaban yang jatuh pada tanggal 15 di bulan Sya'ban pada kalender Hijriyah (Kalender Islam). Hukum mengerjakan shalat Nisfu Sya'ban adalah Sunnah yang berarti jika mengerjakan mendapat pahala dan jika tidak mengerjakannya tidak mendapat dosa maupun pahala. Shalat Sunnah Nisfu Sya'ban bisa dilakukan oleh setiap muslim baik itu laki-laki maupun perempuan di pertengahan bulan Sya'ban atau di malam tanggal 15 pada bulan Sya'ban. Adapun untuk hukum Shalat Sunnah Nisfu Sya’ban ini berdasarkan Hadist Shahih yang di riwatkan oleh Ibnu Majah yang berbunyi, "Apabila telah datang malam Nisfu Sya’ban maka kamu Shalatlah pada malamnya dan kerjakanlah puasa pada siangnya maka sesungguhnya Allah akan turun pada malam itu sampai terbenamnya matahari ke langit dunia, lalu Allah SWT berfirman: tidaklah seseorang yang memohon ampun kepada-Ku kecuali akan Ku (Allah) ampuni dia, tidaklah seorang hamba memohon Rizeki kepada-Ku maka akan aku berikan Rezeki kepadanya, tidaklah seseorang memohon dihindarkan dari bala kecuali akan Ku berikan kesehatan dan tidaklah permohonan ini dan permintaan itu kecuali Aku (Allah) mengabulkannya hingga terbitnya Fajar". (HR Ibnu Majah) Baca juga : Bacaan doa Nisfu Sya'ban lengkap beserta terjemahnya Seperti mengerjakan shalat wajib maupun shalat sunnah lainnya, kita harus membaca niat shalat terlebih dahulu sebelum mengerjakan shalat.Niat Shalat Nisfu Sya'ban dan Tata Cara Mengertjakannya Berikut ini adalah lafadz niat shalat sunnah Nisfu Sya'ban beserta latin dan terjemahnya. Niat Shalat Nisfu Sya'ban Usholli sunnatan nisfu sya'baana rak'ataini lillahi ta'ala Artinya: "Saya shalat sunnat Nisfu Sya'ban dua rakaat karena Allah Ta'ala" Bisa juga membaca niat shalat malam nisfu sya'ban seperti di bawah. Lafadz Niat Shalat Malam Nisfu Sya'ban Usholli sunnata lailati nisfu sya'baana rok'ataini lillahi ta'alaa Artinya: "Saya shalat sunnat malam Nisfu Sya'ban dua rakaat karena Allah Ta'ala"Baca juga: Doa Setelah Sholat Tahajud Lengkap Dengan Artinya Tata Cara Shalat Sunnah Nisfu Syaban Kemudian untuk tata cara mengerjakan shalat nisfu Sya'ban 1. Membaca Niat Shalat Nisfu Sya'ban2. Pada rakaat pertama sesudah Al-fatihah membaca surat Al-Kafirun.3. Pada rakaat ke-dua sesudah Al-fatihah membaca surat Al-Ikhlas.4. Kemudian mengucapkan salam. Setelah shalat selesai, di anjurkan untuk membaca surat Yaasin sebanyak tiga kali (3x) dengan niat sebagai berikut. 1. Pada bacaan surat Yaasin pertama diniatkan untuk memohon umur panjang yang semata-mata hanya beribadah kepada Allah SWT. 2. Pada bacaan surat Yaasin yang ke dua diniatkan untuk memohon rezeki yang banyak dan halal untuk bekal beribadah kepada Allah SWT. 3. Pada bacaan Yaasin yang ketiga diniatkan memohon keteguhan iman. Setelah itu kemudian membaca doa Nisfu Sya'ban. Berikut adalah bacaan doa nisfu sya'ban lengkap beserta latin dan terjemahnya. Bacaan Doa Nisfu Sya'ban Allaahumma yaa dzal manni walaa yumannu alaika ya dzal jalaali wal ikraam, Yaa dzath thauli wal in aam laa ilaaha illaa anta, dhahrul laajiin, Wa jaarul Mustajiiriin, Wa amaanul khaa ifiin, Allahumma in kunta katabta nii indaka fii ummil kitaabi syaqiyyan aw mahruuman aw mathruudan aw muqtarran alayya fir rizqi Famhu Allaahumma bi fadllika syaqaawatii wa hirmaanii wa thardii waq titaari rizqii wa ats-bitnii indaka fii ummil kitaabi sa 'iidan marzuuqan muwaf faqal lil khairaat. Fa innaka qulta wa qaulta wa qaulukal haqqu fii kitaabikal munazzali 'alaa nabiyyikal mursali, yamhul laahumaa yasyaa u wa yutsbitu wa indahuu ummul kitaabi. Ilaahii bittajallil Aadhami fii lailatin nishfi min syahri syabaanil mukarramil latii yufraqu fiihaa kullu amrin hakiim wa yubram ishrif annii minal balaa i maa alamu wa maa laa alam wa anta allaamul ghuyuubi birahmatika yaa arhamar raahimiin. Wa sallallaahu 'alaa sayyidinaa Muhammadiw wa 'alaa aalihii wa sahbihi wa sallama. Artinya: "Ya Allah Tuhanku, wahai Yang memiliki anugerah dan tiada yang memberi anugerah kepada-Mu, wahai Yang mempunyai keagungan dan kemuliaan, wahai yang mempunyai kekuasaan dan yang memberi nikmat, tiada Tuhan yang berhak di sembah kecuali Engkau, tempat bernaung bagi orang-orang yang mengungsi, tempat berlindung bagi orang-orang yang memohon perlindungan dan tempat yang aman bagi orang-orang yang ketakutan." "Ya Allah Tuhanku, jika Engkau telah menetapkan diriku di dalam Ummul Kitab (Lauh Mahfuz) yang berada di sisi-Mu sebagai orang yang celaka, terhalang, terusir atau disempitkan rezekinya sudilah kiranya Engkau menghapuskan." "Ya Allah Tuhanku, berkat karunia-Mu apa yang ada dalam Ummul Kitab yaitu perihal diriku sebagai orang yang celaka, terhalang, terusir dan sempit rezeki. Dan sudilah kiranya Engkau menetapkan di dalam Ummul Kitab yang ada di sisi-Mu agar aku menjadi orang yang berbahagia, mendapat rezeki yang banyak lagi beroleh kesuksesan dalam segala kebaikan. karena sesungguhnya Engkau telah berfirman di dalam kitab-Mu dan firman-Mu adalah benar yang diturunkan melalui lisan Nabi yang Engkau utus, "Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan, dan di sisi-Nya ada Ummul Kitab." "Ya Tuhanku, Berkat penampilan yang maha besar (dari rahmat-Mu) pada malam pertengahan bulan sya'ban yang mulia ini diperincikanlah segala urusan yang ditetapkan dengan penuh kebijaksanaan. Sudilah kiranya Engkau menghindarkan diriku dari segala bencana yang aku ketahui dan yang tidak ku ketahui serta yang lebih Kau ketahui (dari diriku), dan Engkau Maha Mengetahui segala yang gaib, berkat rahmat-Mu wahai yang maha penyayang diantara para penyayang." "Dan semoga Allah melimpahkan rahmat kepada junjungan kita Nabi Muhammad beserta keluarga dan para sahabatnya, semoga Dia melimpahkan salam sejahtera (kepada mereka)." Baca juga : Doa Akhir Tahun dan Doa Awal Tahun Hijriyah Lengkap Dengan Artinya Itulah lafadz niat shalat Nisfu Sya'ban dan tata cara melaksanakannya. Semoga dengan memperbanyak amal ibadah di malam nisfu sya'ban Allah swt mengampuni semua dosa-dosa yang telah kita perbuat dan memberikan kita pahala yang melimpah, mengingat begitu banyak keutamaan di dalam malam nisfu sya'ban. | Niat Shalat Nisfu Syaban Nisfu Syaban sendiri adalah pertengahan hari di bulan syaban yang jatuh pada tanggal 15 di bulan Syaban pada kalender Hijriyah Kalender Islam. Hukum mengerjakan shalat Nisfu Syaban adalah Sunnah yang berarti jika mengerjakan mendapat pahala dan jika tidak mengerjakannya tidak mendapat dosa maupun pahala. HR Ibnu Majah Baca juga Bacaan doa Nisfu Syaban lengkap beserta terjemahnya Seperti mengerjakan shalat wajib maupun shalat sunnah lainnya, kita harus membaca niat shalat terlebih dahulu sebelum mengerjakan shalat. Niat Shalat Nisfu Syaban Usholli sunnatan nisfu syabaana rakataini lillahi taala Artinya Saya shalat sunnat Nisfu Syaban dua rakaat karena Allah Taala Bisa juga membaca niat shalat malam nisfu syaban seperti di bawah. Pada rakaat kedua sesudah Alfatihah membaca surat AlIkhlas.4. Setelah shalat selesai, di anjurkan untuk membaca surat Yaasin sebanyak tiga kali 3x dengan niat sebagai berikut. Pada bacaan surat Yaasin pertama diniatkan untuk memohon umur panjang yang sematamata hanya beribadah kepada Allah SWT. Pada bacaan Yaasin yang ketiga diniatkan memohon keteguhan iman. Setelah itu kemudian membaca doa Nisfu Syaban. Bacaan Doa Nisfu Syaban Allaahumma yaa dzal manni walaa yumannu alaika ya dzal jalaali wal ikraam, Yaa dzath thauli wal in aam laa ilaaha illaa anta, dhahrul laajiin, Wa jaarul Mustajiiriin, Wa amaanul khaa ifiin, Allahumma in kunta katabta nii indaka fii ummil kitaabi syaqiyyan aw mahruuman aw mathruudan aw muqtarran alayya fir rizqi Famhu Allaahumma bi fadllika syaqaawatii wa hirmaanii wa thardii waq titaari rizqii wa atsbitnii indaka fii ummil kitaabi sa iidan marzuuqan muwaf faqal lil khairaat. Fa innaka qulta wa qaulta wa qaulukal haqqu fii kitaabikal munazzali alaa nabiyyikal mursali, yamhul laahumaa yasyaa u wa yutsbitu wa indahuu ummul kitaabi. Artinya Ya Allah Tuhanku, wahai Yang memiliki anugerah dan tiada yang memberi anugerah kepadaMu, wahai Yang mempunyai keagungan dan kemuliaan, wahai yang mempunyai kekuasaan dan yang memberi nikmat, tiada Tuhan yang berhak di sembah kecuali Engkau, tempat bernaung bagi orangorang yang mengungsi, tempat berlindung bagi orangorang yang memohon perlindungan dan tempat yang aman bagi orangorang yang ketakutan. Ya Allah Tuhanku, jika Engkau telah menetapkan diriku di dalam Ummul Kitab Lauh Mahfuz yang berada di sisiMu sebagai orang yang celaka, terhalang, terusir atau disempitkan rezekinya sudilah kiranya Engkau menghapuskan. Dan sudilah kiranya Engkau menetapkan di dalam Ummul Kitab yang ada di sisiMu agar aku menjadi orang yang berbahagia, mendapat rezeki yang banyak lagi beroleh kesuksesan dalam segala kebaikan. karena sesungguhnya Engkau telah berfirman di dalam kitabMu dan firmanMu adalah benar yang diturunkan melalui lisan Nabi yang Engkau utus, Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan, dan di sisiNya ada Ummul Kitab. Ya Tuhanku, Berkat penampilan yang maha besar dari rahmatMu pada malam pertengahan bulan syaban yang mulia ini diperincikanlah segala urusan yang ditetapkan dengan penuh kebijaksanaan. Sudilah kiranya Engkau menghindarkan diriku dari segala bencana yang aku ketahui dan yang tidak ku ketahui serta yang lebih Kau ketahui dari diriku, dan Engkau Maha Mengetahui segala yang gaib, berkat rahmatMu wahai yang maha penyayang diantara para penyayang. Dan semoga Allah melimpahkan rahmat kepada junjungan kita Nabi Muhammad beserta keluarga dan para sahabatnya, semoga Dia melimpahkan salam sejahtera kepada mereka. Baca juga Doa Akhir Tahun dan Doa Awal Tahun Hijriyah Lengkap Dengan Artinya Itulah lafadz niat shalat Nisfu Syaban dan tata cara melaksanakannya. Semoga dengan memperbanyak amal ibadah di malam nisfu syaban Allah swt mengampuni semua dosadosa yang telah kita perbuat dan memberikan kita pahala yang melimpah, mengingat begitu banyak keutamaan di dalam malam nisfu syaban. |
Terpilihnya Halimah As-Sa'diyyah Menjadi Ibu Susu Rasulullah SAW | https://www.detik.com/hikmah/kisah/d-7276730/terpilihnya-halimah-as-sadiyyah-menjadi-ibu-susu-rasulullah-saw | Halimah As-Sa'diyyah adalah ibu susu Rasulullah SAW. Seperti apa kisahnya hingga akhirnya Aminah binti Wahb memilih Halimah untuk menyusukan Rasulullah? Semua bermula di Arab wilayah Hijaz, terutama di Makkah. Biasanya mengikuti tradisi dan kebiasaan untuk mengirim anak-anak mereka, baik itu laki-laki maupun perempuan, kepada orang lain yang tinggal di luar kota untuk dirawat dan diasuh oleh mereka. Beberapa waktu setelah kelahiran Nabi Muhammad SAW, orang Arab sering kali mengirim anak-anak mereka ke sebuah desa Badui. Mereka akan tinggal di sana hingga usia sekitar 7-8 tahun. Dari budaya itulah pertemuan antara Baginda Nabi Muhammad SAW yang masih bayi bertemu dengan ibu susunya Halimah As-Sa'diyyah. Dirangkum dari buku 99 Kisah Teladan Sahabat Perempuan Rasulullah karya Mashur Abdul Hakim mengenai pertemuan Halimah dan bayi Rasulullah. Halimah As-Sa'diyyah hadir bertemu dengan perempuan di Makkah untuk mengasuh dan menyusui anak-anak mereka. Sebab kebiasaan orang Makkah yang menitipkan anak mereka. Halimah As-Sa'diyyah berkata, "Kami datang ke kota Makkah untuk menjadi perempuan tukang menyusui." Pada saat itu ibu Aminah datang bersama Rasulullah SAW bayi, namun kesan pertamanya Halimah As-Sa'diyyah tidak mau menerima beliau. Halimah menolak Nabi Muhammad SAW sebab punya suatu alasan, karena dapat informasi bahwa anak Aminah adalah anak yatim. Halimah berkata, "Saya juga yatim, padahal saya berharap kebaikan dari bapak anak itu." Sampai akhirnya sebelum berpisah Halimah berkata kepada suaminya, "Saya tidak menemukan anak yang mau saya susui. Demi Allah saya akan menemui anak yatim itu dan akan saya ambil." Suami Halimah menjawab, "Lakukanlah. Barangkali Allah memberikan berkah kepada kita dengan melakukan hal itu." Halimah berkata, "Ketika saya mengambil anak itu, saya membawa pulang ke kantong pelana saya, dia langsung menyambar kedua payudara saya, menyusu bersama saudara-saudara (sesusuan)nya." Suami Halimah berkata, "Ya Halimah, demi Allah, saya perhatikan kamu mendapatkan banyak berkah." Dari buku Meneladani Rasulullah Melalui Sejarah ditulis oleh Sri Januarti Rahayu dijelaskan ketika Halimah menggendong bayi Rasulullah, tiba-tiba hilang rasa kerepotan pada dirinya, dan ketika menyusui Rasulullah, bayi itu mampu menyedot air susu sesukanya sampai kenyang. Anak kandung Halimah yang ikut dibawa juga bisa menyusui sampai kenyang, hingga kedua bayi tertidur pulas. Padahal ketika perjalanan menuju Makkah, Halimah dan suami tidak bisa tertidur karena bayi kandung mereka rewel. Selain itu, keledainya yang sudah tua tidak mampu berjalan jauh apalagi membawa beban berat, tiba-tiba mampu berjalan cepat dan membawa mereka semua ke perkampungannya. Saat tiba di daerah Bani Sa'ad, betapa terkejutnya Halimah dan suami menyaksikan sepetak tanah punya mereka menjadi sangat subur, domba yang mereka punya menjadi subur hingga bisa diperas susunya. Demikian kisah Halimah As-Sa'diyyah saat menjadi ibu susu Nabi Muhammad SAW, hingga mendapatkan berbagai keberkahan dari Allah SWT saat mengasuh Rasulullah SAW. | Halimah AsSadiyyah adalah ibu susu Rasulullah SAW. Biasanya mengikuti tradisi dan kebiasaan untuk mengirim anakanak mereka, baik itu lakilaki maupun perempuan, kepada orang lain yang tinggal di luar kota untuk dirawat dan diasuh oleh mereka. Beberapa waktu setelah kelahiran Nabi Muhammad SAW, orang Arab sering kali mengirim anakanak mereka ke sebuah desa Badui. Mereka akan tinggal di sana hingga usia sekitar 78 tahun. Halimah AsSadiyyah hadir bertemu dengan perempuan di Makkah untuk mengasuh dan menyusui anakanak mereka. Sebab kebiasaan orang Makkah yang menitipkan anak mereka. Pada saat itu ibu Aminah datang bersama Rasulullah SAW bayi, namun kesan pertamanya Halimah AsSadiyyah tidak mau menerima beliau. Sampai akhirnya sebelum berpisah Halimah berkata kepada suaminya, Saya tidak menemukan anak yang mau saya susui. Demi Allah saya akan menemui anak yatim itu dan akan saya ambil. Barangkali Allah memberikan berkah kepada kita dengan melakukan hal itu. Suami Halimah berkata, Ya Halimah, demi Allah, saya perhatikan kamu mendapatkan banyak berkah. Padahal ketika perjalanan menuju Makkah, Halimah dan suami tidak bisa tertidur karena bayi kandung mereka rewel. Selain itu, keledainya yang sudah tua tidak mampu berjalan jauh apalagi membawa beban berat, tibatiba mampu berjalan cepat dan membawa mereka semua ke perkampungannya. Saat tiba di daerah Bani Saad, betapa terkejutnya Halimah dan suami menyaksikan sepetak tanah punya mereka menjadi sangat subur, domba yang mereka punya menjadi subur hingga bisa diperas susunya. Demikian kisah Halimah AsSadiyyah saat menjadi ibu susu Nabi Muhammad SAW, hingga mendapatkan berbagai keberkahan dari Allah SWT saat mengasuh Rasulullah SAW. |
Pacaran Dalam Islam – Hukum, Bahaya dan Akibatnya | https://dalamislam.com/akhlaq/larangan/pacaran-dalam-islam | Dewasa ini, bukanlah hal yang baru lagi ketika kita melihat pasangan remaja putera dan puteri dipinggir jalan, di kafe, restoran, jembatan, atau di mana saja. Mereka nampak asyik mengumbar yang katanya disebut sebagai sesuatu yang mesra itu. Menunjukkan betapa bahagianya mereka saling memiliki satu sama lain dibalik sebuah—yang katanya—jalinan hubungan bernama pacaran.Tidak segan oleh mereka berdua-duaan baik di tempat umum bahkan di tempat yang jauh dari keramaian. Padahal, Rasulullah SAW bersabda yang artinya;“Tidak boleh antara laki-laki dan wanita berduaan kecuali disertai oleh muhrimnya, dan seorang wanita tidak boleh bepergian kecuali ditemani oleh muhrimnya.” (H. R. Muslim) Oh, salah jika hanya menyebut para remaja saja yang berbuat demikian, karena orang dewasa pun juga banyak yang melakukannya. Sedihnya, budaya pacaran itu bahkan sudah menancapkan akarnya pada anak-anak belia yang masih duduk dibangku sekolah dasar berseragam merah dan putih. Sungguh miris sekali.Sebetulnya, budaya pacaran itu adalah budaya asing yang masuk ke Indonesia akibat daripada globalisasi. Karena filter yang kurang, akhirnya banyak yang ikut terjerumus dalam budaya tersebut. Padahal, harusnya diketahui bahwa pacaran tidak lain adalah perbuatan dosa yang ujungnya akan mendekati kepada zina yang merupakan dosa besar.Hukum Pacaran dalam IslamTidak pernah dibenarkan adanya hubungan pacaran di dalam Islam. Justru sebaliknya, Islam melarang adanya pacaran di antara mereka yang mukan muhrim karena dapat menimbulkan berbagai fitnah dan dosa. Dalam Islam, pacaran adalah haram. Oleh sebab itu, Islam mengatur hubungan antara lelaki dan perempuan dalam dua hal, yakni:Hubungan Yang dimaksud dengan hubungan mahram, seperti antara ayah dan anak perempuannya, kakak laki-laki dengan adik perempuannya atau sebaliknya. Oleh karena yang mahram berarti sah-sah saja untuk berduaan (dalam artian baik) dengan lawan jenis.Sebab, dalam Al-Qur’an surah An-Nisa ayat 23 disebutkan bahwa mahram (yang tidak boleh dinikahi) daripada seorang laki-laki adalah ibu, nenek, saudara perempuan (kandung maupun se-ayah), bibi (dari ibu maupun ayah), keponakan (dari saudara kandung maupun sebapak), anak perempuan (anak kandung maupun tiri), ibu susu, saudara sepersusuan, ibu mertua, dan menantu perempuan. Dalam hubungan yang mahram, wanita boleh tidak memakai jilbab tapi bukan mempertontonkan auratnya.Hubungan Non-mahramSelain daripada mahram, artinya laki-laki dibolehkan untuk menikahi perempuan tersebut. Namun, terdapat larangan baginya jika berdua-duaan, melihat langsung, atau bersentuhan dengan perempuan yang bukan mahramnya. Untuk perempuan, harus menggunakan jilbab dan menutup seluruh auratnya jika berada di sekitar laki-laki yang bukan mahramnya tersebut.Bahaya Pacaran dalam Agama IslamIslam melarang pacaran bukan tanpa sebab. Pacaran itu, selain daripada mendekati zina yang merupakan dosa besar, juga bisa menimbulkan berbagai macam bahaya yang kesemuanya tidak hanya akan merugikan diri sendiri tetapi juga orang lain. 1. Mendekati zinaIni merupakan bahaya pasti yang disebabkan oleh pacaran. Laki-laki diharuskan menjaga pandangannya dari perempuan, dan perempuan pun harus sadar diri akan keberadaannya dihadapan laki-laki yang bukan mahramnya. Hadist dari Abdullah bin Buraidah, dari ayahnya, mengatakan:“Rasulullah SAW berkata kepada Ali: Hai Ali, janganlah ikuti pandangan pertama dengan pandangan kedua. Karena pandangan pertama untukmu (dimaafkan) dan pandangan kedua tidak untukmu (tidak dimaafkan).” (H. R. Abu Dawud). Bahkan, jika ada yang mengaku pacaran dalam jarang jauh atau yang lebih dikenal dengan LDR (long distance relationship) sama saja perkaranya. Zina bukan berarti bertemu lantas melakukan hubungan intim tanpa ada ikatan pernikahan. Bahkan ketika si laki-laki mengirimkan pesan pendek kepada si perempuan, itu juga mendekati zina.Bahkan, bisa jadi sudah termasuk dalam zina hati dan pikiran. Memikirkan betapa bahagianya saat mengirimkan pesan tersebut sambil membayangkan wajah satu sama lain, bertamblah lagi dosanya.2. Menghilangkan konsentrasiAda yang bilang pacaran itu bisa menjadi penyemangat untuk belajar atau bekerja? Sungguh salah pemikiran yang demikian. Nyatanya, pacaran itu hanya menguras otak dan membuyarkan konsentrasi. Fokus belajar justru hilang dan pekerjaan jadi terabaikan. Pacaran itu tidak mudah, sebab melibatkan dua kepala, bahkan bisa tiga, empat, dan seterusnya, dengan prioritas utama adalah “bagaimana-caranya-membahagiakan-si-pacar.”Akibatnya, berbagai cara dilakukan hanya demi membuat senang satu sama lain. Rela meninggalkan pekerjaan dan membuang waktu belajar hanya demi menemani sang Pacar berjalan-jalan. Jika suatu saat terjadi yang nama perselisihan, justru akan memicu stres yang menyebabkan semangat belajar menjadi hilang.Bahkan hanya dengan memikirkan si Pacar saja sudah banyak menyita waktu dan membuatnya terbuang secara sia-sia. Padahal, tidak sadar bahwa apa yang mereka lakukan adalah melanggar perintah Allah SWT dan hanya menumpuk dosa semata.3. Penyebab banyak kerugianSalah satu bagian daripada budaya pacaran itu adalah usahanya memberikan kebahagian bagi pasangan padahal tanpa ia sadari itu hanya sia-sia. Rela menghabiskan waktu, uang dan harapan hanya demi seseorang yang bahkan belum tentu adala jodohnya. Padahal, lebih baik jika waktu itu digunakan untuk beribadah dan lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT.Lalu, uang yang digunakan untuk pergi menonton film di bioskop, makan di restoran mewah, membeli ini itu untuk pacar, disedekahkan kepada mereka yang lebih membutuhkan. Sedekah bahkan memberikan berkah kepada harta kita, sedangkan pacar?—Percayalah, senyum dari mereka yang menerima bantuan kita jauh lebih indah dibandingkan senyuman pacarmu itu. Belum lagi jika seluruh biaya yang dikeluarkan tak jarang bukan dari penghasilan sendiri melainkan dari orang tua, sering terjadi pada remaja, bertambahlah beban orang tua.Kalaupun dari hasil pendapatan sendiri, tetap saja tidak benar hubungan pacaran tersebut karena jika memang seorang laki-laki itu bersungguh-sungguh, ia tidak akan datang ke rumah hanya untuk mengajak jalan wanitanya, tapi lelaki yang serius akan datang ke rumah membawa orang tua/walinya dan melamar wanita yang dicintainya tersebut dihadapan orang tuanya.4. Mengganggu kehidupan bermasyarakatOrang yang berpacaran sering meresahkan masyarakat dan menimbulkan berbagai fitnah, terutama mereka yang sering berdua-duaan di tempat sepi misalnya di dalam kost-kostan. Sering kita mendengar adanya penggrebekkan kost mesum dan menemukan banyak pasangan yang tidak sah tertangkap. Di dalam kehidupan bermasyarakat, ini benar-benar merusak moral dan akan menjadi contoh yang teramat buruk bagi anak-anak yang mlihatnya.Terkhusus bagi remaja yang sudah terjerumus dalam budaya pacaran tersebut, berikut adalah bahaya yang semetinya mereka dan orang tua ketahui agar segera bisa meninggalkan perilaku tersebut. Juga bagi remaja yang tidak melakukannya, agar semakin berhati-hati agar tidak terjerumus:1. Mudah terjerumus ke perzinaanSeringkali remaja akan menyangkal bahwa mereka tidak akan melakukan hal-hal yang demikian. Mereka akan berpacaran yang sehat, katanya. Padahal, tidak ada berpacaran yang sehat kecuali setelah menikah. Bagaimanapun juga, pacaran adalah perbuatan dosa. Setiap manusia yang berbuat dosa, iblis adalah temannya.Sehingga kemana pun ia berpijak, akan ada iblis yang senantiasa menemani dan membisikinya rayuan-rayuan kemaksiatan sehingga ia semakin terlena dalam berbuat dosa. Awalnya hanya berpandangan, kemudia berpegangan tangan, mulai berdua-duaan, dan akhirnya melakukan yang tidak sepantasnya untuk dilakukan.Rasulullah SAW bersabda yang artinya;“Tercatat atas anak Adam nasibnya dari perzinaan dan dia pasti mengalaminya. Kedua mata zinanya melihat, kedua telinga zinanya mendengar, lidah zinanya bicara, tangan zinanya memaksa (memegang dengan keras), kaki zinanya melangkah (berjalan) dan hati yang berhazrat dan berharap. Semua itu dibenarkan (direalisasi) oleh kelamin atau digagalkannya.” (H. R Bukhari).2. Melemahkan imanSudah dari akarnya bahwa pacaran itu dosa. Setiap orang yang berbuat dosa, ada iblis yang menemaninya. Meniupkan berbagai rayuan agar orang itu semakin terjerumus dalam dosa. Iming-imingnya sangat banyak, padahal kesemuanya hanya pemuas nafsu belaka. Bahkan, yang awalnya tidak tergoda pun bisa saja terjerumus.Akhirnya, banyak waktu dihabiskan hanya untuk sang Pacar. Cinta setengah mati, katanya. Sampai-sampai cinta pada Sang Pemilik Nyawa pun terabaikan. Setiap hari hanya mengingat wajah kekasih, namun lupa pada Allah SWT. Naudzubillah, sungguh yang demikian sudah menjadi orang yang tersesat.3. Mengajarkan kepada kemunafikkanOrang yang pacaran itu mengajarkan diri untuk menjadi munafik. Berbohong ini itu hanya demi membuat si pacar senang. Bahkan mengumbar janji-janji yang belum tentu bisa ditepati bahkan tak jarang aslinya hanya bualan semata. Berusaha menunjukkan sisi terbaik padahal dibelakangnya seling mencela.Sering mengumbar rayuan romantis hanya agar si pacar tidak curiga. Tidak hanya dihadapan sang pacar, tapi juga akan melakukan hal yang sama di hadapan orang tua. Jadilah mereka sebagai pembohong yang luar biasa.4. Mengurangi produktivitas dan minat belajarSiapa bilang pacaran bisa meningkatkan semangat belajar? Coba pikirkan kembali ke dasarnya bahwasanya pacaran itu adalah dosa. Selama berpacaran, artinya Anda akan terus memupuk dosa sepanjang waktu. Dari tiap-tiap yang namanya dosa, tidak akan terdapat kebaikan di dalamnya.Justru sebaliknya, waktu yang seharusnya dimanfaatkan untuk belajar, justru lebih banyak dihabiskan bersama pacar. Uang pemberian orang tua yang semestinya dipakai untuk kepentingan pendidikan, malah dipakai untuk bersenang-senang. Zaman sekarang, dedikasi tinggi kepada pacar nampaknya adalah prioritas utama dibandingkan dengan diri sendiri.Akhirnya, tak jarang banyak yang malas belajar, sering tidak mengerjakan tugas, kebanyakan berhayal, lalu ujung-ujungnya adalah keteteran dan tinggal kelas atau terlambat wisuda.5. Menjadikan hidup borosSeringkali memberikan ini itu kepada pacar bahkan lebih sering daripada apa yang dilakukan kepada orang tua sendiri. Padahal, apa yang diperoleh dari semua itu? Apakah dengan membelikan atau mentraktir sesuatu terhadap pacar maka artinya kita berinvestasi di dalam masa depan?Justru sebaliknya, pacaran hanyalah penyebab kantong kering yang akan membuat kepala pusing hingga nanti ujung-ujungnya merengeklah pada orang tua untuk mendapat tambahan uang belanja sekaligus berpura-pura.6. Pemicu tindak kriminalIni mengerikan. Ketika mendengar berita tentang remaja yang membunuh remaja lainnya hanya karena berebut pacar. Luar biasa. Katakanlah dengan kasar, bahwa mereka lebih rendah daripada hewan sekalipun.Padahal, manusia memiliki akan, bukan? Apakah dengan menghilangkan nyawa orang lain, maka akan berjodoh dengan pacar yang diperebutkan? Yang ada, Anda akan berjodoh dengan iblis dan bersama-sama menghuni neraka.Rasulullah SAW dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas’ud, beliau memberikan saran seperti berikut;“Wahai generasi muda, barang siapa di antara kalian telah mampu seta berkeinginan menikah. Karena sesungguhnya pernikahan itu dapat menundukkan pandangan mata dan memelihara kemaluan. Dan barang siapa diantara kalian belum mampu, maka hendaklah berpuasa, karena puasa itu dapat menjadi penghalang untuk melawan gejolak nafsu.” (H. R. Bukhari, Muslim, Ibnu Majjah, dan Tirmidzi).Ingat, pacaran itu DOSA!Artikel TerkaitArtikel Lainnya | Dewasa ini, bukanlah hal yang baru lagi ketika kita melihat pasangan remaja putera dan puteri dipinggir jalan, di kafe, restoran, jembatan, atau di mana saja. Tidak segan oleh mereka berduaduaan baik di tempat umum bahkan di tempat yang jauh dari keramaian. Hubungan NonmahramSelain daripada mahram, artinya lakilaki dibolehkan untuk menikahi perempuan tersebut. Namun, terdapat larangan baginya jika berduaduaan, melihat langsung, atau bersentuhan dengan perempuan yang bukan mahramnya. Mendekati zinaIni merupakan bahaya pasti yang disebabkan oleh pacaran. Hadist dari Abdullah bin Buraidah, dari ayahnya, mengatakanRasulullah SAW berkata kepada Ali Hai Ali, janganlah ikuti pandangan pertama dengan pandangan kedua. Menghilangkan konsentrasiAda yang bilang pacaran itu bisa menjadi penyemangat untuk belajar atau bekerja Sungguh salah pemikiran yang demikian. Jika suatu saat terjadi yang nama perselisihan, justru akan memicu stres yang menyebabkan semangat belajar menjadi hilang. Padahal, tidak sadar bahwa apa yang mereka lakukan adalah melanggar perintah Allah SWT dan hanya menumpuk dosa semata.3. Belum lagi jika seluruh biaya yang dikeluarkan tak jarang bukan dari penghasilan sendiri melainkan dari orang tua, sering terjadi pada remaja, bertambahlah beban orang tua. Mengganggu kehidupan bermasyarakatOrang yang berpacaran sering meresahkan masyarakat dan menimbulkan berbagai fitnah, terutama mereka yang sering berduaduaan di tempat sepi misalnya di dalam kostkostan. Bagaimanapun juga, pacaran adalah perbuatan dosa. Awalnya hanya berpandangan, kemudia berpegangan tangan, mulai berduaduaan, dan akhirnya melakukan yang tidak sepantasnya untuk dilakukan. Semua itu dibenarkan direalisasi oleh kelamin atau digagalkannya. Setiap orang yang berbuat dosa, ada iblis yang menemaninya. Imingimingnya sangat banyak, padahal kesemuanya hanya pemuas nafsu belaka. Bahkan, yang awalnya tidak tergoda pun bisa saja terjerumus. Akhirnya, banyak waktu dihabiskan hanya untuk sang Pacar. Sampaisampai cinta pada Sang Pemilik Nyawa pun terabaikan. Berbohong ini itu hanya demi membuat si pacar senang. Berusaha menunjukkan sisi terbaik padahal dibelakangnya seling mencela. Tidak hanya dihadapan sang pacar, tapi juga akan melakukan hal yang sama di hadapan orang tua. Padahal, apa yang diperoleh dari semua itu Apakah dengan membelikan atau mentraktir sesuatu terhadap pacar maka artinya kita berinvestasi di dalam masa depanJustru sebaliknya, pacaran hanyalah penyebab kantong kering yang akan membuat kepala pusing hingga nanti ujungujungnya merengeklah pada orang tua untuk mendapat tambahan uang belanja sekaligus berpurapura.6. Ketika mendengar berita tentang remaja yang membunuh remaja lainnya hanya karena berebut pacar. Katakanlah dengan kasar, bahwa mereka lebih rendah daripada hewan sekalipun. Dan barang siapa diantara kalian belum mampu, maka hendaklah berpuasa, karena puasa itu dapat menjadi penghalang untuk melawan gejolak nafsu. |
Definisi Sihir | https://muslim.or.id/58553-definisi-sihir.html | Kita telah mengetahui bahwa sihir adalah kekufuran dan dosa besar. Namun apa dan bagaimana sihir itu? Apakah sihir sebatas seperti yang digambarkan dalam cerita-cerita dongeng? Sihir adalah kekufuran Sebagaimana Allah taala berfirman : Mereka (Harut dan Marut) mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorang pun sebelum mengatakan: Sesungguhnya kami hanya ujian (bagimu), sebab itu janganlah kamu kufur (QS. Al-Baqarah: 102) Sihir juga merupakan salah satu dosa besar. Nabi Shallallahualaihi Wasallam juga bersabda: . : : Jauhilah tujuh dosa yang membinasakan. Para sahabat bertanya: wahai Rasulullah, apa saja itu? Rasulullah menjawab: berbuat syirik terhadap Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah kecuali dengan hak, makan riba, makan harta anak yatim, kabur ketika peperangan, menuduh wanita baik-baik berzina (HR. Bukhari no. 2766, Muslim no. 89). Baca Juga: Menonton Acara Televisi yang Terdapat Sihir dan Pelecehan terhadap Islam Lalu apa definisi sihir? Secara bahasa, sihir artinya kejadian yang samar penyebabnya. Dijelaskan oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin, dalam kitab Al Qaulul Mufid Syarah Kitab At Tauhid: : Sihir secara bahasa: semua yang samar dan tidak jelas penyebabnya (Al Qaulul Mufid, 1/489). Secara istilah, dijelaskan oleh Ibnu Qudamah rahimahullah bahwa sihir adalah: Mantra-mantra, jampi-jampi, dan buhul-buhul yang memberikan pengaruh pada hati dan badan. Sehingga bisa membuat sakit atau bahkan bisa membunuh. Juga bisa memisahkan antara suami-istri, atau bisa merekatkan antara suami-istri (Taisirul Azizil Hamid, 1/678). Dalam kitab Al Qaulul Mufid juga, Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin menjelaskan bahwa sihir ada dua : : : Pertama, yang berbentuk buhul-buhul dan jampi-jampi. Yaitu bacaan-bacaan yang dirapalkan serta jimat-jimat yang menjadi sarana penyihir untuk mendapatkan bantuan setan untuk memberikan bahaya kepada objek yang akan disihir. : Kedua, obat-obatan dan ramuan-ramuan yang bisa memberikan pengaruh pada badan orang yang disihir, dan juga memberikan pengaruh pada akalnya, keinginannya dan kecenderungannya [selesai nukilan]. Para ulama juga menjelaskan bahwa terdapat jenis sihir yang disebut juga sihir takhayyul. Disebutkan oleh Syaikh Shadiq bin Haj at Taum alu Mannallah : Sihir takhayyul adalah seorang penyihir mengandalkan kekuatan yang mengendalikan khayalan orang, sehingga ia melakukan berbagai macam cara untuk menimbulkan suatu khayalan dan gambaran dalam benak seseorang sesuai keinginan si penyihir. Kemudian khayalan tersebut seolah-olah bisa diindera secara fisik karena kuatnya pengendalian khayalan tersebut. Sehingga orang yang disihir merasa itu terjadi secara nyata, padahal tidak ada apa-apa (Al Iidhahul Mubin li Kasyfi Hiyalis Saharah wal Musyawadzin, hal. 9). Baca Juga: Larangan Berobat dengan Metode Sihir Maka, dari beberapa penjelasan para ulama di atas, bisa kita simpulkan bahwa sihir bisa berupa: Semuanya bisa memberikan pengaruh buruk pada hati dan badan. Maka sihir itu tidak hanya ada di cerita fiksi dan dongeng seperti Harry Potter. Dan kita juga memahami bahwa perbuatan sihir itu banyak terjadi di sekitar kita. Yang paling nyata adalah perbuatan para dukun dan paranormal. Hakekatnya yang mereka lakukan adalah sihir. Dan mereka adalah penyihir. Mereka itu kufur, sesat dan menyesatkan. Dan jauhilah sejauh-jauhnya perbuatan-perbuatan di atas, karena itu adalah kekufuran dan dosa besar. Semoga Allah memberi taufik. Baca Juga: *** Penulis: Yulian Purnama Artikel: Muslim.or.id | Kita telah mengetahui bahwa sihir adalah kekufuran dan dosa besar. AlBaqarah 102 Sihir juga merupakan salah satu dosa besar. Nabi Shallallahualaihi Wasallam juga bersabda . Para sahabat bertanya wahai Rasulullah, apa saja itu Rasulullah menjawab berbuat syirik terhadap Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah kecuali dengan hak, makan riba, makan harta anak yatim, kabur ketika peperangan, menuduh wanita baikbaik berzina HR. Baca Juga Menonton Acara Televisi yang Terdapat Sihir dan Pelecehan terhadap Islam Lalu apa definisi sihir Secara bahasa, sihir artinya kejadian yang samar penyebabnya. Secara istilah, dijelaskan oleh Ibnu Qudamah rahimahullah bahwa sihir adalah Mantramantra, jampijampi, dan buhulbuhul yang memberikan pengaruh pada hati dan badan. Sehingga bisa membuat sakit atau bahkan bisa membunuh. Juga bisa memisahkan antara suamiistri, atau bisa merekatkan antara suamiistri Taisirul Azizil Hamid, 1678. Yaitu bacaanbacaan yang dirapalkan serta jimatjimat yang menjadi sarana penyihir untuk mendapatkan bantuan setan untuk memberikan bahaya kepada objek yang akan disihir. Kedua, obatobatan dan ramuanramuan yang bisa memberikan pengaruh pada badan orang yang disihir, dan juga memberikan pengaruh pada akalnya, keinginannya dan kecenderungannya selesai nukilan. Para ulama juga menjelaskan bahwa terdapat jenis sihir yang disebut juga sihir takhayyul. Kemudian khayalan tersebut seolaholah bisa diindera secara fisik karena kuatnya pengendalian khayalan tersebut. Sehingga orang yang disihir merasa itu terjadi secara nyata, padahal tidak ada apaapa Al Iidhahul Mubin li Kasyfi Hiyalis Saharah wal Musyawadzin, hal. Maka sihir itu tidak hanya ada di cerita fiksi dan dongeng seperti Harry Potter. Dan kita juga memahami bahwa perbuatan sihir itu banyak terjadi di sekitar kita. Yang paling nyata adalah perbuatan para dukun dan paranormal. Hakekatnya yang mereka lakukan adalah sihir. Dan jauhilah sejauhjauhnya perbuatanperbuatan di atas, karena itu adalah kekufuran dan dosa besar. Baca Juga Penulis Yulian Purnama Artikel Muslim.or.id |
Ajaran Syiah dan Ahlul Bait [Video] | https://konsultasisyariah.com/10150-ajaran-syiah-dan-ahlul-bait.html | Pertanyaan: Saya tertarik dengan ajaran Syiah. Saya banyak membaca buku tentang Syiah, Syiah mencintai ahlul bait, ahlul bait itu adalah keluarga rasul. Semua hadis-hadisnya berasal dari ahlul bait. Yang saya tanyakan mengapa Ahlussunah menolak semua hadis-hadis Syiah yang berasal dari keluarga rasul atau ahlul bait tanpa dikaji sedikit pun? Dari: Thaherem Jawaban: Bismillah Alahmdulillah, shalwat dan salam semoga tercucah kepada Rasulullah, dan ahlul baitnya, serta semua orang yang mengikuti beliau. Terkait masalah ini, kami perlu menegaskan bahwa tidak ada satu pun Ahlussunah, baik ulamanya maupun orang awamnya yang membenci ahlul bait. Bahkan mereka sangat mencintai ahlul bait. Justru kami meragukan klaim Syiah yang mencintai ahlul bait, karena beberapa hal: A. Ahlu bait adalah semua keluarga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bukankah istri-istri beliau termasuk keluarga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam? Tapi anehnya, Syiah mencela habis-habisan Aisyah dan Hafshah radhiallahu’anhuma. Berita tentang ini, bisa Anda saksikan di youtube dan berbagai literatur Syiah. Bahkan mereka menegaskan bahwa Aisyah kekal di neraka. Silahkan Anda lihat ceramah dari salah seorang ulama Syiah, Yasir Al-Habib Dalil tegas yang menunjukkan bahwa istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam termasuk keluarganya adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala, (32) “Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu gemulai dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit (nafsu) dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang baik dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu wahai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.” (QS. Al-Ahzab: 32-33) Siapakah Ahlul bait dalam ayat ini? Ibnu Abbas mengatakan, : { } : . “Firman Allah di atas turun khusus terkait para istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (Tafsir Ibnu Katsir, 6:410) Ikrimah (salah satu Ahli tafsir Ibnu Abbas) mengatakan, “Siapa yang ingin mengetahui ahlul bait beliau, sesungguhnya ayat ini turun tentang para istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (Tafsir Ibnu Katsir, 6:411) B. Mereka sangat mengagungkan Abu Lukluk al-Majusi, yang mereka gelari dengan Baba Syuja’. Kuburannya dibangun megah dst. Silahkan anda lihat di: Padahal setiap muslim, baik ahlul bait maupun bukan, sepakat bahwa Abu Lu’lu’ adalah orang kafir, termasuk Ali bin Abi Thalib radhiallallahu ‘anhu meyakini hal itu juga. C. Mereka memberontak Bani Abbasiyah. Padahal Kekhallifahan Bani Abbasiyah dibangun atas prinsip mengumpulkan Ahlul Bait. Semua keluarga Abdul Muthalib (kakek Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam) mendapatkan angin segar dengan Kekhallifahan Bani Abbasiyah. Namun ada seorang penghianat orang Syiah, Nashiruddin At-Thusi yang membuka jalan lebar bagi pasukan Tar-Tar untuk membantai kaum muslilmin di Baghdad. Bukti pengkhianatan tokoh Syiah At-Thusi bisa Anda simak di: Mungkin Anda balik bertanya, tidak semua keturunan Abdul Muthalib adalah Ahlul Bait. Yang namanya ahlul bait adalah keturunan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam saja? Pertanyaan ini sungguh aneh, bukankah orang Syiah memasukkan Ali bin Abi Thalib termasuk Ahlul Bait? Padahal beliau radhiallallahu ‘anhu bukan keturunan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, tapi beliau adalah anaknya Abu Thalib, paman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. D. Mohon dibaca dengan seksama artikel di E. Ahlul bait punya keutamaan, tapi apakah boleh kita kultuskan?? Ini butuh perenungan tambahan. F. Ahlussunah menerima semua jalur hadis, baik dari ahlul bait maupun bukan ahlul bait. Karena syarat diterimanya berita adalah kejujuran dan kekuatan hafalan, bukan ahlul bait. Jika hanya hadis dari ahlul bait yang bisa diterima, tentu akan meninggalkan pertanyaan besar. Barapa jumlah sahabat yang menjadi ahlul bait? Apakah semua hadis ada pada ahlul bait? Tentu semua orang akan menjawab, sahabat yang lain juga memiliki banyak hadis. Karena itu, sikap yang tepat adalah menerima semua jalur periwayatan hadis, selama jalur itu bisa dipertanggung jawabkan. Allahu a’lam Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasi Syariah) Artikel 1.Pandangan Kelompok pada Hari Asyuro. 2. Peringatan Kematian Imam Husein oleh Syiah. 3. Kisah Nikah Mut’ah. 4. Nikah Mut’ah Menurut Syiah. 5. Kerusakan Nikah Mut’ah. 6. Media Pembela Ajaran Syiah. 7. Hakikat Ajaran Syiah (1). 8. Hakikat Ajaran Syiah (2). 9. Hakikat Ajaran Syaih (3). 10. Hakikat Ajaran Syiah (4). | Pertanyaan Saya tertarik dengan ajaran Syiah. Semua hadishadisnya berasal dari ahlul bait. Yang saya tanyakan mengapa Ahlussunah menolak semua hadishadis Syiah yang berasal dari keluarga rasul atau ahlul bait tanpa dikaji sedikit pun Dari Thaherem Jawaban Bismillah Alahmdulillah, shalwat dan salam semoga tercucah kepada Rasulullah, dan ahlul baitnya, serta semua orang yang mengikuti beliau. Terkait masalah ini, kami perlu menegaskan bahwa tidak ada satu pun Ahlussunah, baik ulamanya maupun orang awamnya yang membenci ahlul bait. Bahkan mereka sangat mencintai ahlul bait. Justru kami meragukan klaim Syiah yang mencintai ahlul bait, karena beberapa hal A. Ahlu bait adalah semua keluarga Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Bukankah istriistri beliau termasuk keluarga Nabi shallallahu alaihi wa sallam Tapi anehnya, Syiah mencela habishabisan Aisyah dan Hafshah radhiallahuanhuma. Berita tentang ini, bisa Anda saksikan di youtube dan berbagai literatur Syiah. Bahkan mereka menegaskan bahwa Aisyah kekal di neraka. Silahkan Anda lihat ceramah dari salah seorang ulama Syiah, Yasir AlHabib Dalil tegas yang menunjukkan bahwa istri Nabi shallallahu alaihi wa sallam termasuk keluarganya adalah firman Allah Subhanahu wa Taala, 32 Hai isteriisteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu gemulai dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit nafsu dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang baik dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orangorang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan taatilah Allah dan RasulNya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu wahai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersihbersihnya. Firman Allah di atas turun khusus terkait para istri Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Tafsir Ibnu Katsir, 6410 Ikrimah salah satu Ahli tafsir Ibnu Abbas mengatakan, Siapa yang ingin mengetahui ahlul bait beliau, sesungguhnya ayat ini turun tentang para istri Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Tafsir Ibnu Katsir, 6411 B. Mereka sangat mengagungkan Abu Lukluk alMajusi, yang mereka gelari dengan Baba Syuja. Silahkan anda lihat di Padahal setiap muslim, baik ahlul bait maupun bukan, sepakat bahwa Abu Lulu adalah orang kafir, termasuk Ali bin Abi Thalib radhiallallahu anhu meyakini hal itu juga. Padahal Kekhallifahan Bani Abbasiyah dibangun atas prinsip mengumpulkan Ahlul Bait. Semua keluarga Abdul Muthalib kakek Nabi shallallahu alaihi wa sallam mendapatkan angin segar dengan Kekhallifahan Bani Abbasiyah. Namun ada seorang penghianat orang Syiah, Nashiruddin AtThusi yang membuka jalan lebar bagi pasukan TarTar untuk membantai kaum muslilmin di Baghdad. Bukti pengkhianatan tokoh Syiah AtThusi bisa Anda simak di Mungkin Anda balik bertanya, tidak semua keturunan Abdul Muthalib adalah Ahlul Bait. D. Mohon dibaca dengan seksama artikel di E. Ahlul bait punya keutamaan, tapi apakah boleh kita kultuskan Ini butuh perenungan tambahan. Karena syarat diterimanya berita adalah kejujuran dan kekuatan hafalan, bukan ahlul bait. Jika hanya hadis dari ahlul bait yang bisa diterima, tentu akan meninggalkan pertanyaan besar. Karena itu, sikap yang tepat adalah menerima semua jalur periwayatan hadis, selama jalur itu bisa dipertanggung jawabkan. Allahu alam Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits Dewan Pembina Konsultasi Syariah Artikel 1.Pandangan Kelompok pada Hari Asyuro. Peringatan Kematian Imam Husein oleh Syiah. |